Keturunan Sultan Sebut Aceh Dalam Kondisi Darurat, Minta Bantuan Erdogan

Rabu, 06 Oktober 2021 – 22:53 WIB
Ilustrasi - Pemimpin Darud Donya Cut Putri (baju merah) saat menemani kunjungan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik (pakai jas) berziarah ke komplek pemakaman Turki di Bitay, di Banda Aceh, Jumat (13/10/2017). ANTARA/HO-Dok.pribadi

jpnn.com, BANDA ACEH - Keturunan Sultan Aceh Cut Putri meminta bantuan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Pemimpin Darud Donya itu meminta bantuan terkait situs sejarah yang terancam punah.

BACA JUGA: Muncul Peradangan Pada Otot Jantung, Pemberian Vaksin COVID-19 Merek ini Dihentikan

Dalam suratnya dia menyebut Aceh saat ini berada dalam kondisi darurat.

"Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam kondisi darurat," ujar Cut Putri dalam keterangannya, di Banda Aceh, Rabu.

BACA JUGA: Peraih Emas PON XX Dijemput Mobil Bak Terbuka, Pemdanya ke Mana ya?

Menurut Cut Putri, dalam suratnya disampaikan Aceh saat ini membutuhkan bantuan Turki untuk membantu menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh yang sedang kritis dan terancam dimusnahkan.

Cut Putri menyampaikan, situs sejarah makam kuno para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam, termasuk makam para ulama dan perwira pasukan Turki Usmani yang dulu dikirim oleh Sultan Turki Utsmani untuk membantu Kesultanan Aceh.

BACA JUGA: Ini Alasan PDIP Tak Setuju Usulan Pemerintah dan Sependapat dengan KPU

Situs yang paling terancam, kata Cut Putri, khazanah peninggalan sejarah peradaban bangsa Turki di kawasan situs sejarah istana Darul Makmur Kuta Farushah Pindi Gampong Pande Banda Aceh, yang terancam musnah dengan dibangunnya proyek IPAL Banda Aceh.

"Kawasan bersejarah berisi ribuan makam para raja dan ulama kesultanan Aceh Darussalam dan peninggalan bangunan-bangunan kuno," katanya.

Cut Putri menuturkan, selama bertahun-tahun proyek IPAL diprotes oleh rakyat Aceh, segala usaha damai sudah dilakukan oleh segenap rakyat Aceh untuk menyadarkan para pemimpin yang hendak memusnahkan warisan budaya Islam di Aceh.

"Para raja dan ulama kesultanan Aceh adalah para aulia, pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya," kata Cut Putri.

Oleh karena itu, lanjut Cut Putri, pihaknya menyatakan Aceh dalam kondisi darurat dan sangat membutuhkan bantuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, serta dukungan dari segenap rakyat Turki.

Cut Putri menuturkan, sebelumnya mereka sudah membincangkan hal ini secara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki dalam kunjungan kenegaraan bersama Duta Besar Turki.

"Besar harapan kami agar Presiden Recep Tayyip Erdogan bersama segenap rakyat Turki dapat membantu kami di sini yang sedang berjuang," ujarnya.

Cut Putri juga menerangkan hubungan diplomatik antara Kesultanan Aceh dan Turki telah terjalin sejak ratusan tahun.

Kesultanan Aceh dan Turki kerap saling membantu dalam dakwah Islam dan untuk melawan penjajahan.

"Sejarah juga mencatat eratnya korespondensi antar kedua negara, termasuk permohonan bantuan dari para Sultan Aceh kepada Turki, saat Aceh berada dalam kondisi darurat," demikian Cut Putri.

Seperti diketahui, Pemerintah Banda Aceh kembali melanjutkan pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande kota setempat pada akhir Februari 2021.

Bangunan itu sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu.

Kemudian, kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritikan serta penolakan dari berbagai kalangan masyarakat Aceh, terutama warga setempat, budayawan hingga keturunan Raja Aceh. (Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler