jpnn.com, LOMBOK TIMUR - Dian Hadi Irawan, 28, warga Suralaga Kecamatan Suralaga Lombok Timur, NTB, mampu menyalurkan hobi menjadi bisnis yang sukses. Dari hobi bermain gitar, kini dia dikenal sebagai pembuat gitar handal.
ALI MA’ SHUM— SELONG
BACA JUGA: Dulu Office Boy, Kini Ubah Limbah Pelepah jadi Rupiah
Perawakannya kurus ceking. Tinggi badannya sekitar 160 cm.
Dialah Dian Hadi Irawan, pengrajin gitar asal Suralaga. Hasil kreasinya kini diminati oleh banyak orang.
BACA JUGA: Karya Pria Bertato Ini Sudah Mendunia, Omzetnya? Wow!
Sambil menyeruput kopi hitam, ia mulai menceritakan asal muasal dirinya mulai tertarik membuat alat musik petik yang digandrungi seantero dunia ini.
Sekitar tahun 2006, kala duduk di bangku kelas XI SMA, ia mulai tertarik membuat gitar.
BACA JUGA: DPR: Wirausaha Baru Hadapi Kendala Pembiayaan
Ia mengaku belajar sendiri, mengambil referensi dari internet.
“Saat itu saya masih kelas II SMA. Awalnya iseng-iseng saja,’ ’ ujarnya memulai kisahnya kepada Radar Lombok (Jawa Pos Group), Selasa (14/3).
Lama kelamaan, ia terlalu sibuk main musik dan belajar membuat gitar.
Imbasnya, ia berhenti sekolah dan lebih memilih belajar membuat gitar.
“Saya putus sekolah dan tidak tamat. Itu karena saya terlalu sibuk bermain musik dan belajar membuat gitar,” jelasnya.
Ia terus belajar. Tidak terasa dia belajar selama enam tahun lamanya. Baru, pada tahun 2012, ia mengaku aktif membuat gitar dan menjualnya.
Awalnya, gitar buatannya dibuat dari kayu kelapa. Untuk satu gitar, memakan waktu penyelesaian selama seminggu.
“Saat itu, gitar dari kayu kelapa saya jual seharga Rp 500 ribu per unitnya,” katanya.
Selanjutnya, pada tahun 2015, gitar buatannya sudah beralih ke bahan kayu (solid body).
Untuk bahan solid body ini, proses pembuatannya sampai tiga minggu hingga satu bulan. Pembuatannya pun kata pemuda kelahiran tahun 1989 ini, secara manual.
Usahanya dimulai tanpa modal. Bahkan peralatan membuat gitar pun awalnya hasil meminjam dari tetangganya.
“Ini modal saya nol rupiah. Awalnya itu, DP (down payment/uang muka) orang yang memesan gitar itu yang saya jadikan modal membuat gitar,” kenangnya.
Sejak saat itu, ia aktif mempromosikan gitar buatannya. Melalui teman-temannya yang hobi musik dan juga melalui media sosial. ‘
“Banyak teman saya yang memakai gitar buatan saya manggung di kafe Senggigi dan Kuta Lombok Tengah,” terangnya.
Hingga saatnya, ada turis Belanda berhasrat membeli gitar buatannya. Selain itu, ada juga pemesan dari Belanda, Jerman dan juga Australia.
Ke depannya, ia mengaku ingin fokus menjual gitar buatannya ke Australia.
“Ada warga Australia yang siap membantu mempromosikan. Selain itu, ada juga teman saya dari Lombok yang mendapat beasiswa ke sana yang akan mempromosikan,” terangnya.
Dian mematok harga gitarnya untuk yang berbahan plywood atau multipleks Rp 1 juta.
Sedangkan untuk solid body, ia jual seharga Rp 3,5 juta per unitnya.
“Kalau ke turis atau bule saya jual biasanya dua kali lipat,” ujarnya mencoba berpromosi.
Untuk kepuasan pelanggan, Andi juga mengaku memberikan garansi selama satu tahun untuk gitar buatannya.
“Karena sulit memprediksi kayu. Lebih baik saya menggantinya daripada produk saya rusak. Itu bentuk tanggung jawab saya kepada pelanggan,” terangnya.
Saat ini, ia mengaku sedang memproses hak paten merek gitar buatannya.
“Mereknya Geriell, itu nama anak saya. Sekarang masih dalam kepengurusan hak patennya,” ujarnya.
Ia juga mengaku, tantangannya akan makin sulit ke depannya. Karena ada beberapa pelanggannya saat datang memesan gitar meminta suara khusus.
“Contohnya ada pelanggan yang datang membawa MP3 dan bilang saya mau gitar saya suaranya seperti ini. Awalnya bingung juga, tapi lama kelamaan saya mengerti,” katanya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Subianto: Suara Saya Sangat Besar di Sini
Redaktur & Reporter : Soetomo