jpnn.com, KEDIRI - Tidak semua orang mau menjadi sukarelawan untuk penyintas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Namun, tiga wanita ini bersedia melakukan pekerjaan itu di Dinsos Kota Kediri, Jatim.
Mereka memiliki peran memantau kondisi kesehatan ODGJ tiap kecamatan. Para sukarelawan ini memberikan pendampingan kepada para ODGJ meski honor yang mereka terima per bulan hanya Rp 450.000.
BACA JUGA: ODGJ Harus Dirawat
Honor akan diterima setiap dua bulan sekali dengan akumulasi Rp 900.000. Karena itu, para sukarelawan dibutuhkan untuk memantau para ODGJ yang
Diana Sulistianing, salah satu relawan ODGJ asal Kelurahan Banjaran Kota Kediri tersebut. Diana mengaku sudah menjadi pendamping sejak akhir 2018 lalu hingga sekarang.
Wanita 43 tahun ini masing ingat honor pertamanya Rp 300.000 per bulan hingga akhirnya naik menjadi Rp 450.000. Dia mengaku ikhlas dan senang bisa memberikan pendampingan bagi para ODGJ.
"Mereka mempunyai hak untuk diperlakukan sama seperti orang lainya. Bahkan, saya pribadi bisa belajar pengalaman hidup dari mereka. Saya juga pernah tinggal di salah satu pondok yang khusus menampung para ODGJ," terang Diana.
BACA JUGA: Mensos Ajak Semua Pihak Agar Bersinergi Bersama Merawat ODGJ
Pada umumnya, ODGJ ini pernah berobat ke RSJ Malang, RS Bhayangkara Kediri, dan Baptis. Penyebab ODGJ paling dominan karena faktor ekonomi dan perceraian rumah tangga.
Semua biaya pengobatan pasien yang berobat ke RSJ Malang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sementara untuk akomodasi transportasi perjalan ke sana dibiayai oleh Dinsos.
Selama tinggal di pondok tersebut, Diana Sulistianing ikhlas membantu para ODGJ yang dirawat selama empat tahun. Kini, dia sudah keluar dari pondok dan menjadi sukarelawan di kantor Dinsos.
"Kami bisa belajar hidup dari mereka, sebagai ODGJ. Jadi pengalaman hidup saya di pondok merawat orang stres. Mereka mendapat perawatan dan pendampingan hingga bisa kembali ke masyarakat," ungkapnya.
Ibu satu anak lulusan S1 Pertanian itu mengaku, selama 2 tahun menjadi relawan, dia melihat beberapa keluarga dari si penderita ODGJ belum siap sepenuhnya menerima kenyataan tersebut.
Karena itu, pihaknya terus memberikan dorongan suntikan moril dan pendampingan kepada ODGJ.
"Kendalanya rata-rata keluarga mereka itu keberatan, menerima secara ikhlas keadaanya seperti itu. Namun si ODGJ ini tetap kami support, saya katakan jangan berkecil hati kamu tidak sendiri," kata Diana.
Keterbatasan jumlah, membuat Diana bersama dua sukarelawan rekannya bertugas monitoring dan evaluasi setiap 2 minggu sekali di wilayah kecamatan Kota Kediri.
"Saya harus menjangkau 17 kelurahan," ungkap Diana Sulistianing.
Untuk menyiasati tugasnya tersebut, Diana harus pandai membagi waktu dalam melaksanakan kewajibannya. "Saya dua minggu sekali memantau. Istilahnya monev, monitoring dan evaluasi," tuturnya.
Tugas dan peran pendampang ODGJ di antaranya memberikan pelayanan pengambilan obat, mengedukasi tata cara minum obat mengawasi pemenuhan kebutuhan gizi makan, serta aktivitas kegiatan setiap hari.
"Kalau ada ODGJ yang suka keluyuran setiap hari, kita beri tahu agar tidak bepergian jauh. Takutnya nyasar dan lupa jalan pulang," ujarnya.
Saat melakukan pendampingan, Diana Sulistianing merasa bersyukur bisa mengontrol emosi para ODGJ, sehingga tidak sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
Rupanya, Diana Sulistianing memiliki cara jitu untuk bisa meredam emosi para ODGJ yang dia dampingi. Yakni mengajak mereka berbicara dari hati ke hati.
Untuk urusan honor, Diana Sulistianing menopang kebutuhan hidup sehari-hari dengan usaha jahitan. "Kalau ada orang menjahit, mereka datang ke rumah. Kebetulan punya basic sekolah desain, ya suka aja," tuturnya.
Dalam menjalankan tugas keseharianya, Diana Sulistianing dan dua srikandi pendamping ODGJ ini, terkadang juga mendapat bantuan dari tim reaksi cepat Dinsos Kota Kediri. Di tiap kelurahan terdapat satu petugas tim reaksi cepat.
Ketika relawan melakukan pendamping harus mengcover penderita ODGJ lainya, sementara bersamaan ada ODGJ yang butuh bantuan untuk mengambil obat di Rumah Sakit, maka tim reaksi cepat memberikan pelayanan sebagai pengganti. (ngopibareng/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia