jpnn.com, JAKARTA - Ada yang menarik dari peresmian Sentra Kreasi ATENSI 5R++ (Reuse, Reduce, Recycle, Resale dan Reshare) Kumala, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada pertengahan November lalu.
Sekumpulan karung berisi botol PET, gelas dan wadah plastik, tutup botol, serta kardus diikat rapi dengan tali rafia.
BACA JUGA: Risma Beber Alasan Perlunya Kemensos Bangun Command Center Seperti di Surabaya
Selain itu, juga ada puluhan galon-galon kosong dan pallet kayu bekas berjejer sesuai dengan jenisnya masing-masing di ruang pemilahan.
Semua sisa-sisa barang yang tidak terpakai itu dikelola di sebuah area seluas 8 x 10 meter, berada tepat di belakang Koperasi Serba Usaha yang dikelola Yayasan Kumala.
BACA JUGA: Kemensos Terus Menyempurnakan Kualitas Data Calon Penerima Bantuan Sosial
Sejak didirikan lima tahun silam, Bank Sampah Kumala memiliki 379 Penerima Manfaat (PM) yang terdiri dari warga dan pemulung sekitar Tanjung Priok.
Tak hanya memilah sampah untuk dijual kembali ke pengepul, Bank Sampah Unit Terbaik di Provinsi DKI Jakarta pada 2019 itu juga mengarahkan binaannya untuk produktif secara ekonomi.
BACA JUGA: Mensos Tri Rismaharini Beber Langkah Strategis Cegah Korupsi di Kemensos
“Kami mengajarkan penerima manfaat untuk membuat handycraft agar perekonomian mereka terangkat dan tidak menjadi pemulung saja,” kata Subur, Koordinator Lapangan Bank Sampah Kumala saat ditemui di Jakarta Utara pada Senin (8/11) lalu.
Menggunakan dua mesin press hidrolik yang diperuntukkan dalam pengepresan botol plastik, satu mesin pemotong ring gelas plastik dan satu set alat pengolah bubut kayu bekas, PM Bank Sampah Kumala telah melahirkan berbagai produk hasil kreatifitas kreatif.
Ada gelas kuksa kopi, piring dan sendok, tempat kopi, papan nama, serta pot dan vas bunga, yang dijual berkisar Rp 45 ribu hingga Rp 200 ribu.
“Semua produk tersebut dipamerkan di Gallery K’Qta (Karya Kita) dan bisa dibeli langsung atau melalui akun Instagram Saung Kumala,” kata Subur.
Selain menghasilkan produk kreatif, Bank Sampah Kumala juga mengajak PM untuk menabung.
Ada dua jenis tabungan, yakni tabungan uang dengan tanpa ada pemotongan biaya.
Lainnya adalah tabungan sampah yang ada pemotongan biaya ditujukan untuk biaya operasional Bank Sampah Kumala.
“Sebelum bergabung, calon nasabah harus mengisi formulir persyaratan yang harus dibaca dan dipahami. Biasanya saya tanya dulu tujuan mereka bergabung. Kalau alasannya ingin menerima sembako atau ingin diperhatikan oleh yayasan, saya tolak karena saya tidak mau mereka jadi berharap,” jelas Subur.
Bank Sampah Kumala juga fleksibel dalam operasionalnya.
Sebab, para nasabah bebas menyetor sampah tanpa jumlah minimum dan bisa mengambil tabungannya sewaktu-waktu ada keperluan mendesak.
“Satu ons tabungan sampah pun kami hitung. Mereka juga bisa mengambil sembako di koperasi, nanti saldo di tabungan bank sampahnya akan dipotong,” kata Subur.
Dalam seminggu, mobil operasional Bank Sampah Kumala menjemput tabungan sampah dari para nasabahnya di Kali Baru, Tanah Merah, Rawa Badak, Swasembada, dan Kebon Bawang.
“Mobil operasional Bank Sampah Kumala sangat aktif. Kadang dalam seminggu, satu area bisa sampai tiga kali penjemputan tabungan sampah karena selama pandemi, orang-orang semakin rajin menabung sampah,” tutur Subur.
Diakui Subur, dukungan Dindin Komarudin selaku Direktur Eksekutif Yayasan Kumala menjadi pemicu semangat para PM dalam menghasilkan karya kreatif dari pilah-pilah sampah dan menerapkan kebiasaan menabung.
“Abah (Dindin) sangat mendukung dan kerap memuji karya yang dibuat oleh anak-anak. Masyarakat juga ikut terbantu dengan adanya Bank Sampah Kumala,” kata Subur.
Harapannya, Bank Sampah Kumala akan semakin berkembang luas dan nasib para pemulung diperhatikan oleh pemerintah.
“Pemulung punya sesuatu yang ajaib dalam diri mereka, oleh karena itu saya ingin pemerintah peduli dengan nasib mereka,” kata Subur.
Bank Sampah Kumala diresmikan sebagai Sentra Kreasi ATENSI (SKA) oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini beberapa waktu lalu.
Tujuannya untuk mendorong pemberdayaan pemulung melalui penguatan kewirausahaan.
Sebanyak 34 orang pemulung dari Kalibaru Jakarta Utara diberikan pelayanan dasar dan pembinaan, peningkatan kapasitas pengelolaan sampah dan daur ulang, serta praktek produksi dan usaha, sekaligus pelatihan TOT dan Praktek “ReShare” dalam bentuk Replikasi Program kepada kelompok marginal lainnya.
SKA Yayasan Kumala bekerja sama dengan Pertamina melalui Pertamina Hulu Energi (PHE). (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi