jpnn.com - CILACAP - Para nelayan di Cilacap, Jawa Tengah merasa penghasilan mereka dari melaut surut drastis karena adanya pencemaran akibat tumpahan minyak. Nelayan yang tergabung dalam KUD Minosaroyo pun merasa keberatan dengan temuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Cilacap yang menyebut tumpahan minyak milik Pertamina.
Menurut Kepala KUD Minasaroyo, Untung Jayanto, nelayan jadi tidak melaut karena faktor pencemaran. Pasalnya, ikan-ikan telah menjauh akibat pencemaran di perairan pantai Cilacap.
BACA JUGA: Warga dan TNI Perangi Tikus dengan Petasan
“Penurunan hasil tangkapan ikan pada nelayan di wilayah perairan Cilacap murni disebabkan karena adanya pencemaran. Produksi tangkapan ikan bahkan turun drastis dari yang tadinya di atas Rp 20 juta merosot tajam hingga menjadi nol rupiah. Ini dikarenakan tidak adanya tangkapan ikan setelah minyak tercecer di pantai,” ujar Untung seperti dikutip Radar Banyumas.
Untung lantas membeber data KUD Minosaroyo per tanggal 3 Juni hasil pencatatan di tempat pelelangan ikan (TPI) Tegal Katilayu, TPI Kemiren dan TPI Sentolo Kawat. Tercatat sejak tanggal 25 Mei hingga 31 Mei, pendapatan yang tadinya di atas Rp 20 juta rupiah dalam rentan waktu satu minggu, turun drastis menjadi Rp 0.
BACA JUGA: Waw, Baru Kali Ini Koleksi Emas Majapahit Dipamerkan, Ini Fotonya
Sebelumnya, pendapatan ikan per hari di TPI Tegal Katilayu di atas 2000 kilogram. Namun, kini hanya 500 kilogram. Sedangkan di TPI Kemiren yang biasanya di atas 1500 kg, menjadi beberapa ekor ikan saja. Sementara di TPI Sentolo Kawat yang biasanya 2000 kg, hanya dalam tiga hari tidak ada ikan yang didapat.
“Penurunan hampir setiap hari. Turun 20 persen sehingga akhirnya mencapai angka nol rupiah. Dari yang tadinya 2000 kg menjadi hanya beberapa ekor. Ini karena tidak adanya ikan-ikan yang mendekati jaring karena airnya yang tercemar,” kata Untung dengan nada geram.
BACA JUGA: Bingung Cari Sinyal di Gunung, Pendaki Nyaris Hilang
Untung menambahkan, mulai memasuki bulan Mei biasanya produksi hasil ikan tinggi karena telah memasuki musim panen. Namun tanda-tanda peningkatan tak terlihat karena adanya pencemaran di perairan Cilacap.
“Produksi ikan yang biasanya mulai bulan Januari hingga April kisarannya datar, biasanya akan meningkat 100 persen di bulan Mei ini. Namun karena adanya ceceran minyak tersebut maka musim panen menjadi terkendala, ” ucapnya.
Untuk diketahui, tumpahan minyak mentah di pesisir Pantai Cilacap membuat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ikut turun tangan. KLHK telah membentuk tim penyelesaian sengketa lingkungan (PSL) untuk menangani permasalahan antara Pertamina dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).
Namun, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Cilacap, Adjar Mugiono smenilai bahwa hasil tangkapan ikan menurun bukan karena tumpahan minyak. Menurutnya, penurunan itu karena musim paceklik, cuaca, perubahan iklim yang kebetulan datangnya bertepatan dengan tumpahan minyak mentah di perairan.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga-harga Menanjak tapi Ada juga yang Turun
Redaktur : Tim Redaksi