jpnn.com, BATAM - Sebelas perusahaan asing dari berbagai negara berminat investasi di Batam, Kepulauan Riau.
Semuanya perusahaan besar seperti Roll-Royce dan Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF). Dari sebelas perusahaan tersebut tak satupun yang investasi di bidang shipyard.
BACA JUGA: Rp 2,3 Triliun Masuk ke Jakarta Sepanjang Januari
"Ada GMF dan Roll-Royce yang sudah mengatakan niatnya investasi di sini. Ini sangat luar biasa. Bahkan GMF rencananya akan mulai 2017 ini," kata Kepala BP Batam Hatanto Reksodiputro seperti diberitakan Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
Hatanto mengatakan Roll-Royce dan GMF kemungkinan tidak hanya memproduksi mesin pesawat tetapi juga mesin lainnya. Di mana perusahaan-perusahaan ini nantinya akan mampu menampung tenaga kerja yang banyak.
BACA JUGA: Bertemu Investor Korea, Jokowi Bicara Potensi dan K-pop
"Kita dikasih tahu, GMF ini nantinya akan menampung sekitar 10 ribu karyawan. Saya kurang hapal, tetapi ada sekitar 11 perusahaan yang akan masuk," katanya.
Ke depannya, BP Batam juga akan roadshow untuk mencari investor di bidang shipyard. Di mana Batam adalah kota dengan jumlah perusahaan shipyard terbanyak di Indonesia.
BACA JUGA: OJK Sebut Return Investasi Indonesia Masih Menarik
Tetapi saat ini, perkembangan shipyard terkendala karena memang permintaan minim. Juga karena industri pendukung sedang lesu.
Cara yang paling memungkinkan untuk memajukan shipyard di Batam menurut Hatanto, adalah dengan menggabungkan beberapa perusahaan yang kecil. Sehingga bisa memproduksi kapal yang lebih besar dengan teknologi yang lebih hebat.
"Jadi perusahaan-perusahaan kecil harus merge. SUpaya bisa mempunyai kemampuan yang lebih besar. Dan ketika menjadi besar maka kita bisa undang investor besar," katanya.
Menurutnya saat ini banyak perusahaan yang hanya bisa mampu untuk membuat kapal tongkang. Padahal permintaan menurun.
"Kita akan mulai jalan untuk Shipyard ini, dan kita harus bisa skala besar supaya bisa bersaing dengan PT PAL," katanya.
Seorang pengusaha, Wiria Silalahi, mengatakan kelesuan ekonomi di Batam saat ini tidak lepas dari tingginya pengangguran karena perusahaan banyak yang tutup.
"Dulu shipyard di Batam lebih dari 104, sekarang yang aktif hanya sekitar tiga puluhan saja. Jumlah pengangguran ada sekitar 200 ribu orang. Ini sangat berdampak kepada semua bidang," katanya.
Ia berharap BP Batam lebih fokus untuk menangangi shipyard ini sehingga tercipta lapangan kerja yang luas dan ekonomi di Batam bisa kembali tumbuh. (ian)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Infrastruktur Butuh Rp 4.500 Triliun
Redaktur & Reporter : Budi