Anak dari Natasha Coster yang berusia 14 tahun, Nyx, dulu suka sekolah, tetapi masalah kesehatan mental membuatnya susah-payah melewati dua pelajaran sehari

Malah kadang-kadang, ia memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah sama sekali.

BACA JUGA: Lebih dari 500 Marilyn Monroe Berenang Bersama untuk Galang Dana bagi Penelitian Kanker

"Ketika pergi ke sekolah, ia tidak merasa nyaman masuk ke kelas, jadi ia menghabiskan seluruh waktunya di luar kelas dan duduk-duduk di tangga atau di kantor guru pembimbing, atau dengan staf sekolah," kata Natasha.

"Jika suasana hatinya cukup senang, ia akan duduk di luar kelas sehingga dapat mengikuti kelas, tetapi saat ini, ia tidak senang melakukannya karena banyak siswa lain lewat dan bertanya mengapa ia tidak masuk ke kelas."

BACA JUGA: Indonesia Punya Kinerja Terbaik Dalam Hal Pengaruh Diplomatik, Tapi Lemah Secara Militer

Natasha mengatakan guru dan staf pembimbing telah melakukan semua yang mereka bisa lakukan untuk membantunya, tetapi karena sulitnya akses ke perawatan kesehatan mental, bersekolah pun menjadi semakin sulit bagi Nyx.

"Pebimbing di sekolah pada dasarnya mengatakan, 'Jika kamu tidak ingin datang ke sekolah, kami sepenuhnya mengerti, tetaplah di rumah'... dan saya pikir pilihan itu yang akan lebih sering diambil," katanya.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Lebih Seribu Orang Tewas Akibat Gempa di Turkiye dan Suriah

"Kesehatan mental untuk remaja dan berusaha menemukan seseorang yang bisa mengerti sangatlah sulit."

Data baru yang dikeluarkan oleh Komisi Produktivitas di Australia menunjukkan, jumlah anak-anak yang tinggal di rumah dan tidak masuk ke kelas di Australia terus meningkat, baik karena kesehatan mental maupun penyakit lainnya.

Tingkat kehadiran sekolah dasar nasional di Australia adalah 87,8 persen pada tahun 2022, turun 4,5 persen dari tahun 2021.

Di sekolah menengah, tingkat kehadiran siswa turun menjadi 84,7 persen atau turun 4,1 persen dari tahun 2021.

Penurunan paling menonjol terjadi di Australia Selatan, di mana angka turun sebesar 4,6 persen, diikuti oleh Victoria (4,5 persen).

Presiden Serikat Pendidikan Australia, Correna Haythorpe, mengatakan penurunan kehadiran di sekolah menjadi lebih terlihat selama dan setelah pandemi COVID-19.

Dia mengatakan masalah ini "berlapis-lapis", tetapi tren penolakan masuk sekolah yang meningkat juga menjadi faktor penyebabnya.

“Tidak ada keraguan bahwa sejak lockdown dan di banyak negara bagian, para guru sudah menyatakan keprihatinan mereka tentang kesejahteraan banyak siswa kami, serta keterpisahan mereka dari sekolah,” katanya.

"Kami percaya sangat penting bagi kami untuk memiliki lebih banyak guru pembimbing di sekolah dan pakar kesehatan mental yang profesional di sekolah untuk mendukung siswa dan juga untuk bekerja sama dengan guru, karena guru memerlukan dukungan dalam melayani siswa ini."Masalah kesehatan mental mendorong ketidakhadiran

Menurut laporan yang diluncurkan tahun lalu, penolakan pergi ke sekolah, yang diberi label "penghindaran sekolah berbasis kecemasan" oleh para ahli, kini sedang meningkat di Australia.

Presiden Asosiasi Kepala Sekolah Menengah Australia, Andrew Pierpoint, mengatakan kesehatan mental adalah pendorong utama ketidakhadiran di sekolah.

"Kasus ketidakhadiran memang selalu ada, tapi saya pikir kesehatan mental membuatnya lebih umum akhir-akhir ini," katanya.

Dia mengatakan guru dan kepala sekolah membutuhkan sumber daya tambahan untuk mendukung siswa, ditambah dengan pendekatan nasional.

"Ini pekerjaan yang sangat besar dan semakin sulit setiap hari," katanya.

"Kami perlu berbicara dengan orang-orang yang sehari-hari terlibat, dan mereka perlu berbicara dengan kami karena kami tahu bagaimana menjalankan sekolah dan program di sekolah, tapi kami tidak tahu bagaimana mendanai sumber daya tambahan."

Correna mengatakan perubahan dalam kehadiran siswa "harus menjadi peringatan" bagi pemerintah negara bagian dan federal.

"Kita harus berdialog dengan komunitas siswa tentang keterlibatan mereka di sekolah," katanya.

"Apakah kita memiliki kurikulum yang mereka butuhkan untuk pembelajaran mereka? Apakah kita memiliki sumber daya yang kita butuhkan untuk mendukung pembelajaran mereka? Itu sangat penting anak-anak kita."

“Kita perlu memiliki program sekolah menengah atas yang kuat sebagai jalur bagi siswa supaya tidak hanya tetap bersekolah tetapi juga di luar sekolah, untuk memastikan bahwa mereka mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan kejuruan, melanjutkan ke universitas atau ke masuk dunia kerja,” ujarnya.

Diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mona Ratuliu Bagikan Kabar Terbaru Soal Putri Sulungnya yang Sempat Depresi

Berita Terkait