Kerancuan Kelamin, Mematikan tapi Bisa Disembuhkan

Minggu, 15 Maret 2015 – 05:03 WIB
Keluarga Torikin, dari kiri, Zakaria, Alfiyah, Taufan Al Habid (digendong ayahnya, Torikin), Iklas Suni, dan Nur Iman (digendong ibunya, Seni) di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Semarang Jumat (13/3). Foto: Adityo Dwi/Jawa Pos Radar Semar

jpnn.com - SEMARANG - Direktur Centre for Biomedical Research (Cebior) RSND Semarang, Prof Dr Sultana M.H. Faradz menjelaskan, tiga putra Torikin mengalami hiperplasia adrenal kongenital (HAK) atau congenital adrenal hyperplasia (CAH).

”Yakni, kelainan pada kelenjar anak ginjal yang menyebabkan adanya exposure androgen atau hormon laki-laki yang berlebihan,” jelas Sultana.

BACA JUGA: Razia Begal, Malah Tangkap Bus yang Tabrak Lari

Dari hasil uji laboratorium, ketiga anak pasangan Torikin, 42, dan Seni, 39,  yakni Zakaria, 11; Taufan Al Habid, 4; dan Nur Iman, 2– terbukti memiliki gen perempuan. Padahal, saat ini mereka berpenampilan seperti anak laki-laki.

Menurut Sultana, meski tergolong berbahaya dan mematikan, jenis penyakit itu masih dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi obat secara teratur. Berdasar catatan Sultana, dari 800 penderita kelainan kelamin yang pernah ditangani di RSND, 70 orang terkena CAH.

BACA JUGA: Tiga Anak Laki-lakinya Dinyatakan Punya Gen Perempuan

”Ada satu pasien yang bisa sembuh total dan sekarang menikah dan punya keturunan,” sebut dia.

Syarat penyembuhan penderita CAH adalah konsumsi obat secara rutin. Namun, kini yang masih menjadi kendala, terang dia, obat jenis hydrocortison tersebut hanya diproduksi di luar negeri. Dia mengakui bahwa pihaknya sudah lebih dari lima tahun ini mendapat doping obat dari Belanda.

BACA JUGA: Lahir Perempuan, Menginjak Remaja Dada jadi Rata dan Berkumis

”Kami pernah mengusulkan kepada menteri kesehatan untuk memenuhi obat ini di Indonesia. Akhirnya, tahun ini janjinya sudah terpenuhi. Namun, penyediaan obat bernama hydrocortison bisa tergolong masih dalam keadaan darurat karena hanya tersedia di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sehingga jika penderita ingin mendapatkan obat tersebut, harus ke sana,” paparnya.

Selain itu, setiap tiga bulan si penderita penyakit tersebut harus rajin kontrol untuk mengecek perkembangan penyakit yang diidapnya.

Pihak RSND kini memantau perkembangan tiga anak Torikin yang sudah diperiksa tersebut dan satu anak Torikin yang masih mondok di Jombang.

Dengan begitu, mereka diperbolehkan pulang ke rumahnya. Setelah menelisik riwayat keluarga Torikin, Sultana menduga empat anak yang meninggal mengalami penyakit yang sama. ”Namun, sudah akut dan tidak terobati,” ucap dia.

Apakah kelainan CAH disebabkan pernikahan sedarah (incest)? Sultana juga sempat menduga demikian. Namun, ternyata sang bapak, yakni Torikin, dan sang ibu, Seni, tidak memiliki hubungan saudara.

”Tapi, secara kebetulan, mereka sama-sama membawa gen tersebut. Bahkan, sepupu atau kakak si ibu juga membawa hal yang sama. Yang dikhawatirkan, apakah mungkin di desa tersebut juga punya prevalensi yang tinggi sehingga keluarga yang bukan kerabat bisa memiliki penyakit yang sama,” papar Sultana. (ewb/aro/c11/kim/bersambung/III)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Durhaka! Anak tak Tahu Diri Ini Tampar Ibunya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler