jpnn.com - KEPULAUAN INDONESIA Indonesia berada di antara dua samudera. Pertemuan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ada kisah yang melegenda di samudera ini; Nyai Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan.
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
Presiden Soekarno berkali-kali membuka cerita tentang Ratu atau Putri yang berstana di Pantai Selatan, Samudera Hindia.
“Ratu Loro Kidul, ratu dari Lautan Selatan, ratu dari samudera yang dulu bernama Samudera Hindia, tetapi kemudian kita robah dengan nama Samudera Indonesia, saudara-saudara,” kata Bung Karno, di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Juli 1959, saat melantik R.E. Martadinata menjadi Kepala Staf Angkatan Laut.
Proklamator kemerdekaan Indonesia itu mengisahkan, sejak zaman lampau, apalagi sejak zaman Mataram Islam, ada tradisi yang mengatakan bahwa raja hanyalah bisa menjadi raja yang besar dan kuat, pimpinan hanyalah bisa menjadi pimpinan yang kuat, jikalau beristerikan Ratu Pantai Selatan.
Maka tak heran beredar cerita bahwa Bung Karno punya hubungan khusus dengan Sang Ratu.
Beberapa pekan belakangan, saya menetap di Pantai Citepus, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Dari penduduk setempat, didulang kabar bahwa dahulu kala Bung Karno acapkali datang ke kampung teluk tersebut.
Tak heran kalau pada 1960 dibangun Istana Presiden Republik Indonesia di kawasan itu. Persis di bibir Pantai Citepus. Namanya Pesanggrahan Tenjo Resmi.
Sepelesatan ketapel dari Istana Presiden, dibangun pula Samudera Beach Hotel. Anggarannya Rp660 miliyar dari dana pampasan perang Jepang.
Soft opening sejak November 1965, dan diresmikan pada 15 Februari 1966, hotel ini lantas melahirkan segudang cerita yang bertalian dengan Ratu Pantai Selatan. Ya, kamar 308...
Kata Bung Karno, yang kembali membuka kisah Ratu Pantai Selatan ketika Musyawarah Nasional Maritim, 23 September 1963, terserah mau percaya atau tidak. Itu bukan soal. Tetapi, nyata bahwa ini berisi satu simbol.
“Kepercayaan ini berisi satu simbolik bahwa tidak bisa seseorang raja, bahwa tidak bisa sesuatu negara di Indonesia ini menjadi kuat jikalau tidak dia punya raja kawin beristrikan Ratu Loro Kidul.”
Simbolik ini, sambungnya, berarti bahwa negara Indonesia hanyalah bisa menjadi kuat jikalau ia juga menguasai lautan.
“Jikalau negara di Indonesia ingin menjadi kuat, sentosa, sejahtera, maka dia harus kawin juga dengan laut. Bahwa bangsa Indonesia tidak bisa menjadi bangsa kuat, tidak bisa menjadi negara kuat, jika tidak menguasai samudera, jikalau tidak kembali menjadi bangsa maritim,” tandas Soekarno. (wow/jpnn)
BACA JUGA: 15 Kutipan Pidato Bung Karno yang Menggelegar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rahasia Persatuan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (2)
Redaktur & Reporter : Wenri