Ketahanan Ekonomi Indonesia Jadi Daya Tarik Bagi Investor

Jumat, 02 Desember 2022 – 12:43 WIB
Presiden Jokowi, Wapres Ma'ruf Amin, Menko Perekonomina Airlangga Hartarto dan para menteri Kabinet Indonesia Maju. Foto: Setpres RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan Indonesia sebenarnya bisa memanfaatkan kondisi ketahanan ekonomi dalam negeri untuk menarik hati para investor.

"Memang banyak keluhan investor bukan di nasional, tetapi pada saat urus izin di daerah. Sebetulnya kalau memikat hati investor atau membuat mereka tertarik untuk tetap menginvestasikan dana di Indonesia. Ya, kita harus 'agak pandai' bagaimana menjadikan aspek minimnya risiko resesi untuk Indonesia menjadi jualan,” tegas Eko, Kamis (1/12/2022).

BACA JUGA: LPEI dan Exim Bank se-Asia Bahas Ketahanan Ekonomi & Ekspor Pascapandemi

Berbagai indikator makro menunjukkan ketahanan kondisi ekonomi Indonesia, bahkan lembaga internasional juga memprediksi perekomonian Indonesia masih mampu tumbuh di tahun depan dengan tingkat inflasi yang masih dalam level moderat.

Padahal banyak negara besar yang menggalami gejolak ekonomi seperti Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.

BACA JUGA: Kapolri: Belanja Produk Dalam Negeri untuk Ketahanan Ekonomi Nasional

"Itu diolah saja menjadi bahasa positif untuk menggaet investor. Karena kalau mereka tunggu Eropa pulih mungkin situasinya akan sangat bergantung dari Rusia-Ukraina. Dan, mungkin agak lama,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia juga patut bisa memanfaatkan kondisi geopolitik untuk menggaet investor asing.

BACA JUGA: KIB Prioritaskan Mengusung Airlangga Jadi Capres 2024, Pengamat: Karier dan Kinerjanya Cemerlang

Eko menyebut beberapa negara yang relatif dominan berinvestasi di China tengah mencari tujuan investasi baru untuk memitigasi kecenderungan investasi pada China.

"Beberapa negara investor merasa khawatir dengan besarnya ketergantungan terhadap China dalam konteks investasi. Ada beberapa langkah politik China, baru-baru ini, yang agak relatif berseberangan dengan apa yang dimaui global," terang Eko.

Dia mencontohkan Korea Selatan sebagai negara investor yang khawatir dengan keberlanjutan investasi di China.

“Ini menjadi masalah bagi investor Korsel ketika harus mengekspor ke Amerika. Karena mereka buat pabriknya di China. Ada kekhawatiran jangka menengah panjang investor Korea Selatan kalau terus mengalirkan uangnya ke China," tambahnya.

Meski demikian, Eko mengingatkan pada akhirnya investor yang telah masuk di Indonesia juga akan melihat kenyataan lapangan.

Oleh sebab itu, Eko menyarankan agar ada upaya untuk membuat investor betah di Indonesia.

"Tentu saja dipoles dengan data-data makro yang relatif kita tahan krisis itu bagus, tapi pada akhirnya kondisi nyata di lapangan yang menentukan," pungkas Eko.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan situasi ekonomi tahun depan akan semakin sulit akibat ancaman resesi global. Ekonomi global dibayangi berbagai persoalan, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi yang anjlok, krisis fiskal, energi dan pangan.

Oleh karena itu, Jokowi meminta agar jangan sampai ada yang mempersulit usaha pemerintah dalam menarik investor dan mengejar target realisasi investasi.

"Saya enggak mau dengar lagi ada yang mempersulit, baik di pusat ataupun di daerah. Baik di pusat, provinsi, kabupaten, dan kota," tuturnya.

Sementara itu, Ekonom Universitas Gajah Mada, Fahmy Radhi optimis bahwa pemerintah Indonesia mampu meraih komitmen investasi baik bilateral maupun multilateral. Fahmy mengatakan landasan perekonomian Indonesia sangat baik.

“Peringatan tadi (presiden) lebih pada kita waspada dan menjaga momentum perekonomian pasca pandemi yang cukup bagus, barangkali seperti itu. Saya optimis Indonesia tidak akan terpuruk di 2023, basisnya historical data, terakhir pertumbuhan ekonomi triwulan III 5,7% ,itu pertumbuhan yang cukup kuat artinya landasan cukup kuat untuk 2023 tadi,” ujar Fahmy.

Indonesia cukup kokoh di tengah perlambatan ekonomi dunia. Salah satunya disokong oleh windfall produk energi seperti batubara, minyak dan nikel.

“Windfall jadi penopang devisa, pertumbuhan ekonomi, dan penguatan rupiah,” tegas Fahmy.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler