Di tengah hubungan politik antara pemerintah Indonesia dan Australia yang kurang mesra berkenaan dengan eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, kerjasama kedua negara di bidang penelitian terus berlanjut.

Hal tersebut dikatakan oleh Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, Rektor Universitas Hasanuddin Makasar yang sekarang menjadi anggota Dewan Australia-Indonesia Center (AIC).

BACA JUGA: Resep Pekan Ini: Kue Bola Sirup

AIC yang berpusat di Universitas Monash di Melbourne didirikan di tahun 2014 sebagai usaha dari kedua negara untuk menggalang lebih banyak kerjasama penelitian di bidang sains, kesehatan, pertanian, energi dan infrastruktur.

Prof Dwia adalah anggota AIC terbaru yang hari Selasa (19/5/2015) lalu berada di Canberra untuk menghadiri pertemuan Dewan AIC untuk pertama kalinya.

BACA JUGA: Berkat Sertifikasi Halal, Perusahaan Susu Australia Suplai Maskapai Timur Tengah

"Saya memang anggota baru Dewan AIC, menggantikan Prof Pratikno yang sekarang menjadi Mensesneg," kata Dwia kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya.


Prof Dwia Aries Tina bersama dengan Paul Ramadge, Direktur AIC.

BACA JUGA: Selidiki Jumlah Mamalia Laut di Sungai Hobart, Ilmuwan Gunakan Perekam Akustik

 

Menurut Dwia dalam pertemuan Dewan AIC tersebut, hubungan antara pemerintah Indonesia dan Australia sekarang ini khususnya berkenaan dengan eksekusi Chan dan Syukumaran tidak dibahas.

"Memang kami tidak mencampuri masalah politik kedua negara. Cakupan kami adalah bagaimana meningkatkan kerjasama antar berbagai institusi di kedua negara di berbagai bidang." katanya.

Dan sejauh ini, menurut Prof Dwia, berbagai proyek penelitian yang sudah disepakati oleh AIC sudah berjalan dan semakin meningkat.

Selain Dwia, anggota Dewan AIC yang baru adalah mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Dewan bertemu secara teratur empat kali dalam setahun, dan pertemuan berikutnya menurut Prof Dwia akan dilangsungkan di Makassar (Sulawesi Selatan) bulan Agustus mendatang.

Menurut Gurubesar Sosiologi Unhas tersebut, salah satu hal yang akan dibicarakan di Makassar nantinya adalah pengembangan smart city di beberapa kota di Indonesia.

"Kita akan mendengarkan paparan dari walikota dan bupati bagi pengembangan smart city di kota mereka." jelas Prof Dwia.

Dalam pertemuan di Canberra hari Selasa, menurutnya beberapa hal juga dijelaskan mengenai proyek kerjasama yang sedang berlangsung saat ini.

"Dipaparkan bagaimana memperkuat hubungan perdagangan antara Indonesia-Australia, juga pembangunan infrastruktur, dan pemenuhan kebutuhan energi," katanya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Musik Jadi Terapi Anak Muda yang Mengidap Penyakit Keras

Berita Terkait