jpnn.com - MANTAN Bupati Solok periode 2005-2010 Gusmal Dt Rajo Lelo, sempat mendekam selama 2 tahun 8 bulan di sel tahanan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Muaro Padang. Namun, kini kembali dipercaya masyarakat untuk ‘menakhodai’ Kabupaten Solok periode 2016-2021 setelah ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015 lalu.
Riki Chandra - Solok
BACA JUGA: Mengharukan tapi Lucu: Cari Sinyal Harus Naik Perahu 3 Jam dan Memanjat Waru
Jalan terjal harus dilalui Gusmal usai bebas murni pada 12 Agustus 2013 silam. Hukuman itu tak lantas menghilangkan kesalahan yang pernah diperbuat mantan sekkab Solok kelahiran 1954 itu.
Setahun selepas meninggalkan jeruji besi, Gusmal digembar-gemborkan kembali maju menjadi balon bupati Solok pada pilkada 2015.
BACA JUGA: Inilah Kabar Baik bagi Penderita Gagal Ginjal dan Kanker
Tak ayal, pro dan kontra pun berkembang di tengah masyarakat mengiringi keputusan Gusmal itu. Tak jarang, ucapan merendahkan dia selaku mantan napi korupsi itu sampai ke telinga Gusmal. Biarpun begitu, semua itu tak lantas membuat Gusmal meradang.
“Mantan napi, koruptor dan segala macam ocehan sampai ke telinga saya. Memang benar saya pernah dipenjara karena kasus tipikor. Konsekuensinya, mendapat pandangan miring dari masyarakat itu wajar,” beber Gusmal pada Padang Ekspres (Jawa Pos Group) di kediamannya di Jorong Pasa Usang, Nagari Koto Gadang Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Suasana Kabin Lion Air Saat Pilot Bilang Pesawat Sedang Tidak Normal
Sampai hari ini, ayah dua orang anak ini sadar bahwa menjadi warga binaan adalah sebuah takdir yang mau tidak mau harus dilalui.
“Kita punya takdir masing-masing, salah sebagai manusia itu sudah pasti. Tapi ingat, tidak semua mereka yang dipenjara itu penjahat dan tidak pula semua orang bebas berkeliaran di luar penjara itu suci,” ungkap Gusmal dengan senyum khasnya.
Mantan bupati Solok dengan program tiga pilar pembangunan itu mengisahkan, banyak hal yang diterima dan dipelajarinya selama 2 tahun 8 bulan di balik jeruji besi. Mulai dari disiplin waktu beribadah, hingga belajar bahasa Inggris, Arab dan Jepang. “Di penjara itu, kita dibina untuk kembali menjadi orang-orang baik di jalan yang baik,” katanya.
Hal yang paling menyedihkannya selama di penjara, adalah letak kamarnya dekat dari pinggir jalan. Bunyi kendaraan mondar-mandir saban hari terdengar dari balik jeruji. Setiap pagi dan sore, suara ombak Pantai Padang pun berdebur.
“Tapi, hanya mendengar. Saya tidak dapat melihatnya,” kenang mantan ketua LKAAM Kabupaten Solok itu.
Kendati demikian, istrinya Hj Desna Defi lah yang menguatkan sang suami agar ikhlas menjalani hukuman itu. Setiap hari Desna mengunjungi suami tercinta di penjara. “Kalau Lebaran, saya dua kali sehari melihat bapak selama lima hari usai Lebaran,” kenang Desna.
Sampai hari ini, Gusmal mengaku tidak pernah dendam pada siapa pun. Baik itu pada orang-orang yang disebut sebagai dalang penyebab dirinya dijerat kasus korupsi dan sebagainya. “Saya tidak dendam, itu takdir saya,” katanya lagi.
Sudah terpuruk dan masuk penjara pun, Gusmal masih dicerca kabar tak sedap. Itu dialaminya ketika koma 10 hari di RS Siti Rahmah Padang. “Waktu saya sadar, beredar SMS di tengah masyarakat, jika saya sudah meninggal,” kata Gusmal yang sempat dirawat tujuh bulan di rumah sakit selama dipenjara itu.
Sampai akhirnya, Gusmal kembali memantapkan diri untuk ikut pada pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu. Belum lagi mencalon, berbagai cercaan menyerang Gusmal. Isu ‘busuk’ yang ditebar lawan politiknya bermunculan. Mulai dari sebutan mantan koruptor, kondisi kesehatan Gusmal memburuk, hingga mempertanyakan ‘saku-saku’ (uang) Gusmal untuk maju.
“Semuanya sampai ke telinga saya. Ada pula pejabat yang melarang saya maju. “Untuk apa maju pak, menghabiskan uang saja, nama bapak juga sudah tidak baik di masyarakat”,” cerita Gusmal.
Ketika Gusmal ditetapkan KPU maju bersama Yulfadri Nurdin, isu miring terus dilempar orang tak dikenal. Seminggu pascapenetapan calon oleh KPU, selebaran pengumuman Gusmal mantan narapidana sudah bertebaran di Nagari Kotobaru. Begitu juga saat masa kampanye, beredar selebaran yang menyatakan Gusmal mundur dari pencalonan karena kesehatan memburuk.
Ada juga selebaran menudingnya bila terpilih menjadi bupati, Gusmal akan mengizinkan pendirian gereja di dekat Islamic Center sesuai permintaan Harytanoe Soedibyo, ketua umum Perindo yang juga mendukung Gusmal jadi bupati.
“Luar biasa banyaknya fitnah kepada saya. Bahkan, sampai masyarakat menelepon saya, apakah saya betul-betul sakit. Saya jawab, alhamdulillah sejak mendaftar sampai ditetapkan menang, saya sehat,” terang Gusmal.
Tuhan pun berkehendak lain. Semakin isu keburukan Gusmal ditebar, kepercayaan masyarakat malah bertambah. Alhasil, Gusmal-Yulfadri Nurdin ditetapkan KPU Kabupaten Solok pada (22/12) sebagai pemenang pilkada dengan meraih 69.300 suara atau 46,24 persen atau unggul lebih 16 ribu suara dari rival terdekatnya Desra-Bachtul yang memperoleh 54.895 suara atau 36,63 persen.
“Kemenangan Bapak menjadi bupati Solok lagi ini, merupakan kerja ‘tangan-tangan’ Allah. Ini rahmat Allah. Lima tahun lalu, kami menjalani takdir. Hari ini, bapak juga kembali ditakdirkan menjadi pemimpin Kabupaten Solok,” kata Desna dengan mata berkaca-kaca.
Di masa kepemimpinan lima tahun mendatang, Desna berharap suaminya lebih berhati-hati dalam mengemban amanah. “Saya berdoa beliau mampu memimpin kabupaten ini dengan baik dan jauh dari kesalahan fatal, seperti beberapa tahun silam,” ucap Desna.
Gusmal mengapresiasi masyarakat Kabupaten Solok yang mempercayakan kembali dirinya memimpin kabupaten beras ternama itu lima tahun mendatang. Dia berjanji merangkul seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memikirkan pembangunan demi majunya Kabupaten Solok.
“Setiap orang dan kelompok memiliki kemampuan dan pemikiran berharga. Makanya, seorang pemimpin harus akomodatif terhadap berbagai pemikiran dan pendapat masyarakat dalam menyusun perencanaan pembangunan lima tahun ke depan,” kata Gusmal.
Gusmal tidak ingin muluk-muluk. Selain mengusung Empat Pilar: ekonomi kerakyatan, kesehatan, pendidikan dan penyelenggaraan pembangunan yang bersih dan baik, Gusmal akan melanjutkan pembangunan yang terbengkalai di masa pemerintahannya terdahulu.
Seperti, pembangunan Taman Hutan Kota Terpadu (THKT) yang dibiarkan merimba selama lima tahun di masa kepemimpinan Bupati Syamsu Rahim. Begitu juga pembangunan kembali taman safari di Nagari Aripan yang juga menyemak.
“Ke depan, apa-apa yang bermanfaat untuk masyarakat dan saat ini terbengkalai atau ‘dimatikan’, kita upayakan untuk mengakomodir kembali,” katanya.
Gusmal pun berkomitmen menciptakan tata kelola pemerintahan yang lebih baik dan bersih. “Saya tidak mau berkomentar soal birokrasi sebelumnya, tapi lihat saja kondisinya hari ini,” sebut Gusmal. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Miniatur Kapal Layar Berkelas Dunia, Bukti Sel Tak Halangi Kreativitas
Redaktur : Tim Redaksi