OJK Sebut Return Investasi Indonesia Masih Menarik

Senin, 13 Maret 2017 – 10:29 WIB
OJK. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - jpnn.com - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menilai, pelaku pasar sudah mengantisipasi rencana kenaikan Fed fund rate. Buktinya, pergerakan indeks sampai saat ini masih stabil.

”Jadi kelihatan betul kalau diantisipasi,” kata Nurhaida pada akhir pekan kemarin.

BACA JUGA: Investasi Infrastruktur Butuh Rp 4.500 Triliun

Meski demikian, Nurhaida tak menampik bahwa tetap ada peluang aliran dana yang akan keluar (capital outflow).

Pasalnya, investor tertarik untuk menempatkan uang di Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: KSEI Genjot Jumlah Investor Lokal Dengan AKSes

Namun, dengan imbal balik investasi di Indonesia yang masih menjanjikan, Nurhaida meyakni investor tetap berinvestasi di tanah air.

”Jadi bergantung pilihan dari investor sebetulnya. Mereka mau melihat manfaat kenaikan rate. Katakanlah 25 basis point jika dibandingkan dengan di Indonesia yang kita juga punya return yang masih tinggi, jadi masih menarik,” katanya.

BACA JUGA: DPR Sambut Rencana Investasi Oman di Indonesia

Untuk mempertahankan minat investasi di Indonesia, Nurhaida menilai pentingnya pemerintah dan otoritas menjaga kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Prospek cerah ekonomi Indonesia juga disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Dia menilai, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini akan lebih bagus dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama 2017 diprediksi bisa mencapai lima persen.

Angka itu lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2016 sebesar 4,92 persen.

”Enggak jelek, lah, kuartal pertama. Masih lebih baik daripada kuartal pertama tahun lalu. Kayaknya kalau sekarang itu bisa lima persen,” ujar Darmin.

Positifnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini didorong peningkatan ekspor, konsumsi rumah tangga serta perbaikan iklim investasi.

Sementara itu, dari sisi konsumsi pemerintah, mantan gubernur Bank Indonesia mengakui memang belum terlalu menggembirakan.

Penyerapan anggaran kuartal pertama, menurut Darmin, perlu di-review.

Secara tradisional, belanja pemerintah pada awal tahun belum terlalu tinggi karena proyek-proyek masih dalam masa perencanaan.

”Memang yang perlu kami lihat adalah anggaran. Walaupun pada kuartal pertama memang sering tidak selalu bagus,” tambahnya.

Berdasar data pada 20 Februari 2017, penyerapan belanja tercatat Rp 168,6 triliun atau 8,1 persen dari pagu.

Sementara itu, pada periode yang sama tahun lalu, penyerapan anggaran mampu mencapai Rp 189,4 triliun atau 9,1 persen dari pagu. (dee/c21/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Reksa Dana Bakal Makin Beragam


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
investasi   OJK  

Terpopuler