Ketua MPR Publikasikan Hasil Riset Ilmiah 4 Pilar Kebangsaan, Ungkap Masalah di Kepri

Kamis, 25 April 2024 – 12:24 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo. Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mempublikasikan hasil riset ilmiah mengenai empat pilar kebangsaan dalam Jurnal Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada (UGM).

Riset ilmiah bertajuk 'Strategi Empat Pilar Kebangsaan Bagi Pembangunan Generasi Muda Dalam Menyongsong Bonus Demografi dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Kepulauan Riau' dimuat dalam Jurnal Ketahanan Nasional UGM Vol 30 tahun 2024.

BACA JUGA: Bamsoet Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Parpol Lain di Luar Koalisi Indonesia Maju

"Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi empat pilar kebangsaan terhadap pembinaan generasi muda dalam menghadapi bonus demografi dan implikasinya terhadap ketahanan sosial Kepulauan Riau," kata Bamsoet yang akrab disapa dalam keterangannya, Kamis (25/4).

Dia menyampaikan hasil riset ilmiah tersebut secara lengkap bisa diakses di link https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/94857.

BACA JUGA: Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah

Lebih lanjut Bamsoet mengemukakan bonus demografi merupakan peluang emas bagi bangsa Indonesia.

Namun, permasalahan sosial yang ada akibat terbatasnya tenaga kerja menjadi ancaman terhadap peluang tersebut.

BACA JUGA: Bamsoet Bertemu Hariara, Berharap Hipakad Ikut Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

Melalui rekonstruksi empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, penguatan generasi muda dilaksanakan sebagai upaya preventif dan pemahaman masyarakat.

Bamsoet menyebut saat ini bangsa Indonesia telah menapakan kaki pada fase bonus demografi, di mana komposisi demografi didominasi penduduk usia produktif yang mayoritasnya adalah generasi muda.

Titik puncak fase bonus demografi diperkirakan terjadi hingga tahun 2030, di mana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa.

"Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persennya, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif," kata Bamsoet.

Disampaikan hasil riset menemukan permasalahan utama di Kepri adalah penyelundupan pekerja migran ilegal, terutama di Kota Batam sebagai jalur penyelundupan menuju Malaysia atau Singapura.

Ancaman disintegrasi bangsa muncul karena globalisasi, degradasi moral, dan ketidaktahuan masyarakat terhadap empat pilar kebangsaan.

Menurut Bamsoet, pemerintah Kepulauan Riau (Kepri) perlu meningkatkan upaya mengimplementasikan strategi empat pilar kebangsaan untuk menguatkan nilai-nilai pendukung bonus demografi secara masif dan terstruktur.

"Stakeholders utama yang memerlukan sosialisasi empat pilar kebangsaan adalah guru, pemuka agama, dan masyarakat, dengan pemerintah sebagai penggerak utama dan pencontoh nilai-nilai kebangsaan," terang Bamsoet.

Dia menilai peran masyarakat, terutama keluarga, sangat penting untuk membangun kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila.

Secara implementatif, strategi empat pilar kebangsaan yang diterapkan pada generasi muda untuk mendukung bonus demografi masih terbatas pada penyadaran.

Ke depannya dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dengan memanfaatkan kondisi sumber daya setempat.

Bamsoet juga menilai diperlukan juga model sosialisasi yang berbeda sesuai dengan target audiens, seperti melalui kegiatan keagamaan, seni budaya, dan literasi digital.

"Validitas informasi dan penggunaan media dengan cerita inspiratif dapat meningkatkan efektivitas sosialisasi," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler