Ketum KPTIK: Starlink Membantu Warga di Daerah Terpencil Terhubung ke Dunia

Selasa, 04 Juni 2024 – 05:55 WIB
Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) Ir. Dedi Yudianto. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Kekhawatiran kelompok penyedia jasa internet lokal atas masuknya Starlink ke Indonesia rasanya cukup berlebihan. Pasalnya, fiber optik dan Wireless tidak bisa disamakan dengan Operator Satelit.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudianto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (3/6/2024).

BACA JUGA: Tips Menjaga Data Pribadi agar Aman Menggunakan Teknologi Informasi

Dedi sapaan akrabnya, menanggapi beragam komentar miring dari sejumlah pihak atas kehadiran Starlink di Indonesia.

Sebagai pakar teknologi informasi & Komunikasi (TIK ) yang menggeluti bisnis Internet Service Provider selama lebih dari 20 Tahun, Dedi justru mengapresiasi kehadiran bisnis internet berbasis satelit milik konglomerat Elon Musk tersebut.

BACA JUGA: Starlink Dinilai Bisa Matikan Operator Internet Lokal, Komisi VI: Jangan Sampai BUMN Dirugikan

“Kehadiran Starlink di Indonesia justru mendukung aktivitas warga yang tinggal di daerah 3T atau daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar yang tidak tercover Fiber Optik & Wireless,” ucap Dedi yang juga Inisiator Warkop Digital & CEO Cybers Group.

Menurut Dedi, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan atas kehadiran Starlink. Sebaliknya, kata Dedi, adanya starlink sangat membantu warga yang tinggal di daerah 3 T.

BACA JUGA: Siti Fauziah Pastikan Media Informasi MPR Mengikuti Perkembangan Teknologi Informasi

“Akses internet di pulau terluar Indonesia justru makin terjangkau. Selain kapasitas dan kecepatannya melebihi Satelit operator lama, harga peralatannya juga jauh lebih murah,” kata Dedi sang penggagas program Kompetisi Jurnalis Kebangsaan bersama BNPT untuk Mahasiswa dan Perguruan Tinggi se-Indonesia ini.

Dedi juga menerangkan perbandingannya, jika internet yang ditawarkan perusahaan satelit yang ada hanya bermain di sekitar 1-10 megabit upload dan 10 – 50 megabit download.

Sementara di Starlink, kapasitasnya bisa mencapai 30 megabit upload dan 300 megabit download. Latency-nya cukup rendah, yakni 35 ms dibanding Operator Satelit lain di atas 200 ms.

“Perbedaannya sangat jomplang. Seharusnya kondisi ini disyukuri karena warga kita bisa terlayani akses internet dengan harga Peralatan 7 juta-an dan bulanan 750 ribu dengan kapasitas besar. Bahkan memiliki kecepatan luar biasa, latency rendah dan harga jauh lebih murah dan terjangkau,” ujarnya.

Yang harus dipersoalkan, lanjut pengusaha muda ini, justru bukan kehadiran Starlink di Indonesia.

Starlink memiliki dampak dari ketersediaan layanan internet dengan kapasitas besar dan kecepatan yang luar biasa tersebut.

“Mudahnya akses internet di pusat kota, justru menjadi penyebab pemerintah sibuk mengurusi akses judi online dan pornografi yang sangat massif di Indonesia. Sementara pengguna internet di daerah 3 T atau pelosok mungkin lebih produktif memanfaatkan teknologi dan layanan akses internet, karena harga masih lebih mahal, sehingga mereka harus bisa produktif,” ujar Dedi.

Pendiri media online warga guetilang.com dan penggagas awal beritajakarta.id Portal Pemprov DKI Jakarta ini, berharap semua pihak memikirkan bagaimana mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan internet pascamasuknya Starlink.

“Dengan menciptakan konten-konten menarik dan bermanfaat bagi banyak orang. Terutama menjadi produktif dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi ke depannya," ujar Dedi.

Terakhir, kata Dedi, ketika internetnya sudah dengan kapasitas besar dan kecepatan akses yang kencang (red-cepat). Maka kontennya juga harus dipikirkan agar masyarakat pengguna internet lebih produktif.

"Pengguna internet dengan kapasitas besar dan akses yang cepat diharapkan dapat meningkatkan produktifitas di berbagai bidang. Sehingga diharapkan tidak dipakai untuk mengakses hal-hal negatif, diantaranya, judi online atau pornografi dan hal ini juga harus diantisipasi untuk kemajuan anak-anak bangsa kedepannya," pungkas Dedi.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler