jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung mengaku prihatin atas apa yang terjadi pada Tokopedia dan para penggunanya.
Ia pun menekankan bahwa posisi Tokopedia sebagai korban dalam kasus kebocoran data para penggunanya.
BACA JUGA: Pakar Keamanan Siber Sebut 91 Juta Data Akun Tokopedia Bocor
“Tokopedia adalah korban dari tindakan para hacker ini. Jadi sudah jelas itu bukan kesalahan Tokopedia,” kata Ignatius Untung, dalam keterangan tertulis, Senin (6/7).
Menurutnya, bisnis online adalah bisnis kepercayaan sehingga masalah tersebut pasti sudah diantisipasi sejak awal.
BACA JUGA: Kasus Data Bocor, DPR Minta Tokopedia Bertanggung Jawab
“Kami selalu berkomunikasi dengan para pelaku e-commerce, termasuk jika terjadi masalah peretasan data pengguna seperti yang terjadi pada Tokopedia. Sebagai sebuah asosiasi, penting bagi kami untuk mendapatkan informasi terkait dari anggota yang terdampat masalah ini,” ujarnya.
Mengingat Tokopedia juga merupakan korban dari kasus ini, Ignatius berharap media dapat memberitakannya dengan berimbang dan adil
BACA JUGA: Jutaan Akun Diretas, Bareskrim Masih Tunggu Laporan Tokopedia
"Kami sangat yakin Tokopedia bisa mengatasi hal tersebut, dan mendukung Tokopedia agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Tidak hanya kepada Tokopedia, tetapi juga kepada para pelaku e-commerce lainnya,” jelasnya.
VP of Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak mengatakan, kebocoran tersebut bukanlah upaya pencurian data baru.
Ia juga menegaskan bahwa informasi password pengguna Tokopedia tetap aman terlindungi di balik enkripsi. Pihaknya Tokopedia juga sudah melaporkan tindakan ini ke pihak berwajib.
Sebelumnya, pada Sabtu (4/7) sore, salah satu anggota grup Facebook terkait keamanan siber dengan sekitar 15 ribu anggota berbagi tautan untuk mengunduh 91 juta data Tokopedia secara gratis.
Tautan tersebut merujuk pada salah satu akun bernama @Cellibis di Raidsforum yang memang telah membagikan data itu pada Jumat (3/7). Akun tersebut sebelumnya membeli data itu dengan membeli data itu di Dark Web senilai USD 5.000. (mg7/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh