Ketum PP Muhammadiyah: Perlu Pemahaman Agama untuk Menekan Kekerasan kepada Anak

Rabu, 25 Agustus 2021 – 20:59 WIB
Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebutkan konsep Al-Qur'an dan hadis tentang pembinaan anak merupakan contoh teladan dalam pengelolaan keluarga.

Hal itu menyikapi maraknya kekerasan anak di masa pandemi yang pelakunya tak lain adalah ibu dan anggota keluarga lainnya.

BACA JUGA: Sejumlah Mahasiswa Dugem di Atas Ambulans, Polisi Bereaksi, Rasain!

"Berbagai persoalan tersebut menunjukkan adanya kerentanan pada fungsi keluarga yang seharusnya menjadi pelindung bagi anggotanya," ujar dia dalam webinar graduasi Sekolah Perempuan Uhamka (SPU), Rabu (25/8).

Dikatakannya, Undang-Undang No. 22/2003 dan UU No. 35/2014 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan negara hadir untuk melindungi setiap anak Indonesia.

BACA JUGA: Dari Nongkrong Bareng Berubah Menjadi Peristiwa Mengerikan

Di sisi lain perlu adanya pemahaman agama yang baik dan benar agar kekerasan kepada anak tidak terjadi lagi pada masa depan.

“Kontruksi itu penting. Sekolah perempuan harus merekonstruksi hal-hal yang dipelajari agar setiap sikap dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an dan hadis. Hal ini nantinya akan terbawa dalam kehidupan keluarga yang baik,” tutur Haedar. 

BACA JUGA: Muhammadiyah Minta Jokowi Angkat Kembali Novel Baswedan Cs

Dia juga meminta adanya rekonstruksi kelembagaan SPU dan perlunya orientasi nilai agar makin maju, dan unggul dengan sistem Muhammadiyah. 

Sementara itu, Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengungkapkan keluarga harus menjadi pilar peradaban melalui budaya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Perempuan, menurut dia, harus menjadi pilar keluarga sakinah dan pilar bangsa yang seimbang satu sama lain dengan kepentingan akhirat.

“Ibu berperan penting sebagai inspirasi dalam pola asuh keteladanan dan sumber inspirasi nilai-nilai kemanusiaan yang irfani,” katanya.

Dalam kesempatan sama, Rektor Uhamka Gunawan Suryoputro mengaku berkomitmen mendorong terciptanya kampus responsif gender.

Salah satunya dengan mendukung Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) menjadi unggul dan mampu memberikan terobosan baru dalam upaya isu-isu masalah gender dan perlindungan anak.

 “Kami berharap PSGPA mengadakan penelitian, pendidikan, pengajaran responsif gender dan pengabdian kepada masyarakat,” imbuh dia.(esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Beredar Video Kekerasan Guru kepada Siswa di SMAN Bekasi, Ini Reaksi KPAI


Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler