Kesenjangan Tenaga Kerja dan Infrastruktur jadi Kendala Penggunaan AI

Senin, 09 Desember 2024 – 17:33 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan. Foto: Antaranews

jpnn.com - The Avanade Trendlines: AI Value Report yang dilakukan atas 4.100  responden pengambil keputusan dan pemimpin perusahaan TI di seluruh dunia menemukan berbagai hal menarik seputar pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial entellegence (AI). Salah satunya, bahwa penggunaan AI mampu mendorong pendapatan baru sekaligus membangun budaya kerja kolaboratif di perusahaan.

Disebutkan juga, organisasi menengah di Asia Pasifik telah menggunakan kecerdasan buatan dengan penuh percaya diri, dan sebagian besar mendapatkan keuntungan hingga empat kali lipat dalam waktu 12 bulan. 

BACA JUGA: WhatsApp Meluncurkan Fitur Meta AI, Begini Cara Menggunakannya

"Namun,adanya kesenjangan dalam segi tenaga kerja, tata kelola data, dan infrastruktur teknologi menjadi kendala utama untuk mencapai keuntungan berkelanjutan," kata President Avanade Asia Pasifik, Bhavya Kapoor, Senin (9/12).

Dia menjelaskan, ada antusiasme kuat terhadap potensi AI, di mana sasaran utama pada 2025 adalah penggunaan alat bantu AI, seperti Microsoft Copilot, guna mendongkrak pendapatan baru. Juga adanya peningkatan alokasi anggaran untuk proyek AI generatif hingga 50%. 

BACA JUGA: Wamendagri Ribka Dorong Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Inovasi Pemerintahan

"Temuan juga menunjukkan, 85% responden menyatakan kekhawatiran akan kehilangan daya saing tanpa adopsi AI yang cepat. Oleh karena itu, mempercepat implementasi penggunaan AI merupakan prioritas utama," tuturnya.

Laporan ini juga menggarisbawahi kekhawatiran yang mendesak seputar infrastruktur teknologi dan keamanan data. Sebanyak 95% pemimpin perusahaan berupaya mempercepat rencana memodernisasi sistem lama dan 76% menyatakan bahwa kualitas dan tata kelola data yang buruk menghambat kemajuan AI.

BACA JUGA: Arief Poyuono Menilai Edi Damansyah Layak Didiskualifikasi di Pilkada Kukar

Sebanyak 94% responden juga menyatakan bahwa perlindungan data sensitif sangat penting, oleh karenanya perusahaan meningkatkan investasi dalam tata kelola data, dengan 44% berencana menerapkan platform data baru dan 41% menetapkan standar tata kelola. 

Di sisi lain, untuk mendukung perluasan AI, anggaran akan difokuskan pada platform data dan analitik (27%), otomatisasi (17%), serta keamanan dan ketahanan siber (15%).

"Untuk membantu mengatasinya, Avanade baru-baru ini memperkenalkan tujuh layanan kecerdasan buatan (AI) baru yang menggabungkan keahlian industri dan teknis Avanade didukung oleh AI dari Microsoft," ujarnya.

Dirancang dengan mengutamakan efisiensi dan kegesitan, layanan baru ini memberikan inovasi dan teknologi tingkat perusahaan dengan skala yang sesuai dengan ukuran dan kebutuhan organisasi pasar menengah. 

Layanan baru tersebut antara lain Mempercepat Peningkatan Pendapatan, Migrasi dan Modernisasi dengan AI, Membangun dan Memodernisasi Aplikasi AI, Mendorong Transformasi Bisnis dengan Copilot, Modernisasi ERP, Menyatukan Platform Data dan Analisis Cerdas, serta Menyatukan Perlindungan Terhadap Ancaman.

Bhavya Kapoor menyebutkan, Asia Pasifik merupakan kawasan ekonomi yang dinamis ditopang oleh berbagai faktor seperti demografi yang beragam, kolaborasi regional, dan potensi yang luar biasa untuk pertumbuhan yang tinggi.

Ditambah dengan kemajuan pesat dalam kecerdasan buatan (AI) dan keinginan kawasan ini untuk berinovasi, perusahaan-perusahaan pasar menengah di Asia Pasifik berada pada titik penting dalam pertumbuhan dan transformasi mereka.

“Dengan kemitraan yang tepat dan panduan strategis, perusahaan-perusahaan pasar menengah dapat memanfaatkan teknologi seperti AI untuk menunjukkan potensi mereka dan muncul sebagai generasi pemimpin pasar dan raksasa industri berikutnya,” pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler