Ketika Semenanjung Korea Memanas Lagi

Buntut Tragedi Torpedo, Korsel Putuskan Hubungan Dagang

Selasa, 25 Mei 2010 – 11:11 WIB
PANAS - Aksi protes kerap digelar oleh warga Korsel terhadap tindakan dan kebijakan Korut, seperti yang sempat dilakukan kalangan konservatif tahun lalu dengan membakar bendera dan poster pemimpin Korut. Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images Asia-Pacific.
PADA tahun 1950-1953 lalu, kawasan Semenanjung Korea - yang sebelumnya sempat dikuasai Jepang - pernah menjadi pusat salah satu 'perang saudara' terbesar di kawasan Asia, yaitu Perang Korea (Korean War)Dua pelaku utamanya kala itu, siapa lagi jika bukan dua negara yang menghuni kawasan tersebut yakni Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut)

BACA JUGA: Indonesia Tak Mau Akui Reklamasi Singapura

Jika Korsel didukung oleh PBB - yang bagaimanapun didominasi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di NATO - maka Korut bergabung dengan RRC (China/Tiongkok) dan mendapat support dari Uni Sovyet (kala itu).

Kentara sekali, perang yang merupakan dampak dari 'pembagian wilayah' pasca Perang Pasifik (Perang Dunia II) itu, merupakan juga salah satu wujud perseteruan Blok Barat (AS dan kawan-kawan) versus Blok Timur (Soviet dan negara-negara komunis)
Sebuah perseteruan yang berbuntut panjang, termasuk ke era perang dingin dengan segala aksi-aksi spionasenya, bahkan sampai ke milenium baru sekarang (seperti yang konon melatarbelakangi operasi militer di Afghanistan yang dulu 'dekat' dengan Soviet, Red).

Khusus Korsel-Korut sendiri, sejak itu bahkan bisa dikatakan tak pernah benar-benar berdamai (kendati Uni Soviet sendiri sebagai poros kekuatan itu malah sudah bubar, Red)

BACA JUGA: Si Orang Sesat jadi Pahlawan

Berbagai konflik selalu saja muncul dari waktu ke waktu, dipicu oleh beragam hal
Salah satunya yang terbaru, adalah tragedi tenggelamnya kapal Korsel bernama Cheonan, yang setelah diselidiki, disebutkan positif karena terkena torpedo Korut.

Nah, Senin (24/5) kemarin, Korsel mulai mewujudkan aksi balasannya atas tragedi kapal Cheonan, terhadap Korut

BACA JUGA: Taliban Ledakkan Mata-mata AS

Pemerintahan Presiden Lee Myung-bak itu membekukan seluruh kerjasama dagang mereka dengan KorutTapi, Pyongyang tak mau kalah dan mengaku bakal menembaki pengeras suara yang mengobarkan perpecahan.

Mulai kemarin, Korsel melarang seluruh kapal dagang Korut berlabuh di perairan wilayahnya"Percuma melanjutkan kerjasama dan transaksi dagang dalam situasi seperti ini," tandas Lee, seperti dikutip Agence France-PresseSampai Korut bersedia mengakui kesalahannya dalam tragedi di Laut Kuning yang merenggut nyawa 46 pelaut Korsel itu, Seoul menyebut akan terus membekukan segala bentuk kerjasama dagang.

Namun demikian, kerjasama dua negara di kawasan industri Kaesong yang terletak di sebelah utara perbatasan Korsel-Korut masih tetap berlanjutBantuan kemanusiaan untuk anak-anak Korut pun tetap berjalan normalDemikian juga bentuk bantuan kemanusiaan lainnya untuk warga Korut yang lainLee mengaku tidak ingin menghukum warga sipil, terkait dengan aksi militer Korut yang dia sebut brutal tersebut.

:TERKAIT Kemarin, lewat siaran televisi nasional Korsel, Lee menegaskan bahwa kesabaran Seoul sudah habisSebab menurutnya, Korut sudah terlalu sering melanggar kesepakatan damai kedua negara"Kini segala sesuatunya akan berbedaKorut harus membayar harga yang sebanding dengan aksi provokatifnya," tandas pemimpin berusia 68 tahun tersebut dengan suara bergetar, seperti dilansir Associated Press.

Dalam kesempatan itu, Lee juga menuntut Korut untuk meminta maaf atas tragedi 26 Maret 2010 tersebutJika permintaan itu diabaikan, Seoul katanya, tidak akan segan membalas aksi negeri tetangganya tersebut dengan tindakan militer"Mulai saat ini, Korea (Selatan) tidak akan mentoleransi aksi provokatif UtaraJika wilayah laut, udara dan daratan kami diganggu, kami akan langsung membela diri," tegasnya.

Selain itu, Seoul disebutkan akan terus mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korut, terkait dengan aksi provokatif mereka yang berujung pada tenggelamnya kapal perang seberat 1.200 ton tersebutSeoul berharap, DK PBB bisa memberikan hukuman yang membuat Korut jeraLangkah Korsel itu mendapatkan dukungan penuh dari Jepang dan AS.

Namun terhadap perkembangan ini, sejumlah pihak tampak kurang setujuPakar politik Yang Moo-Jin misalnya, mereaksi negatif langkah Korsel tersebut"Lee telah menabuh genderang perang dinginKetegangan akan semakin memuncak," ujar cendikia dari University of North Korean Studies yang terletak di Seoul itu.

Sementara di kesempatan terpisah, Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel, Kim Tae-Young, mengumumkan bahwa Seoul akan kembali mengaktifkan siaran perbatasan yang sudah berhenti beroperasi selama enam tahunSelain itu, bersama militer AS, Korsel akan kembali menggelar latihan di pesisir barat negerinya"Angkatan Laut (AL) Korsel dan AS segera melakukan latihan anti-kapal selam di pesisir barat," ujar Kim.

Pengumuman Kim tersebut segera pula dibalas ancaman oleh KorutKemarin, Pyongyang menyatakan bakal menembaki seluruh pengeras suara di sepanjang perbatasan yang menyiarkan provokasi"Ini pelanggaran terhadap kesepakatan militer inter-KoreaSungguh provokasi militer yang berlebihan, dan hanya akan menggiring hubungan dua Korea ke tahap paling buruk," terang pihak Korut dalam pernyataan resmi militernya, seperti dilaporkan Reuters pula(hep/c3/dos/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bos Intel AS Tinggalkan Obama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler