Kesaksian Bibi Brigadir J: Jari Kelingking Hampir Putus

Selasa, 01 November 2022 – 19:01 WIB
Ayahanda dan Ibunda Brigadir J memberikan kesaksian di hadapan majelis hakim, jaksa, penasihat hukum, terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di ruang sidang PN Jakarta Selatan, Selasa (1/11). Foto: TV Siaran Langsung PN Jaksel/Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bibi Brigadir J, Roslin Simanjuntak memberikan kesaksian dalam sidang terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Selasa (1/11).

Dalam kesaksiannya, Roslin membeberkan awal mula mendengarkan kabar Brigadir J tewas ditembak.

BACA JUGA: Ferdy Sambo Ungkap Sesuatu di Depan Orang Tua Brigadir J, Terkait Putri Candrawathi

Roslin tidak percaya begitu saja soal kabar Brigadir J tewas karena baku tembak.

Pasalnya, menurutnya, pada saat itu Brigadir J sedang mengawal terdakwa Putri Candrawathi ke Magelang, Jawa Tengah.

BACA JUGA: Polisikan Susi ART Sambo, Kamaruddin: Minta Dia Jujur Sama Saja Menyuruh Bunuh Diri

"Kabar bahwa anak kami almarhum Yosua meninggal, yang dibilang baku tembak, saya enggak percaya. Karena setahu saya, anak kami Yosua mengawal Ibu Putri ke Magelang," kata Roslin di ruang sidang.

Roslin membeberkan bahwa Brigadir J sejak kecil merupakan sosok penakut.

BACA JUGA: Sebut Brigadir J Datang ke Ruangannya, Putri Lalu Serahkan Rp 10 Juta, Untuk Apa?

"Jadi, dari situ feeling saya, karena dahulu almarhum ini kecilnya penakut," ujar Roslin.

Roslin kemudian mengirim pesan kepada Reza, panggilan karib Mahareza, agar mengambil foto saat jenazah Brigadir J dimasukkan ke dalam peti.

"Saya bilang 'tolong Reza setelah abang nanti dimasukkan di peti, tolong kirimkan fotonya. Saya mau lihat di mana lobang tembaknya itu'," ujar Roslin mengenang pesannya kepada Reza.

Singkat cerita, setelah Reza mengirimkan foto jenazah Brigadir J, Roslin lantas menyimpulkan bahwa kematian keponakannya itu karena disiksa.

"Jadi, dari situ saya sudah melihat sudah ada kejanggalan. Dari Reza mengirimkan foto itu jiwa batin saya karena sering dengan aku dari kecil sampai jadi polisi, hati saya sudah berontak," bebernya.

Menurut Roslin, Mahareza juga sempat meminta tolong agar dijemput di bandara.

Dia lantas curiga, sebab almarhum Brigadir J seorang polisi, tetapi jenazahnya tidak diantar atau ditanggung negara dan kepolisian

"Semakin curiga lagi," tutur Roslin.

Setibanya jenazah Brigadir J di Bandara Internasional Sultan Thaha Jambi, Roslin langsung memeluk Mahareza.

Menurutnya, polisi berbaju kotak-kotak meminta pihak keluarga agar tidak menangis di bandara.

Namun, Roslin berkata kepada polisi itu bahwa tujuan mereka ke bandara untuk menjemput jenazah Brigadir J.

"Sesampainya di kargo saya lihat keanehan, di sana tidak ada polisi yang berpakaian dinas untuk menjemput jenazah anakku almarhum Yosua. Malah ambulans-ambulans sipil," kenang Roslin.

Roslin mengaku melihat banyak kejanggalan pada tubuh Brigadir J.

Salah satunya yakni, jari tangannya masih kelihatan darah segar.

"Saya melihat lagi keanehan di jarinya itu darah," jelasnya.

Lalu, setelah membuka sarung tangan Brigadir J, Roslin juga melihat jari kelingking almarhum hampir putus.

Kejanggalan lain, menurutnya, yakni ada bekas peluru terbakar di jari tangannya.

"Saya buka langsung sarung tangan yang dipasang ke kepada dia, itulah saya lihat ada jarinya sudah hampir mau putus, jari kelingkingnya," tutup Roslin. (cr3/jpnn)


Redaktur : Dedi Yondra
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler