Ketum APPSI Bilang Begini Soal Kecurigaan Presiden Terkait Mafia Pasar

Rabu, 22 April 2020 – 22:20 WIB
Ketua Umum Dewan Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (DPP APPSI) Ferry Juliantono. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono, merasa aneh dengan sikap Presiden Jokowi masih pada tataran curiga, dalam menyikapi kenaikan harga-harga di pasar yang cenderung terus merangkak.

Menurut Ferry, presiden seharusnya sudah mengetahui secara pasti bahwa penyebab harga-harga melambung di tengah pandemi virus Corona (COVID-19), disebabkan adanya mafia pasar yang bermain.

BACA JUGA: APPSI Tolak Revisi Perpres Tentang Penataan Pasar Tradisional dengan Toko Modern

"Saya kira agak aneh presiden masih pada tingkat curiga, padahal sudah jelas harga banyak melambung karena ada permainan dari mafia pasar yang mengatur distribusi barang atau produk," ujar Ferry dalam pesan tertulis, Rabu (22//4).

Menurut Ferry yang juga menjabat ketua umum Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), para mafia pasar biasanya kongkalikong dengan sejumlah oknum dari jaringan pabrikan swasta.

BACA JUGA: Pastikan Ketersediaan Sembako, Satgas Mafia Pangan Sidak Pasar

Ferry juga mengatakan, praktik kongkalikong terjadi bukan karena permintaan terhadap barang yang melonjak pesat, tetapi karena adanya potensi suplai (pasokan) yang terganggu disertai terjadinya impor yang tersendat.

"Inilah yang kemudian dimanfaatkan para mafia pasar untuk mencari keuntungan setinggi-tingginya, dengan menetapkan kenaikan mencapai 50 persen seperti pada harga gula yang biasanya di angka Rp 12 ribu-13 ribu, bisa mencapai hingga Rp 19 ribu dan pemerintah tidak berdaya menghadapi mafia pasar," ucapnya.

BACA JUGA: Jokowi Bantah Najwa Shihab Beda Mudik dengan Pulang Kampung, Yuk Cek KBBI

Menurut Ferry, kalangan pabrikan gula swasta sebenarnya sudah mempunyai jaringan distribusi dari tingkat whole seller, distributor, hingga agen. Namun, Ferry menyesalkan pemerintah tidak memiliki kendali terhadap jaringan tersebut.

"Sebagai dampaknya lebih serius lagi, pabrik gula justru mati satu persatu atau malah beralih dengan dikuasai pihak swasta. Sementara pabrik milik pemerintah akibat mesinnya ada yang dibuat di zaman Belanda sehingga tidak efisien dan selalu kalah bersaing," katanya.

Ferry melihat juga ada kecenderungan keberadaan Bulog seperti ikut dilumpuhkan, di sisi hilir. Bulog seakan tak lagi memiliki kuasa menjaga stabilitas harga bahan pokok penting, yaitu sembako.

"KUD-KUD juga dimatikan secara perlahan, serta pasar-pasar tradisional nasibnya lebih parah karena dinamikanya terpepet oleh retail modern yang punya akses langsung ke pabrikan. Ya, akhirnya sempurnalah penguasaan distribusi oleh mafia ini," katanya.

Ferry menilai, satu-satunya kekuasaan yang kini dimiliki pemerintah adalah menegakkan aturan. Sayangnya, terkesan tidak digunakan secara maksimal.

"Jadi, aneh menurut saya bila presiden tidak tahu siapa yang bermain soal distribusi yang mempermainkan perut rakyat ini. Kami saja yang awam bisa tahu kok, ada mafia ambil rente gila-gilaan," katanya.

Ferry menyarankan presiden segera memerintahkan menteri perdagangan menyikat habis para mafia pasar. Selain itu, juga memerintahkan merombak aturan supaya para mafia tunduk pada aturan yang dibuat penguasa.

Presiden Jokowi diketahui memimpin rapat kabinet terbatas di Jakarta, Selasa (21/4) kemarin. Rapat antara lain membahas kenaikan harga-harga kebutuhan pokok jelang puasa.

Presiden Jokowi menyebut ihwal kenaikan merupakan permainan tidak bertanggung jawab yang sulit diketahui pihak-pihaknya. (gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler