Kesaksian Kerabat Dekat David Hartanto, Mahasiswa Indonesia yang Tewas di Singapura

Periang, Dapat Julukan Presiden Game Online

Rabu, 11 Maret 2009 – 06:24 WIB

Kematian mahasiswa Indonesia David Hartanto Widjaja di kampusnya, Nanyang Technological University (NTU), Singapura, masih misteriJika disebut David bunuh diri setelah membunuh dosennya, kerabat dekatnya tak percaya

BACA JUGA: Mengunjungi Kuil-Kuil Tertua di Jepang

Mereka terus mengungkap sejumlah kejanggalan


-----

DANI TRI WAHYUDI, Jakarta

-----

SUASANA di Perumahan Taman Permata Indah, Kelurahan Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara, kemarin tampak sepi

BACA JUGA: Mengunjungi JAXA, Lembaga Pelatihan Astronot Jepang

Di blok PI agak ujung hanya terlihat beberapa mobil diparkir di depan rumah no 15
Itulah rumah orang tua David

BACA JUGA: Ketika Para Dubes dan Ekspatriat Belajar Bahasa Indonesia di Jogja (2-Habis)



Di rumah no 15 itu beberapa famili dari pasangan Hartono Widjaja-Cai sedang berkumpulMereka masih diliputi duka mendalam akibat kematian David

Mereka sangat kehilangan mahasiswa jurusan teknik elektro ituApalagi, David meninggal dengan cara tidak wajar

Ibunya terlihat sangat shockBegitu pula HartonoMeski mau menemui Indo.Pos (Jawa Pos Group), ayah kandung David itu tak sanggup diwawancaraiWajahnya mencerminkan kesedihan mendalamUntuk menjawab pertanyaan Indo.Pos, Hartono memercayakan kepada anak pertamanya, William Hartanto

Dengan gaya bicara yang meledak-ledak, William memaparkan kekecewaannya terhadap sikap NTU maupun pemerintah Singapura terkait kematian DavidMenurut dia, semua pernyataan pihak Singapura bahwa David bunuh diri itu bohong besar''Saya tahu benar adik sayaTidak ada ceritanya dia sampai bunuh diri,'' ungkapnya.

Otoritas NTU -seperti dilansir berbagai media massa- menyatakan bahwa David melompat dari gedung kampusDiberitakan pula, dia menyayat tangannya sendiri sebelum tewasDisebutkan dalam berita itu, ada kemungkinan David menyerang dosen pembimbingnya, Profesor Chan Kap Luk, lalu bunuh diri

Namun, semua itu dibantah WilliamSebab, di mata William, karakter David sama sekali tak mendukung untuk melakukan tindakan nekat seperti bunuh diri''Dia itu periang, banyak omong, banyak teman, tidak macam-macam, dan tidak mau mencari masalahPokoknya, hidupnya tidak pernah stres,'' ungkapnya

David yang juga akrab dipanggil Ming Ming, lanjut William, punya prinsip bahwa hidup itu bukanlah bebanNamun, sebaliknya, hidup hanya dipakai bersenang-senangPrinsip itu terwujud dalam kebiasaannya sehari-hari''Adik saya itu hobi gameSejak kecil dia sudah nge-game,'' tuturnya.

Hingga mahasiswa, Ming Ming tak bisa lepas dari kebiasaannya main gameKegemaran mahasiswa yang tewas pada usia 22 tahun itu membuat teman-temannya menjuluki dia sebagai presiden game online''Dia main game apa sajaTapi, yang paling suka game strategi,'' kata William

Kesukaan main game membuat Ming Ming sering lupa waktuSebab, hampir seluruh waktunya dia pergunakan untuk main playstation maupun game di internetLantas, kapan belajarnya? ''Boro-boro dia belajarAdik saya itu males,'' tegas WilliamBoleh dikatakan David sama sekali tidak pernah belajar di rumahTapi, dia kerap menjuarai kompetisi matematika dan fisika sejak SD, baik di tingkat nasional hingga internasional

''Piala serta piagam penghargaan prestasinya berderet-deret," lanjutnyaSayang, William tidak berkenan menunjukkan kepada Indo.PosBegitu banyaknya prestasi Ming Ming, William sampai lupa untuk merincinya''SMA, dia pernah memenangi Olimpiade Science nasional juara IIDia juga pernah ikut Olimpiade Matematika tingkat internasional di Meksiko pada 2005tapi, waktu itu tak dapat juara,'' ucapnya.

Prestasi yang lain, seperti juara Olimpiade Fisika dan Matematika Tingkat I DKIMing Ming selalu ditunjuk mewakili sekolahnya untuk mengikuti kompetisi-kompetisi bidang ilmu pasti (exacta).

Keungguluannya menguasai matematika diakui teman-teman Ming Ming di SMAK 1 PenaburSeperti pengakuan Charles Christian, sahabat Ming Ming''Coba tanya kepada semua siswa siswi kelas 3 IPA angkatan saya, siapa David HartonoMereka akan menjawab, oh si jago matematika itu,'' ungkap Charles

Kecintaannya kepada matematika, membuat David dan teman-temannya, juga merintis sebuah klub bernama science club mathematics di sekolahnyaDari klub yang dibina oleh guru setempat, David dipersiapkan untuk mengikuti International Mathematical Olympiad (IMO).

Segudang prestasi itu membuat David mendapatkan banyak tawaran beasiswa dari sejumlah perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeriTetapi, pilihannya jatuh ke NTUSetelah melewati ujian tertulis, David dinyatakan lolos sebagai mahasiswa dan berhak atas beasiswa dari NTU

Meski bersinar di sekolahnya, David tidak besar kepalaDia tetap menjadi teman yang menyenangkan bagi teman-temannyaDia suka berbagi ilmu yang dimilikinya, termasuk ilmu bermain game

Charles mengakui, dirinya sering berkomunikasi via chatting internet dengan DavidSelain ke teman-teman, David juga rajin chatting-an dengan keluarganya di Amerika dan AustraliaLewat chatting-an pada tiga pekan sebelum kematiannya, David menggambarkan kenyamanannya menjadi mahasiswa NTU''Katanya di sana enak, hanya bermain game sajaMakanya kami sangat kaget ketika diberitakan bahwa dia (David) mati karena bunuh diri,'' tutur Charles

Hampir semua teman-teman David di Indonesia meragukan seluruh pemberitaan tentang David yang bunuh diriBerita-berita itu dianggap rancuSolidaristas teman-teman sekolahnya diwujudkan dengan terus mengkritisi dan mendalami kasus DavidSejumlah kejanggalan pun satu per satu ditemukan

Salah satu kejanggalan itu adalah upaya NTU yang diduga bergegas membersihkan tempat kejadian perkara (TKP) setelah kematian DavidAkibatnya, polisi tidak menemukan satu pun tetesan darah di TKP

Kejanggalan lain yang didapat ketika keluarga melihat kondisi kamar David di mes NTUTernyata di dalam kamar itu komputer masih posisi onBahkan, account MSN David dan game online internet masih aktif

''Sebelum kejadian, dia (David) sempat chatting-an dengan saya,'' cerita WilliamSaat itu, lanjut dia, perilaku David tak menunjukkan bahwa dia sedang ada masalah.

Salah seorang kerabat David yang enggan disebutkan namanya menceritakan, saat olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan pusau kecil tanpa gagangDi ruangan Profesor Chan Kap Luk tertinggal tas DavidDi dalamnya ada handuk dan botol air mineral 1,5 literKebiasaan itu atas anjuran ibunya, yaitu banyak mengonsumsi air putih dan menyeka keringat dengan handukDavid yang gampang sekali berkeringat, menurut teman-teman sekampus di NTU, kerap mengalungkan handuk di leher meski di dalam kelas''Jika David ingin bunuh diri, logikanya dia melupakan kebiasaannya ituBahkan, kalau perlu membawa pisau yang lebih besar untuk mempercepat kematian,'' katanya

Ketika keluarga David ingin menemui Profesor Chan Kap Luk untuk menanyakan seputar kejadian, aparat di Singapura juga menghalang-halangiAlasannya, sang professor masih dirawat di ICU

Keluarga ketika mendapat kesempatan melihat jasad David juga menangkap ada kejanggalanYakni, menemukan luka di bagian leher dan bagian bokongItu mengesankan bahwa David diserangTapi, sayang, untuk mempertajam dugaan itu, tak ada seorang pun saksi yang bisa ditanyaSebab, saat itu di dalam ruangan hanya ada David dan Profesor Chan

Pihak keluarga juga belum bisa menerima dugaan yang dilansir sejumlah media di Singapura bahwa tindakan nekat David itu karena stres beasiswanya dicabutSelanjutnya, dia mengamuk dan menyerang dosen pembimbingnya''Kami sudah tahu soal beasiswanya yang dicabutTapi, yang saya tangkap dari omongan David, dia biasa-biasa sajaBahkan, dia cuek saja karena pihak keluarga tidak mempersoalkannyaApalagi, keluarga masih mampu membiayai,'' ungkap William

Kalaupun David cuek, lanjut William, itu cukup beralasanKuliah David tinggal sebentarSebab, dia telah menempuh FYP (final year project, semacam skripsi)''Coba Mas bayangkan jika jadi DavidKuliah mau lulus kok stres gara-gara beasiswa dicabutBagi adik saya, itu bodo amat, ya kan? Sungguh enggak masuk akal,'' tegasnya.(kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Para Dubes dan Ekspatriat Belajar Bahasa Indonesia di Jogja (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler