Ketika Anak-Anak Menjadi Pelaku Kejahatan

Dulu Dominan Pencabulan, Kini Makin Beragam

Senin, 01 September 2014 – 09:28 WIB
DIPERLAKUKAN KHUSUS: Dua bocah yang ditangkap polisi karena melakukan kejahatan jalanan. Usia mereka belum genap 18 tahun.(Guslan Gumilang/Jawa Pos)

jpnn.com - KRIMINALITAS bukan lagi domain orang-orang dewasa. Makin banyak anak yang justru bertindak kejahatan.

*****

BACA JUGA: GM Hotel Ibis Korban Pencurian Modus Pecah Kaca Mobil

Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dunia belajar. Mempelajari segala hal positif dan mengetahui hal negatif. Dengan begitu, kelak mereka bisa menjadi manusia yang matang dalam menjalani kehidupan. Sebab, mereka tahu mana saja yang seharusnya dilakukan dan hal apa saja yang tidak sepantasnya dilakukan.

Kenyataannya, tidak semua anak menjalani dunia seperti itu. Tidak sedikit di antara mereka berbuat tindakan yang sebelumnya hanya melibatkan orang dewasa: pelanggaran hukum. Dalam bahasa hukum, anak-anak adalah mereka yang belum berusia 18 tahun. Bahkan, dari hari ke hari, kian banyak saja yang terlibat pelanggaran hukum.

BACA JUGA: Mobil Penyetor Uang ke ATM Hilang, Rp2 Miliar Lenyap

’’Data di kami memang cukup menyedihkan. Angka pelaku tindak kriminal di bawah umur makin banyak ketimbang tahun lalu,’’ ungkap Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono.

Berdasar catatan polisi, sepanjang 2013, ’’hanya’’ 17 anak yang terlibat pelanggaran hukum. Dari jumlah tersebut, pelanggaran paling dominan berkaitan dengan pencabulan. Jumlahnya hampir 80 persen.

BACA JUGA: Tiga Tahanan Polda Banten Kabur

Tahun ini pencabulan oleh anak-anak juga masih tinggi. Secara persentase, angkanya tidak berbeda jauh dengan tahun lalu. Tetapi, dari sisi angka, jumlahnya naik drastis. Hingga Agustus lalu, polisi mencatat ada 18 anak yang terlibat kasus pencabulan.

Itu baru pencabulan. Berdasar data di kepolisian, sampai Agustus lalu, jumlah anak-anak yang terlibat tindak pelanggaran hukum mencapai 36. Baru sampai Agustus, jumlahnya mencapai dua kali lipat daripada tahun lalu.

Polisi pun tidak memungkiri, tindak kriminal yang melibatkan anak-anak masih terjadi pada sisa empat bulan tahun ini. Apalagi, saat ini jenis pelanggaran oleh anak-anak kian beragam. ’’Bisa dikatakan, jenis pelanggaran hukum oleh anak-anak makin banyak,’’ ujar Sumaryono. (mas)

Salah satu yang menonjol adalah menjadi penjahat jalanan dan pencuri kendaraan bermotor. Tidak tanggung-tanggung, hingga saat ini polisi telah menangkap delapan anak yang bertindak kriminal jenis tersebut. Bahkan, di antara jumlah itu, terdapat sepasang kekasih yang baru berusia 16 tahun. Mereka diciduk aparat Polsek Karang Pilang lantaran mencuri motor di kawasan Kebraon.

Mereka yang terlibat kejahatan jalanan tidak sekadar ikut-ikutan. Namun, mereka tidak segan bertindak sebagai eksekutor dan melakukan aksi kekerasan terhadap korban. Mayoritas memang bekerja secara berkelompok dengan para pelaku yang sudah ’’berumur’’ dalam dunia kriminalitas. Ada pula anak-anak yang berani beraksi seorang diri.

’’Anak-anak ikut terlibat dalam kejahatan jalanan ini karena para pelaku dewasa kini berupaya meminjam tangan mereka. Pelaku dewasa yang sudah banyak teridentifikasi berusaha tetap eksis dengan melakukan regenerasi,’’ papar Sumaryono.

Ya, dari semua anak-anak yang tertangkap aparat keamanan karena terlibat kejahatan jalanan, mereka selalu beraksi bersama pelaku kawakan. ’’Mereka ini sebenarnya dimanfaatkan, tapi juga merasa enjoymelakukannya,’’ jelasnya.

Karena itu, meski merasa prihatin, polisi tidak bisa membiarkan mereka tetap berkeliaran di jalan-jalan. Sebab, kalau tetap dibiarkan, mereka bisa makin ngawur. Bukan saja kian banyak yang beraksi, tetapi bisa jadi mereka juga makin nekat melukai sasaran.

Selain bertindak tegas dengan menangkap anak-anak yang terlibat tindak kriminal, polisi berharap peran pemerintah dan masyarakat. Polisi mendorong pemerintah makin intens membuat agenda di kampung-kampung untuk menggerakkan masyarakat. Termasuk anak-anak dalam kegiatan-kegiatan positif.

Agenda semacam lomba kampung aman atau sejenisnya bisa digalakkan lagi. Di samping itu, pemerintah didorong untuk bisa terus memberikan fasilitas publik yang bisa dinikmati banyak kalangan. Misalnya, lapangan untuk berolahraga.

’’Mengapa begitu? Tentu agar anak-anak bisa menyalurkan energi secara positif. Kesempatan untuk berbuat menyimpang bisa diminimalkan. Masyarakat juga bisa turut mengawasi pergaulan anak-anak di lingkungannya,’’ kata Kasubbaghumas Polrestabes Surabaya Kompol Suparti.

Meningkatnya jumlah anak-anak yang terlibat kriminalitas juga didorong kurangnya perhatian masyakarat dan pemerintah. Penyebab lainnya, tentu minimnya ruang bagi mereka untuk mengekspersikan atau menyalurkan energi positif. ’’Semua memang harus bersinergi. Kita semua tentu tidak ingin melihat makin banyak anak yang terlibat tindak pelanggaran hukum,’’ tutur Suparti.

Apalagi, sebagaimana yang dipaparkan Sumaryono sebelumnya, jenis pelanggaran oleh anak-anak kian beragam. Mereka tidak hanya terlibat tindak pencabulan, kejahatan jalanan, dan pencurian motor. Tapi, terdapat pula pelaku penggelapan motor dan perjudian. Tahun ini polisi juga menangani empat siswi SMP yang menganiaya sekaligus mencuri barang milik teman-temannya. (fim/c14/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bongkar Penyelundupan 280 Kera Panjang Asal Lampung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler