jpnn.com, JAKARTA - CEO Okwi Food Indonesia Ahmad Dwiyanto merasa senang lantaran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kini bisa lebih mudah untuk melakukan ekspor kuliner dengan bantuan teknologi pengalengan.
Teknologi pengemasan kaleng akan memudahkan pelaku UMKM untuk membuat kuliner bisa bertahan di suhu ruang selama satu tahun.
BACA JUGA: Baru 3 Bulan jadi Pengawal Pribadi Gubernur Kepri, Polisi ARG Dipecat dari Anggota Polri
Menurut Dwiyanto, jika selama ini yang terjadi banyak produk kuliner bersantan hanya dapat bertahan untuk bisa dikonsumsi dalam hitungan 8-10 jam saja dalam suhu ruang.
“Namun, kali ini dengan bantuan teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bisa tahan hingga satu tahun, tanpa tambahan MSG dan tambahan bahan pengawet,” ujar Ahmad Dwiyanto di sela-sela Rapat Koordinasi Pembinaan UMKM di Gedung Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek Cibinong pada saat kunjungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di Bogor, Jawa Barat.
BACA JUGA: Efek Temuan Cacing, Usaha Pengalengan Ikan Oleng
Upaya sosialisasi dan literasi teknologi pengalengan makanan oleh Okwi Food ini bersamaan dengan misi Indonesia dalam Spice Up The World yang dicanangkan sebagai program strategis pemerintah dengan tujuan meningkatkan ekonomi secara masif.
Tak hanya produsen bahan baku rempah saja yang bisa ekspor, namun juga pelaku UMKM di bidang kuliner akan banyak yang turut serta.
Hal ini tentunya akan menjadi kabar baik baik pelaku UMKM yang bergerak di bidang kuliner.
Lantas bagaimana dapat dijamin bahwa kemasan kaleng produk kuliner UMKM ini bisa diawetkan tanpa tambahan bahan pengawet tertentu.
Plt. Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada K/L UMKM dan Masyarakat Dr. Hardi Julendra menjelaskan supaya makan makanan bisa awet, tentunya perlu melewati berbagai proses pengawetan.
Menurut Hardi, penggunaan pengawet kimia dengan menambah bahan aditif tertentu bisa juga menggunakan pengawetan secara biologi melalui fermentasi dengan menambahkan berbagai bakteri baik tertentu.
Selain itu, ada pula pengawetan secara fisika yang disarankan BRIN untuk digunakan. Juga ada pengawetan fisika, bagaimana kita mensterilkan bahan-bahan tertentu melalui proses fisika.
Panas misalnya, kita melakukan proses pemanasan suatu makanan sehingga bakteri-bakteri bisa tidak tumbuh di makanan tersebut.
“Proses pengalengan yang kita lakukan dengan teknologi, menggunakan proses pengawetan fisika,” kata Hardi.
Bertepatan dengan peristiwa tersebut, Gubernur Provinsi Kepulauan Riau H Ansar Ahmad menunjuk Disperindag Provinsi Kepri yang diwakili oleh Riki Rionaldi selaku Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepri melakukan peninjauan lapangan terkait rencana pengadaan teknologi senilai Rp 1,4 miliar sebagai angka anggaran tahun 2022.
Riki Rionaldi mengatakan Program UMKM Go Digital Go Export dengan melakukan satu wujud nyata dukungan kepada UMKM melalui koperasi produk kulinernya dapat disterilisasi melalui pengalengan agar produknya bisa bertahan di atas satu tahun.
Bisa dilakukan melalui pengalengan, bisa pouch packaging agar produk-produk tradisional food Kepulauan Riau ini bisa tidak hanya sebagai buah tangan saja alias oleh-oleh tetapi juga bisa memenuhi selera konsumen di daerah-daerah potensi ekspor untuk meningkatkan nilai ekspor non-migas Kepri.
Adanya pengembangan teknologi sterilisasi (canning and pouch) ini tentunya akan menjadi harapan baru bagi pelaku UMKM di bidang kuliner.
“Kuliner bisa memiliki masa simpan yang panjang, bisa diekspor dan tentunya memiliki nilai tambah ekonomi,” kata Riki.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich