Keputusan MenPAN-RB Ini Bikin Rugi Guru Honorer Peserta Tes PPPK

Kamis, 07 Oktober 2021 – 21:07 WIB
Ilustrasi - Guru honorer peserta tes PPPK 202. Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim terang-terangan menyebutkan isi KepmenPAN-RB Nomor 1169 Tahun 2021 merugikan guru honorer.

Dia mencontohkan isi Diktum Kelima dan Keenam di dalamnya secara eksplisit menyebutkan afirmasi bagi guru honorer berusia minimal 50 tahun hanya berupa pengurangan ambang batas untuk aspek kompetensi manajerial, sosiokultural, dan wawancara.

BACA JUGA: Guru Honorer yang Gantung Diri Ternyata Jago IT

Padahal, menurut Satriwan honorer tua ini banyak tidak lulus di aspek kompetensi teknis yang ambang batasnya tinggi. Bahkan lebih tinggi dari ambang batas tes CPNS guru 2018. 

"Semestinya kompetensi teknis yang dikurangi di depan atau langsung di kategori lapisan pertama," tegas Satriwan dalam pesan elektroniknya kepada JPNN.com, Kamis (7/10).

BACA JUGA: Passing Grade PPPK di KepmenPAN-RB 1169 Tahun 2021, Afirmasi Besar bagi Guru Honorer Tua

Kemudian dalam Diktum Kedelapan dijelaskan bahwa kelulusan akhir pada seleksi PPPK ditentukan berdasarkan peringkat terbaik atau nilai tertinggi berdasarkan Ambang Batas Kategori 1 yang sangat tinggi itu (Keputusan MenPAN-RB Nomor 1127 Tahun 2021). 

Artinya terang Satriwan, jika di satu sekolah ada peserta guru honorer tua (honorer K2) bersaing dengan guru honorer muda di bawah 35 tahun, yang 35 tahun ini mampu meraih nilai ambang batas 1, jelas yang lulus adalah honorer muda, walaupun pengabdiannya baru beberapa tahun saja. 

BACA JUGA: Jelang Pengumuman Kelulusan PPPK 2021 Tahap I, Guru Honorer Gantung Diri

Guru salah SMA swasta di DKI Jakarta itu mengatakan Diktum Kedelapan jelas-jelas mencerminkan tidak adanya keberpihakan pemerintah kepada guru honorer K2 atau tua, yang sudah mengabdi belasan tahun bahkan sampai 25 tahun. 

"Masa mereka diadu dengan yang muda-muda. Honorer tua yang punya portofolio, pengalaman, dan achievment akan kalah nilai tes dengan yang muda," ucap Satriwan.

Lebih lanjut, dia mengatakan P2G awalnya berharap MenPAN-RB Tjahjo Kumolo, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Menag Yaqut Cholil Qoumas, dan Plt Kepala BKN Bima Haria Wibisana memberikan kado istimewa di Hari Guru Internasional yang baru diperingati 5 Oktober dan Hari Guru Nasional yang akan sama-sama diperingati November mendatang.

Afirmasi yang berkeadilan dan non-diskriminatif sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Afirmasi yang mempermudah jalan hidup guru honorer K2 dan tua.

Ternyata kata Satriwan guru honorer mendapatkan kado pahit di hari guru. Pemerintah lagi-lagi belum berpihak kepada guru, khususnya guru honorer. Afirmasi yang jauh dari rasa keadilan atas pengabdian. 

"Susah sekali tampaknya menghargai pengabdian para guru bagi bangsa ini," sindir Satriwan Salim.(esy/jpnn)


Redaktur : Friederich
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler