Kesadaran Patuh Prokes Ternyata Masih Rendah, Siap-siap Saja!

Jumat, 13 Agustus 2021 – 22:18 WIB
Ilustrasi - Suasana di area Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (1/7). Imbauan protokol kesehatan terus digalakan di beberapa fasilitas transportasi umum seperti terminal, bandara, pelabuhan dan stasiun kereta mengingat mulai meningkatnya kembali angka kasus positif Covid-19. Foto: Ricardo/jpnn.com.

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Bidang Literasi dan Edukasi Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) Dinny Jusuf menyebut kesadaran untuk patuh menjalankan protokol kesehatan di sejumlah daerah ternyata masih rendah.

Selain itu, stigma sosial terkait COVID-19, utamanya di pelosok daerah di Indonesia masih tinggi.

BACA JUGA: Begini Caranya Agar Lansia Tak Takut Vaksin COVID-19

"Ada beberapa daerah di Nusantara yang masuk ke dalam salah satu wilayah zona merah COVID-19. Namun sayangnya tingkat kesadaran untuk patuh protokol kesehatan masih rendah."

"Selain itu, stigma masih terjadi di masyarakat," ujar Dinny dalam keterangannya pada Jumat (13/8).

BACA JUGA: Begini Gejala Awal Kelainan Kolesterol, Bukan Hanya Orang Gemuk Lho!

Menurut Dinny, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk wilayah Jawa dan Bali kembali diperpanjang hingga 16 Agustus 2021, kondisi di daerah masih belum membaik.

Utamanya dari segi fasilitas kesehatan.

BACA JUGA: Terlambat Suntik Kedua Vaksin COVID-19? Para Ahli Bilang Begini

"Protokol kesehatan hampir juga tidak ada. Mereka masih abai protokol kesehatan. Orang kena COVID-19 dapat stigma, kalau isoman juga," katanya.

Begitu juga dengan pendatang masih sering dianggap pembawa penyakit.

"Saya saja pernah pulang ke Toraja, disemprot air disinfektan," ucapnya.

Masyarakat di daerah juga dinilai masih banyak yang menolak disuntik untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

"Mereka percaya tentang hoaks. Selain itu, akses untuk dapat vaksin masih sangat terbatas, tidak seperti di Pulau Jawa."

Bersama FSK, Dinny sangat ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya patuh protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19.

Dia mencari cara yang tepat dan menyenangkan agar pesan ini sampai ke masyarakat. Terutama di wilayah pelosok, seperti Tana Toraja.

"Kami inginnya jangka panjang dan pendek melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pendekatan kearifan lokal."

"Bisa menggandeng tokoh masyarakat untuk jadi role model atau teladan."

Melihat kenyataan yang ada, Koordinator Nasional FSK Sudirman Said menilai kebijakan PPKM serta langkah pencegahan COVID-19 yang telah diterapkan pemerintah seharusnya dipatuhi oleh masyarakat di mana pun berada.

"Vaksinasi akan memerlukan waktu, karena menyangkut ketersediaan pasokan, manajemen logistik dan juga beban tenaga kesehatan," kata dia.

Sambil diimbangi dengan pelaksanaan protokol kesehatan ketat, edukasi dan literasi akan sangat menentukan sukses kita mengendalikan pandemi.

Kemudian soal stigma di masyarakat, Sudirman mengatakan hal ini menjadi tantangan bersama. Seharusnya antar warga harus menjaga keharmonisan, agar tidak terjadi saling curiga.

"Peran para pemimpin masyarakat akan sangat penting menjaga saling percaya antar warga. Bahkan semangat saling bantu yang harus digelorakan," pungkas Sudirman.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler