Kesabaran Habis, Presiden Lebanon Sebut Saudi Pelanggar HAM

Kamis, 16 November 2017 – 08:44 WIB
Mobil warga Beirut, Lebanon terlihat melintasi poster yang berisi tuntutan informasi keberadaan PM Saad Hariri. (JAMAL SAIDI/REUTERS)

jpnn.com, BEIRUT - Mantan Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad Hariri tidak bisa memenuhi ucapannya. Minggu malam (12/11) dia menyatakan akan pulang ke negaranya dalam 2–3 hari.

Namun, hingga kemarin, Rabu (15/11), dia masih berada di Arab Saudi. Hariri bahkan berencana bertemu dengan Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian di Riyadh.

BACA JUGA: Makin Panas, Lebanon Terancam Di-Qatar-kan Saudi Cs

Tak kunjung pulangnya Hariri membuat Presiden Lebanon Michel Aoun berang. Kepada media, Aoun menegaskan, absennya Hariri selama 12 hari ini tidak bisa dibenarkan. Alasan ketidakpulangannya juga masih simpang siur. 

Hariri menjadi perhatian dunia setelah mengumumkan pengunduran dirinya di Future TV saat berada di Riyadh Sabtu (4/11).

BACA JUGA: Hariri Mengaku Bebas di Saudi, Tapi Ekspresinya Berkata Lain

”Karena itu, kami menganggap dia ditahan. Ini adalah pelanggaran terhadap Konvensi Wina dan undang-undang HAM,” tegas Aoun saat menggelar pertemuan dengan petinggi media dan para jurnalis.

Penahanan itu sama saja dengan serangan terhadap Lebanon. Itu adalah kali pertama pemimpin 82 tahun tersebut menyatakan kepada publik secara terang-terangan bahwa Hariri ditahan Saudi.

BACA JUGA: Gempa 7,2 SR Guncang Irak dan Iran, Ratusan Tewas

Pernyataannya juga diunggah di akun Twitter resminya. Sebelumnya dia hanya menyatakan bahwa kebebasan Hariri dibatasi. Itu pun Aoun tidak langsung berbicara di depan jurnalis, melainkan lewat orang-orang terdekatnya.

Menurut dia, bukan hanya Hariri yang ditahan, melainkan juga keluarganya. Anak dan istri Hariri selama ini tinggal di Riyadh.

Keluarga yang berkunjung ke kediaman Hariri di Saudi harus melalui pengecekan, baik ketika masuk maupun keluar. Penahanan Hariri dan keluarganya itu dianggap memengaruhi martabat Lebanon.

”Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan kehilangan waktu. Urusan negara tidak bisa dihentikan begitu saja,” tambahnya.

Aoun kembali menegaskan bahwa dirinya tidak bisa membuat keputusan untuk menerima atau menolak pengunduran diri Hariri. Sebab, Hariri melakukannya dari luar negeri.

Dia minta pemimpin Future Movement itu segera kembali ke Lebanon untuk menegaskan jadi mundur atau tidaknya. Termasuk mendiskusikan alasan pengunduran dirinya dan langkah apa yang akan diambil selanjutnya.

Pasca pernyataan Aoun itu, Hariri langsung mengonfirmasi kepulangannya lewat akun Twitter-nya.

”Saya ingin mengulangi dan menegaskan bahwa saya baik-baik saja dan akan kembali, jika Allah mengizinkan, ke Lebanon tercinta seperti yang saya janjikan ke kalian, lihat saja nanti,” cuitnya kemarin. Hariri tidak memberikan tanggal pasti kapan dirinya akan pulang.

Pernyataan serupa dilontarkan anggota parlemen dari Future Movement Okab Sakr. Dia mengaku telah menghubungi Hariri kemarin dan menampik pernyataan Aoun bahwa PM ke-33 Lebanon itu dan keluarganya tengah ditahan Saudi.

Sementara itu, Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian kemarin malam tiba di Riyadh. Dia akan mendiskusikan krisis di Lebanon bersama dengan putra mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman dan Hariri.

Pertemuan dengan Hariri dijadwalkan hari ini tapi bisa berubah sewaktu-waktu. Sementara, Hizbullah yang menjadi pusaran dari krisis antara Saudi dan Lebanon belum memberikan komentar apa pun. 

Nasib Lebanon saat ini memang bergantung pada keputusan Hizbullah. Jika mereka memenuhi tuntutan Saudi untuk tak ikut campur dalam urusan regional negara-negara sekitarnya, hubungan kedua negara bakal kembali membaik. Jika tidak, sanksi dari Saudi dan sekutu-sekutunya menunggu Lebanon. (Reuters/AP/BBC/sha/c10/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pangeran Muhammad Makin Agresif, Raja Salman Segera Lengser?


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler