Ketua MPR Bamsoet Ingatkan Ancaman Kemerosotan Moral Generasi Muda Sudah di Depan Mata

Selasa, 16 Mei 2023 – 23:44 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Badan Eksekutif Mahasiswa NU se-Nusantara di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta, Selasa (16/5). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan derasnya arus globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi telah menjejali benak dan pemikiran anak bangsa dengan berbagai nilai-nilai baru.

Sayangnya, tidak semua nilai-nilai baru tersebut selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia.

BACA JUGA: Ini Penjelasan Ketua MPR Bamsoet soal Perlunya PP Tentang Izin Senjata Api Bela Diri

Pasalnya, tidak semua penerima informasi tersebut juga memiliki literasi dan keadaban digital yang memadai untuk memilah, memilih, dan menyaring informasi yang masuk.

Di saat bersamaan, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan bahwa tingkat penetrasi internet di negara ini tergolong tinggi.

BACA JUGA: Terima Kunjungan Panitia Perayaan Nyepi Nasional, Ketua MPR Bamsoet Sampaikan Hal Ini

Sepanjang 2022-2023, tingkat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen atau sekitar 215,6 juta jiwa.

"Berpadunya dua variabel, antara rendahnya literasi dan keadaban digital dengan tingginya tingkat penetrasi internet inilah yang kemudian berpotensi memicu lahirnya berbagai persoalan," kata Bamsoet saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Badan Eksekutif Mahasiswa NU se-Nusantara di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta, Selasa (16/5).

Bamsoet menyebutkan pada triwulan I 2023 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengidentifikasi sebanyak 425 isu hoaks yang beredar di website dan platform digital.

"Di sinilah pentingnya kehadiran institusi yang mengajarkan pendidikan akhlak, seperti halnya STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta," terangnya.

Bamsoet menyampaikan memudarnya identitas dan karakter kebangsaan dapat dirasakan ketika peradaban dan nilai-nilai kearifan lokal, seperti gotong royong, adab sopan santun, kian tergeser oleh gaya hidup hedonis, individualis, egois dan pragmatis.

Tradisi dan nilai luhur budaya bangsa, dianggap kuno dan membosankan.

Pada saat yang bersamaan, nilai-nilai budaya asing justru dianggap lebih maju dan modern.

"Tumbuhnya paham radikalisme sebagai konsekuensi dari pemaknaan sempit dan tidak kontekstual terhadap ajaran agama, juga mulai merasuk pada generasi muda bangsa," ungkap Bamsoet.

Dalam perspektif yang lebih luas, lanjut Bamsoet, tindakan radikal dan teror kepada rakyat, juga dilakukan oleh kelompok kekerasan bersenjata dalam bentuk gerakan separatisme.

"Dekadensi moral generasi muda bangsa dapat dilihat dari beberapa kasus kejahatan yang melibatkan pelaku anak. Semisal, ketika anak-anak melakukan penganiayaan di luar batas perikemanusiaan, hingga menyebabkan korban meregang nyawa," bebernya.

Sementara itu, sikap intoleransi dalam kehidupan beragama dapat dirujuk dari data SETARA Institute.

Terungkap sepanjang 022, terdapat 175 peristiwa dan 333 tindakan pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi di masyarakat.

"Setiap elemen masyarakat harus memiliki wawasan kebangsaan yang memandang diri dan lingkungannya sebagai satu ekosistem lingkungan. Saling menghormati dan saling bekerja sama, karena sebagai mahluk sosial, hidup berdampingan adalah fitrah kemanusiaan," tegasnya.

Hadir dalam kesempatan, antara lain Rektor STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta Muslihan Habib, Presidium Nasional BEM Perguruan Tinggi NU Se-Nusantara, Wahyu Al Fajri, Ketua Yayasan YADAI Jamaluddin F Hasyim, serta Pembina Yayasan Da'wah Syiarul Islam Sulaiman Haikal. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler