jpnn.com - Salah satu yang ingin saya lihat di Makkah –di luar ritual umrah– adalah proyek kereta listriknyaTerutama tahap 1 jurusan Makkah– Arafah yang sedang dibangun dengan rugi yang sangat besar oleh Tiongkok itu.
KARENA itu, setelah salat Asar, menunggu terik matahari musim panas mereda, saya ke Mina, Mudzdalifah, dan Padang Arafah
BACA JUGA: Di Al Haram Tak Ada Yang Tersinggung
Di luar musim haji seperti sekarang ini, tempat tempat itu tidak berpenghuni sama sekaliBACA JUGA: Perbedaan, Sikap Kita dan Kenisbian
Tapi, ketika musim haji, jutaan jamaah bergerak serentak melakukan perjalanan suci ke lokasi-lokasi itu.Padat, merambat, dan bahkan macet total
BACA JUGA: Era Baru Superblok, Mal dan Foodcourt di Ring Satu
Dulu, ketika naik haji, saya memilih jalan kaki pulang pergi untuk rute yang sekali jalan sekitar 25 km itu (bukan 40 km seperti dalam seri pertama tulisan ini)Problem itulah yang akan dipecahkan pemerintah Arab Saudi dengan pembangunan jaringan kereta cepatnya.Kalau kereta tersebut berfungsi penuh pada musim haji dua bulan lagi, kendaraan yang menuju Arafah bisa berkurang setidaknya 53.000 mobilTinggal bus-bus besar yang minimal berisi 25 orang yang diizinkan menuju Padang ArafahUji coba sudah dilakukan pada musim haji tahun lalu, namun baru 30 persen dari kapasitas sesungguhnyaSekarang pun, saat saya menyusuri rute kereta itu, belum benar-benar selesaiSaya mampir ke stasiun Mudzdalifah yang masih belum tertataSaya lihat hanya dua pekerja yang memasang tegel di tangga.
:TERKAIT Halamannya juga masih belum dikerjakan Saya tentu ngobrol dengan pekerja asal Tiongkok yang tidak punya agama itu mengenai suka-duka bekerja di sebuah negara yang sangat ketat dalam menerapkan ajaran agamaMereka heran melihat saya bisa berbahasa MandarinUji coba kereta terus dilakukan tanpa menunggu semua fasilitas selesaiKereta warna dominan hijau muda dan kuning muda tersebut terus datang dan pergi Itulah stasiun pertengahan antara Mina dan Arafah Setiap rangkaian berisi 12 gerbong.
Setiap gerbong bisa memuat 250 orang (70 persen berdiri) sehingga satu rangkaian bisa mengangkut 3.000 orang Menggunakan listrik 1.500 vdc, 3.000 ampere, dan dengan lebar rel 1,435 meter, kereta itu berkecepatan 120 km/jam sehingga direncanakan setiap jam bisa mengangkut 73.000 orangInilah investasi kereta sepanjang 18 km dengan biaya Rp 15 triliun yang hanya akan digunakan intensif tiga hari saja dalam setahunDesainnya pun harus dibuat khusus yang harus cocok untuk keperluan haji.
Misalnya, bagaimana rel kereta itu saat harus melewati tempat lempar jumrah (setiap jamaah haji harus melempar batu ke satu tembok yang menyimbolkan setan)Karena tempat melempar jumrah itu kini berupa bangunan empat lantai, sebelum memasuki lokasi tersebut, relnya memecah jadi empatAda kereta yang berhenti di lantai 4, ada juga yang berhenti di lantai bawahnya.
Lalu, setelah melewati lokasi jumrah, relnya menyatu kembaliDemikian juga ketika kereta sampai Padang Arafah yang luas ituDi sini, relnya memecah jadi empat, juga dengan jurusan yang berbeda-beda, menyebar ke empat penjuru Padang ArafahDi stasiun Mudzdalifah itu pula saya untuk kali pertama tahu diberi nama apakah kereta tersebut.
Monorelkah seperti yang selama ini disebut-sebut? Ternyata tidak disebut monorel karena saya lihat relnya memang gandaDi display layar komputer di stasiun itu, jelaslah namanya: Makkah MetroDitulis dalam bahasa Arab bergantian dengan bahasa InggrisPengumuman yang dikumandangkan di dalamnya juga dalam dua bahasa itu, tapi sedikit unik: meski rel kereta ini di ketinggian 8 meter dari tanah, istilah yang digunakan adalah istilah kereta bawah tanah London yang disebut tube itu.
Misalnya, kalau di kereta bawah tanah di Singapura atau Tiongkok menggunakan kalimat ’’mind your step’’, di sini menggunakan term tube London ’’mind your gap’’Tentu jamaah haji dari Indonesia jangan punya mimpi naik kereta itu pada musim haji mendatang Kereta itu khusus untuk jamaah haji Arab Saudi dan yang datang dari negara-negara Arab di jazirah Arab anggota GCC, seperti ASEAN kita Orang Arab dari Mesir, Libya, Maroko (Maghribi), dan lain-lain tidak bolehIni ada juga masuk akalnya.
Mengapa? Di satu pihak, tentu Arab Saudi ingin mengistimewakan tetangga-tetangga terdekatnya seperti Yaman, Oman, Emirat, Bahrain, Qatar, dan KuwaitDi lain pihak, jamaah haji dari tetangga itulah yang banyak datang secara perorangan dengan jalan darat menggunakan mobil kecilSedangkan yang dari jauh biasanya berombongan yang terorganisasi, termasuk sudah disiapkan bus-bus besarnyaTentu akan sulit mengatur karcis perorangan untuk rombongan seperti ituHehee… tidak jadi iri kan?
Bahkan, kereta itu tidak berkarcis sehingga tidak ada loket penjualan karcisnyaKalaupun Anda ngotot ingin naik, waktu Anda akan habis untuk mencari tempat di mana karcis dijual Sedangkan jamaah dari GCC, untuk naik kereta itu, cukup hanya dengan menunjukkan KTP merekaTentu, jamaah non-GCC seperti dari Indonesia tidak boleh kehabisan rasa bersyukurDengan adanya kereta itu, kepadatan jalan jalur ke Padang Arafah toh sangat berkurang Berarti, perjalanan suci Anda juga bertambah lancarMaka, anggap saja kereta itu boneka dari China: boleh dipandang tak boleh dipegang(c5/lk)
Dahlan Iskan
CEO PLN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ironi di Bintuni, Mumi Listrik di Digul
Redaktur : Tim Redaksi