jpnn.com - JAKARTA - Kesepakatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian ESDM untuk menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) disambut baik. Langkah ini dinilai sebagai solusi atas masalah utama dalam operasional Transjakarta.
"Kerjasama Menteri ESDM Jero Wacik dengan Gubernur DKI Jokowi dalam penyediaan BBG menyelesaikan persoalan Bus Transjakarta sejak pertama kali beroperasi. Yakni keterbatasan bahan bakar," kata pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna kepada wartawan saat dihubungi, Jumat (6/9).
BACA JUGA: Baru Diresmikan Nur Mahmudi, Instalasi Air Sudah Rusak
Menurut Yayat, keterbatasan gas selama ini membuat operasional Transjakarta tidak maksimal. Pasalnya, bus Transjakarta terpaksa harus mengantri lama untuk mengisi bahan bakar.
"Apalagi dengan ditambahnya mobile gas atau mobile refueling unit, itu makin mempermudah pergerakan bus Transjakarta" lanjutnya.
BACA JUGA: 4 Pegawai Lion Air Dilaporkan Mengeroyok
Seperti diketahui, penambahan SPBG ini merupakan bagian dari program konversi angkutan umum Jakarta ke BBG. Target dari program ini adalah menjadikan seluruh angkutan umum di Jakarta berbahan bakar gas.
Lebih lanjut Yayat menilai kebijakan kedua institusi ini sebagai langkah komunikasi yang baik antara kedua pemimpin. Mengingat, pada masa pemerintahan sebelumnya sulit terlaksana.
BACA JUGA: PKL Tanah Abang Tuntas, Jokowi Diminta Fokus ke Banjir
Ia minta kedua belah pihak dapat terus mempertahankan kerjasama yang baik ini. Selain itu, lanjutnya, program konversi ini kedepannya diharapkan dapat diperluas sehingga menyentuh juga kendaraan pribadi.
"Ciptakan satu juta kendaraan mengunakan gas. Jika ini berhasil, maka program ini dapat menekan subsidi bahan bakar minyak (BBM), dan green transportasi akan dimulai di Jakarta," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setiap Tahun, Kasus KDRT Naik
Redaktur : Tim Redaksi