Ketua DPD Anggap Waktu Sekolah 5 Hari Sudah Ideal

Selasa, 12 Agustus 2014 – 21:28 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman menilai rencana Dinas Pendidikan DKI Jakarta tentang menyeragamkan waktu dan jam masuk sekolah menjadi enam hari dalam satu minggu sebagai langkah yang kurang tepat. Menurutnya, waktu sekolah lima hari sudah ideal dan dapat meningkatkan efeksitifitas dan efisien kegiatan belajar mengajar.

"Waktu istirahat juga mempunyai arti penting bagi peserta didik dalam rangka memperoleh kembali semangat belajar, mempererat ikatan antar-anggota keluarga, melaksanakan fungsi sosial maupun mengembangkan diri di luar sekolah. Jika proses belajar formal jadi enam hari, ada proses sosial penting lainnya yang dikorbankan," kata Irman Gusman, di Jakarta, Selasa (12/8).

BACA JUGA: Internasionalisasi Bahasa Indonesia Macet

Menurut senator asal Sumatera Barat itu, waktu istirahat yang cukup untuk anak didik, sangat menunjang keberhasilan pendidikan baik secara mikro maupun makro sebab keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidikan di sekolah tetapi juga faktor-faktor lain di luar sekolah.

"Waktu sekolah lima hari akan membantu siswa, guru, dan manajemen sekolah meningkatkan efektivitas kegiatan belajar dan mengajar," tegasnya.

BACA JUGA: Disdik Susun Master Plan Pengembangan Sekolah

Selain itu, waktu sekolah lima hari penting diterapkan agar dapat memberikan waktu luang satu hari bagi siswa didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri dan juga pengembangan diri di luar jam pelajaran seperti untuk les tambahan atau ekstrakurikuler, sehingga ada pengembangan diri anak di luar sekolah, dan tentunya akan berdampak positif untuk mutu pendidikan di sekolah.

Lebih lanjut Irman menambahkan, faktor kontekstual juga turut memberikan kontribusi dalam penerapan kebijakan waktu sekolah lima hari, terutama aspek lalu lintas ataupun biaya anak selama kegiatan belajar mengajar.

BACA JUGA: Waspada ISIS di Lingkungan Sekolah

"Pemadatan waktu sekolah tentu akan mengurangi dampak kemacetan di jalan, karena Sabtu tidak ada anak sekolah. Selain itu, juga akan mengurangi beban orangtua dalam hal ongkos anak ke sekolah maupun uang jajan siswa," ungkapnya.

Meskipun perubahan waktu sekolah enam hari menjadi lima hari, mungkin saja dapat mengakibatkan pengurangan pertemuan tatap muka di kelas, namun hal itu menurut Irman, seharusnya tidak mengurangi target pencapaian kurikulum dan mutu pembelajaran, apabila tenaga pendidik mampu meningkatkan dan menyempurnakan metodologi pembelajaran yang diberikan di kelas.

"Guru harus mampu mengelola waktu belajar lima hari dengan efektif dan efisien. Dengan demikian, perlu peningkatan kemampuan dari pendidikan untuk mencapai proses pembelajaran yang bermutu tinggi," saran Irman.

Irman menilai, mutu pendidikan dapat ditingkat dengan metode pembelajaran yang tepat, di antaranya dengan menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar.

"Metode fun learning yaitu yang menyenangkan akan membuat materi kurikulum yang diajarkan mudah diterima oleh anak didik. Guru harus bertanggung jawab memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak didiknya. Maka secara otomatis, akan mudah juga membawa perubahan bagi anak," pungkas Irman Gusman. (fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa ITS Sabet Emas Olimpiade Matematika


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler