Keterbatasan Mesin Apheresis Menjadi Kendala Transfusi Plasma Konvalesen

Selasa, 03 Agustus 2021 – 20:07 WIB
Penyintas atau alumni pasien Covid-19 saat melakukan donor darah plasma konvalesen. Foto: Humas RSLI

jpnn.com, SURABAYA - Chief Executive Officer (CEO) Reblood Leonika Sari mengungkapkan ketersediaan mesin apheresis yang terbatas di unit transfusi darah (UDT) PMI menjadi kendala melaksanakan transfusi plasma konvalesen.

Leon mengatakan jumlah mesin apheresis di Jawa Timur yang paling banyak tersedia berada di Surabaya yakni tujuh unit.

BACA JUGA: Agnes Monika Ditangkap Polisi Gegara iPhone XR

Mesin tersebut terdiri dari satu mesin untuk trombosit apheresis dan enam untuk plasmapheresis.

"Mesin ini, kan, sangat mahal. Satu mesin itu sekitar satu miliar dan tidak semua PMI kota atau Kabupaten itu punya mesin," kata dia dalam program Bincang Online yang disiarkan melalui kanal JPNN.com di Youtube, Selasa (3/8).

BACA JUGA: Jangan Sampai Anak Menderita Penyakit ini, Harus Transfusi Darah Seumur Hidup

Leon juga menuturkan saat ini sudah lebih dari seribu permintaan plasma konvalesen di Jawa Timur, sedangkan mesin apheresis hanya bisa memproses 10 pendonor setiap harinya sehingga terjadi hambatan di antrean pendonor plasma.

"Awal mereka (pendonor plasma, red) berangkat skrining itu banyak yang antre berjam-jam karena mesinnya terbatas. Mungkin sekarang challenge-nya seperti itu yang dihadapi," lanjut Leon.

BACA JUGA: Bobol Kafe, Misran Masih Kepikiran Menumpang Mandi

Sebagai upaya untuk mempermudah transfusi plasma konvalesen yang dibutuhkan pasien Covid-19 di Jawa Timur, Reblood menjembatani PMI Gresik dengan perusahaan sponsor sehingga menghasilkan satu unit mesin apheresis.

"Jadi, sekarang Gresik sudah mulai membantu memproses plasma konvalesen lebih cepat untuk kebutuhan di Jawa Timur," ucap alumnus Institus Tekonologi Sepuluh Nopember itu.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pelayanan Darah Unit Transfusi Darah Pusat PMI Nova Surya Indah Hippy menjelaskan dua cara untuk melakukan transfusi plasma konvalesen yakni donor seperti biasa dan donor menggunakan mesin apheresis.

Donor biasa, lanjut Nova, memiliki kekurangan yaitu membutuhkan jarak waktu dua bulan dari pengambilan plasma pertama dengan yang kedua, sementara donor plasma menggunakan mesin apheresis hanya perlu waktu dua minggu.

"Jadi, memang saat ini kami sudah usaha untuk menambahkan alat-alat apheresis tersebut," kata Nova.

Dia juga mengatakan PMI berusaha untuk menambahkan lima titik di seluruh Indonesia untuk pengambilan plasmapheresis dengan mempertimbangkan daerah yang paling membutuhkan mesin apheresis. (mcr9/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini 5 Efek Menerima Transfusi Darah


Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler