jpnn.com, JAKARTA - Ketum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengungkapkan, guru dan siswa mengalami kerugian saat masa pandemi Covid-19. Pasalnya, kegiatan belajar mengajar (KBM) daring tidak berjalan optimal sehingga bisa dipastikan banyak siswa tidak bisa menguasai seluruh mata pelajaran yang diajarkan.
"Kalau tidak ingin guru dan siswa rugi besar mending tahun ajaran baru diundur ke Januari saja biar jelas persiapannya," kata Ramli kepada JPNN.com, Sabtu (23/5).
BACA JUGA: Prof Zainuddin Minta Awal Tahun Ajaran Baru Jangan Januari, Begini Alasannya
Dia pun mendesak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus mengakui bahwa Indonesia belum siap menghadapi pembelajaran dalam kondisi pandemi Covid-19. Ramli mengklaim IGI sudah bekerja keras membantu guru lain berkembang tetapi pemerintah kurang mendukung.
"Faktanya, pedoman pembelajaran jarak jauh belum mengutamakan belajar dalam format gurunya mengajar siswanya dan siswa diajar gurunya," ucapnya.
BACA JUGA: IGI Minta Tahun Ajaran Baru dDitunda Hingga 2021
Dari penilaian Ramli, Kemendikbud masih mengarahkan ke berbagai portal dan media lain yang jelas memutus komunikasi antara siswa dan guru.
"Kalau sekolah tidak dibuka, untuk apa tahun ajaran baru dijalankan Mengandalkan ketidakmampuan mengelola kelas jauh Mengandalkan TVRI dan RRI yang kontennya jauh dari kurikulum?
Mengandalkan layanan pendidikan berbayar yang tidak jelas arahnya jika tak menghadapi ujian?," seru Ramli.
BACA JUGA: Jelang Tahun Ajaran Baru, Faber Castell Beri Diskon Hingga 31 Juli
Dia melanjutkan, jika sekolah belum dibuka, jauh lebih baik tahun ajaran baru digeser lalu selama 1 semester digunakan untuk peningkatan kompetensi guru yang keteteran itu. IGI, kata Ramli siap menjalankan upaya peningkatan kompetensi guru di Indonesia dalam 6 bulan ke depan.
"Kemendikbud cukup menerbitkan 1 lembar surat yang memberikan kepercayaan kepada IGI meningkatkan kompetensi guru tanpa diberi anggaran," tegasnya.
Ramli kembali mengingatkan,, tanpa diundur tahun ajaran barunya, para siswa jelas lebih rugi jika sekolah tetap ditutup. Belajar daring ini bisa optimal dengan syarat gurunya punya skill yang cukup, kuota data tersedia, dan device/alatnya tersedia.
"Nah, nomor 1 itu bisa dikerjakan IGI tetapi butuh selembar surat itu dari Kemendikbud. Kalau tahun ajaran baru tetap Juli, sekolah ditutup yang terjadi justru siswa dan orangtuanya stres karena insan pendidikan di Indonesia masih tergagap-gagap dengan belajar daring," tutupnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad