Kerahkan Arsitek Bangun Karakter Banyuwangi

Rabu, 19 Februari 2014 – 16:09 WIB
Pendapa khas daerah Banyuwangi. FOTO: ist

jpnn.com - BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bersinergi dengan para arsitek untuk membangun daerahnya. Arsitektur kota ditata sehingga mempunyai ciri khas tersendiri, terutama kekentalannya terhadap karakter lokal.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ciri khas yang dikembangkan adalah karakteristik lokal pada bangunan-bangunan yang menjadi ikon Banyuwangi.

BACA JUGA: PDIP Pastikan Tetap Dukung Risma

"Kami memang membangun daerah dengan melibatkan arsitek. Tidak asal bangun. Arsitektur adalah cerminan sikap politik dan pilihan kebijakan pemerintah daerah," kata Bupati Anas.

Anas mengatakan, di beberapa bangunan seperti pendopo, bandara, Politeknik Negeri Banyuwangi, atau hotel, bisa dilihat karakter lokalnya. Hal itu menunjukkan konsep pembangunan Banyuwangi berbasis lokalitas. 

BACA JUGA: Polres Bidik Dugaan Korupsi di 20 Desa

"Turunan kebijakannya bisa kami lihat pada program-program yang pro-penguatan masyarakat lokal. Misalnya pemberdayaan pasar tradisional yang diiringi dengan pembatasan jaringan ritel modern. Selain itu, ada kebijakan pro-buah lokal untuk membendung laju buah impor dan masih banyak lagi kebijakan berbasis lokalitas," beber Anas.

Sejumlah bangunan yang menjadi ikon Banyuwangi memang menunjukkan karakteristik arsitektur Using, suku asli Banyuwangi. Sejumlah arsitek ternama seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Yori Antar, Budi Pradono, dan Ahmad Djuhara ikut mendesain. 

BACA JUGA: Hari Ini Ratusan Honorer Geruduk Kantor KemenPAN-RB

Arsitek lokal dilibatkan sebagai bagian dari transformasi. Bahkan, secara berkala, para arsitek nasional itu diundang ke Banyuwangi untuk berdiskusi dan beradu imajinasi dengan arsitek dari Banyuwangi. Budayawan pun ikut berdiskusi saat desain bangunan disusun.

"Tarifnya lain dari biasanya alias lebih murah karena mereka sangat senang dengan semangat dari Banyuwangi," ujar Anas.

Selain khas lokal, ciri menonjol dari pembangunan lansekap Banyuwangi adalah konsep arsitektur hijau (green architecture). Seperti di Pendopo yang hijau di mana sejumlah ruang dan kamar ditutupi rumput bak bunker. Pencahayaan juga mengandalkan matahari, sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.

Yang terbaru adalah bandara hijau yang akan digarap tahun ini tanpa menggunakan pengatur suhu ruangan alias AC. AC hanya ada di ruang tertentu seperti server. "Kita akan optimalkan sirkulasi udara dan aliran air sehingga tetap terasa dingin," ujarnya.

Salah seorang arsitek kenamaan, Yori Antar, mengatakan, dirinya prihatin melihat gejala bahwa arsitektur tradisional di negeri ini terancam punah dan terlupakan di antara megahnya bangunan modern. Namun, dia bangga melihat greget Banyuwangi dalam mengembangkan arsitektur kota yang kental nuansa lokal. Yori Antar sendiri mendesain museum dan perpustakaan modern yang akan dibangun di pusat Kecamatan Genteng.

"Banyuwangi penuh keelokan lokal dan memiliki arsitektur nusantara yang khas. Dalam membangunnya saya tetap ingin menjaga kelestariannya, sehingga bangunan modern yang jadi tetap penuh inspirasi lokal," ujarnya.

Adapun arsitek Andra Matin mengatakan, dirinya senang bisa ikut urun rembug membangun Banyuwangi karena semangat daerah untuk mewujudkan arsitektur lokal yang khas. Andra bersinergi mendesain Politeknik Negeri Banyuwangi, Wisma Blambangan, Resort Using, dan Bandara Blimbingsari dengan konsep green airport.

"Saya terkesan karena jarang ada daerah yang punya semangat membangun daerah dengan arsitektur lokal yang khas," kata Andra Matin. (eri/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ulama Usul Terapkan Hukum Adat Bagi Penenggak Miras


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler