Keterwakilan Perempuan di DPR Baru Sebegini, Masih Kurang Banyak

Minggu, 11 Juli 2021 – 20:26 WIB
Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti (kiri) saat acara 'Roro Talks' yang diinisiasinya dengan tema 'Woman in Politics' melalui fitur IG Live Instagram. ANTARA

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti mendorong kaum perempuan lebih banyak terlibat dalam panggung politik.

Pasalnya, keterwakilan perempuan di lembaga DPR RI periode 2019-2024 baru mencakup 21,39 persen atau 123 orang dari total jumlah anggota dewan yang ada.

BACA JUGA: Pencinta Mi Instan, Tolong Perhatikan Saran Dokter Spesialis ini

Padahal, ketentuan UU Nomor 12/2014 tentang Pemilu menetapkan kuota keterwakilan perempuan di DPR minimal 30 persen.

"Ada beberapa keunggulan dengan adanya perempuan di parlemen, salah satunya kecenderungan para perempuan memperjuangkan hak-hak perempuan, hingga merumuskan kebijakan yang sifatnya long term yang langsung berdampak pada para generasi penerus bangsa," ujar politikus muda itu, Minggu (11/7).

BACA JUGA: Bapak, Ibu, Ini Lho Beda Gejala COVID-19 dan Demam

Dyah mengemukakan pandangannya pada acara Roro Talks dengan tema 'Woman in Politics' melalui fitur IG Live Instagram.

Roro Talks mengangkat isu SDG 5: Kesetaraan Gender.

BACA JUGA: Desakan Jokowi Mundur Hanya Opini di Medsos, Benar Enggak ya?

Dalam talkshow ini Roro berdiskusi dengan Anggota Komisi X DPR RI Krisdayanti dan politikus muda dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas.

Roro Talks merupakan sebuah platform diskusi yang diinisiasi Roro Esti dengan tujuan untuk berbagi ilmu, membahas topik-topik yang berkaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), isu keberlanjutan secara keseluruhan, hingga kepemudaan.

Sebuah inisiatif yang diharapkan dapat meningkatkan transparansi di parlemen dengan mengikutsertakan masyarakat umum dalam diskusi-diskusi tersebut.

Roro Esti mencontohkan RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang saat ini dibahas di komisinya, diharapkan dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

"Ada tiga poin, pertama, perempuan punya kecenderungan untuk mendorong equal rights."

"Kedua, perempuan mempunyai kecenderungan mendorong kebijakan yang bersifat long term."

"Ketiga, perempuan mempunyai kecenderungan menggunakan hati dan memiliki sensitivitas untuk memperjuangkan dan menjalankan tugasnya," kata politikus muda Partai Golkar itu.

Sementara itu, Krisdayanti menjelaskan kariernya di dunia politik diawali dengan niat yang besar untuk membangun bangsa.

"Ya, ini berkah yang luar biasa, kesempatan luar biasa dan enggak semua punya kesempatan ini."

"Kalau bawa politik untuk sesuatu kebaikan walaupun dari sudut pandang yang berbeda, A bilang ini, B bilang itu, tetapi tujuannya semuanya untuk kebaikan bangsa, kenapa enggak?"

"Kita bergerak bergotong royong, insyaallah akan bisa mencapai sebuah kebaikan untuk bangsa," katanya.

Sementara itu, Tsamara menyatakan sejak belia sudah memiliki ketertarikan di bidang politik.

"Menjadi politikus itu arti gampangnya satu tanda tangan atau satu statement atau satu dorongan politis itu sangat efektif dibanding dengan gerakan-gerakan di luar politik, ada efektivitasnya, tetapi tidak seefektif politik," katanya.

Tsamara tidak memungkiri partai politik tidak luput dari adanya kekurangan, sehingga mereka yang terjun di dunia politik harus berkompromi antara realita dengan idealisme, agar mampu menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tsamara juga berbagi harapannya kepada para politikus di parlemen agar dapat memperjuangkan RUU PKS yang sangat marak dibahas dan dinantikan masyarakat.(Antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler