jpnn.com - Tumpukan sampah bikin resah. Namun warga tidak bisa menghindar. Mereka harus rela menghirup udara bercampur bau sampah.
SIRTU-FERIAL, Mataram
BACA JUGA: Mantan Napi, Sempat Dikabarkan Meninggal, Kini jadi Bupati Lagi
Bau anyir menusuk penciuman saat berhenti di kompleks pertokoan Panca Usaha. Tepatnya di belakang Mataram Mall. Seorang pria berpakaian hijau berjalan sambil menutup hidung. Sudut jalan ini dipenuhi tumpukan kulit kelapa, daun kering, barang bekas, bekas pembalut, sisa makanan, bercampur sampah plastik bertumpuk-tumpuk. Di bawahnya, keluar cairan, baunya busuk.
Satu meter lebih dari lokasi, Ibu Faridah (50) tidak henti-hentinya mengusir lalat yang hinggap di dagangannya. Jajanan jualannya terpaksa di tutup menggunakan kardus, namun lalat tetap saja hinggap. Setengah putus asa, ia pun hanya bisa pasrah melihat lapaknya dikerumuni lalat.
BACA JUGA: Mengharukan tapi Lucu: Cari Sinyal Harus Naik Perahu 3 Jam dan Memanjat Waru
“Gara-gara sampah ini, lalatnya jadi banyak, pembeli berkurang,” omelnya sambil mengusir lalat.
Tumpukan sampah yang tidak diangkut berhari-hari sangat meresahkan. Mereka yang berjualan makanan sangat tergangggu, tidak hanya dirinya beberapa pemilik ruko yang berjualan seperti Warung Pizza di sampingnya juga mengeluhkan hal yang sama.
BACA JUGA: Inilah Kabar Baik bagi Penderita Gagal Ginjal dan Kanker
Kondisi jalan yang dipenuhi sampah jelas sangat mengganggu usahanya. Pembeli merasa tidak nyaman makan di dekat sampah.
”Pemilik toko mengeluh tapi tidak tahu mau protes ke mana,” tuturnya.
Menurutnya, lokasi tersebut tidak pantas dijadikan tempat pembuangan sampah. Apalagi posisinya di jalan besar, ada hotel berbintang dan mal. Mestinya lokasi itu bebas dari sampah.
Tidak hanya pedagang. Tumpukan sampah juga mengganggu aktivitas para pegawai di Dinas Kebersihan. Truk-truk berisi sampah yang diparkir di halaman kantor mengelurkan bau tidak sedap sehingga mereka terpaksa menggunakan masker, ada juga yang menutup hidung dengan jilbab.
Dina, salah seorang pegawai mengaku bau sampah yang sudah membusuk membuat mereka tidak nyaman bekerja. Meski demikian mau tidak mau mereka harus berusaha menahan rasa jijik saat bekerja.
Budi, salah satu staf Dinas Kebersihan juga mengatakan, hampir seluruh ruangan di kantor tersebut dipenuhi aroma busuk sampah. Hal tersebut mengganggu konsentrasinya. Akibatnya, beberapa pekerjaan menjadi tersendat.
“Baunya membuat konsentrasi terganggu. Saya jadi tidak bisa bekerja dengan baik. Tiga hari lagi seperti ini, Mataram bakal jadi lautan sampah," seperti dilansir Harian Lombok Pos (Grup JPNN.com).
Terpisah, Junaidi, salah seorang pengusaha travel agent juga mengeluhkan tumpukan sampah yang belum diangkut. Menurutnya, banyak masyarakat sekitar kantornya yang mengeluh. Terlebih lagi calon penumpang yang akan menggunakan jasa angkutannya.
“Saya tidak bisa mengeluh sebab kita tidak tahu apa permasalahan masyarakat hingga menutup TPA tersebut. Biasanya jam delapan lewat sudah terangkut. Namun beberapa hari ini tidak diangkut-angkut,” tuturnya.
Ia berharap masalah tersebut dapat diatasi secepatnya. Tidak dibiarkan terbengkalai sebab banyak tamu yang berkunjung. Terutama tamu dari luar daerah. Ia tidak ingin timbul anggapan miring terhadap Kota Mataram. Terlebih lagi, Mataram sedang menggencarkan promosi wisata.
“Jangan sampai kita malu karena dikira jorok. Ditambah lagi bau menyengat. Ini dapat merusak nama baik wisata Kota Mataram,” tandasnya.(*/r6/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suasana Kabin Lion Air Saat Pilot Bilang Pesawat Sedang Tidak Normal
Redaktur : Tim Redaksi