Kereta Cepat Jakarta - Surabaya via Bandung

Kesepakatan Kerjasama Indonesia - Jepang

Kamis, 12 Desember 2013 – 06:46 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Impian Indonesia memiliki kereta super cepat layaknya Shinkansen di Jepang, makin mendekati kenyataan. Ini terkait tercapainya kesepakatan terbaru antara Indonesia dan Jepang.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, dalam pertemuan ke-4 forum Metropolitan Priority Area (MPA) di Tokyo, tercapai beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah rencana pengembangan sarana transportasi kereta super cepat Jakarta-Surabaya.

BACA JUGA: Belum Lunas Tak Boleh Jual Properti

"Indonesia-Jepang sepakat melakukan studi kelayakan wilayah Jakarta-Bandung sebagai  bagian dari proyek Jakarta - Surabaya Kereta Api Ekspres," ujarnya melalui keterangan resmi kemarin (11/12).

Sebagaimana diketahui, rencana pengembangan jalur transportasi darat berupa kereta api super cepat Jakarta-Surabaya sudah dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Jepang yang memiliki reputasi hebat dalam mengembangkan kereta super cepat Shinkansen siap menjadi mitra pemerintah.

BACA JUGA: Boediono Minta PT Askes Siapkan Sistem Antihacker

Rencananya, dengan kereta super cepat ini, perjalanan Jakarta-Surabaya yang saat ini ditempuh dalam waktu 12 jam via kereta api ekspres, nanti hanya akan ditempuh dalam waktu 3 jam saja.   

Namun, selama ini pemerintah masih mengkaji beberapa opsi rute kereta super cepat. Ada dua opsi utama. Pertama, Jakarta-Cirebon-Surabaya. Kedua, Jakarta-Bandung-Cirebon-Surabaya. Dengan kesepakatan terbaru MPA Indonesia-Jepang, opsi ke dualah yang kemungkinan besar akan diambil.

BACA JUGA: Pemerintah Setujui Kenaikan Tarif Tol Kanci-Pejagan dan Semarang-Ungaran

Sebelumnya, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Jepang Muhammad Lutfi mengatakan, Jepang tidak hanya siap mengusung teknologi kereta super cepat ke Indonesia, namun juga siap membantu pendanaannya.

"JICA (Japan International Cooperation Agency) sudah menyatakan bersedia," katanya. Dalam kalkulasi Kementerian Perhubungan, setidaknya dibutuhkan dana lebih dari Rp 100 triliun untuk membangun kereta super cepat ini.

Lutfi menambahkan, kereta super cepat akan bisa bersaing dengan layanan pesawat. Dia mencontohkan di Jepang, kereta super cepat atau kereta peluru rute Tokyo-Osaka memerlukan waktu tempuh 100 menit, sedangkan pesawat hanya 50 menit.

"Nyatanya, layanan kereta tetap laris, karena mereka juga menghitung waktu yang dibutuhkan dari rumah menuju bandara," ucapnya.

Sebagai gambaran, rute Jakarta-Surabaya yang berjarak sekitar 700 kilometer (tergantung jalur) bisa ditempuh dengan kereta super cepat berkecepatan 270 - 300 kilometer (km) per jam dalam waktu sekitar 3 jam. Jika menggunakan pesawat, waktunya mungkin hanya kurang dari 1,5 jam.

"Tapi, perjalanan dari rumah menuju bandara (di Jakarta) bisa sampai 1-2 jam dan harus tiba di bandara minimal 1,5 jam sebelum keberangkatan untuk check in dan lain-lain. Jadi, kalau dihitung-hitung, total waktu yang dibutuhan mulai dari rumah ke bandara, lalu terbang dari Jakarta ke Surabaya bisa lebih dari 4 jam juga, belum lagi kalau pesawatnya delay. Jadi, layanan kereta super cepat masih kompetitif," jelasnya.

Hatta menambahkan, beberapa proyek lain yang juga masuk dalam kesepakatan kerjasama Indonesia-Jepang adalah groundbreaking pembangunan proyek Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) jalur Utara-Selatan serta penyelesaian implementasi proyek utama, termasuk rekonstruksi stasiun pompa timur di Pluit.

"Ada juga proyek MRT Jalur Timur-Barat dan Jawa-Sumatra Interconnection Transmission Line yang akan dipercepat pada tahun 2020," ujarnya.

Selain itu, lanjut Hatta, Indonesia dan Jepang juga sepakat meningkatkan kerjasama investasi dengan meninjau kembali regulasi untuk mempromosikan investasi langsung dari Jepang ke Indonesia, termasuk dalam hal kemudahan lisensi impor, prosedur bea masuk pelabuhan, isu visa tenaga kerja, serta prediktabilitas hukum dan regulasi.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, pada 2012 Jepang menjadi negara dengan investasi langsung terbesar ke-2 di Indonesia dengan total investasi USD 2,45 miliar.

"Dengan makin eratnya kerjasama, investasi diharapkan terus naik dan Indonesia siap menjadi hub untuk investasi dan perdagangan dengan Jepang di kawasan ASEAN," kata Hatta. (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulog Beber Tiga Indikator Keran Impor Pangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler