Ketika Matematika Tak Lagi Menakutkan

Kamis, 21 Januari 2016 – 04:08 WIB
Sejumlah dosen melakukan simulasi pengajaran dalam pelatihan. Foto : pda/jpnn

jpnn.com - Lancarnya komunikasi dan interaksi aktif antara guru dan siswa menentukan sejauh mana suatu materi pelajaran dipahami seorang siswa. Pola contextual learning yang diterapkan Usaid Prioritas untuk pelatihan dosen Pendidikan Profesi Guru (PPG) menjadi salah satu strategi untuk mencapai hal itu.

PPG merupakan pengganti akta IV yang tidak berlaku sejak 2005. Para sarjana lulusan pendidikan tinggi digembleng untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus dalam menjadi guru di PPG.

BACA JUGA: Kenali 4 Sistem Pendidikan di Indonesia

Nah, diharapkan para calon guru yang dididik dosen PPG tersebut bakal menjadi guru yang aktif dan kreatif. Siswa diperkenalkan dengan konsep research based teaching. Mereka bakal menjadi sosok aktif yang selalu berinisiatif untuk mencari jawaban dan pengetahuan baru.

Tentu untuk mengubah model pembelajaran di kelas gaya lama, yaitu guru aktif dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat, menjadi berpola contextual learning tidaklah mudah.

BACA JUGA: Sekjen FSGI: Jangan Salahkan Guru Jor-joran Latih Siswa

“Sebab yang diubah mindset-nya. Nah, sebagai upaya penerapan konsep pembelajaran yang demikian, kami melatih para dosen PPG ini bagaimana mengajar yang baik di kelas,” ujar Drs Nur Kholis MEd Admin PhD, Spesialis Kerja Sama LPTK dan Pelatihan Usaid Prioritas Jatim.

Usai pelatihan, para dosen ini harus mempraktikkan ilmu yang diperolehnya di masing-masing kampus tempat dia mengabdi. Monitoring dan evaluasi dari pihak Usaid dilangsungkan setiap tiga bulan sekali. “Sejauh ini 70 persen peserta yang pernah dilatih sudah menerapkan active learning di kelasnya,” papar Nur Kholis.

BACA JUGA: Aplikasi Tryout Unas CBT Dihentikan, Ini Alasannya

Pelatihan bertajuk Lokakarya Instruktur PPG Tingkat SD/MI dan SMP/MTs yang diselenggarakan di Hotel Santika Premiere Gubeng itu ditujukan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mitra yaitu Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), dan Universitas Negeri Malang (UM).

Mereka mempelajari pola pembelajaran aktif untuk lima mata pelajaran yaitu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Dalam pelatihan itu, sekitar 62 peserta bergantian berperan sebagai dosen dan mahasiswa PPG.

Yuniawatika (29), dosen Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang (UM) ketiban menjadi dosen bersama teman satu timnya, Esti Untari, sesama dosen UM.

“Anak-anak, buat segitiga pada kertas berbentuk lingkaran yang sudah ibu sediakan di atas meja ya,” seru Yuniawatika kepada siswanya yang tak lain adalah rekan sesama dosen.

 “Saya menuntun siswa untuk menemukan kembali rumus luas lingkaran dengan menurunkan rumus luas segitiga, jajarangenjang, dan trapesium sama kaki,” jelas Yuniawatika. Permodelan pembelajaran kelas V SD ini juga mampu membuat siswa paham luas beberapa bangun datar dan keliling lingkaran. 

Alat peraga digunakan Yuniawatika untuk memudahkan imajinasi siswa tentang bangun datar dan lingkaran. Sebab, rumus adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Alat peraga berfungsi menjembatani hal abstrak tadi menjadi sesuatu yang konkret.

“Siswa tetap didampingi dan diarahkan hingga menemukan rumus luas lingkaran. Namun, dengan konsep contextual learning, siswa tidak menjadi tegang mempelajari matematika,” imbuh Yuniawatika. Matematika pun menjadi pelajaran yang menyenangkan. (pda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 4 Tips Agar Fresh Graduate Dapatkan Gaji Tinggi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler