jpnn.com, SURABAYA - Masjid Rahmat merupakan masjid tertua di Kota Pahlawan. Masjid yang dibangun Sunan Ampel pada abad 15 tersebut banyak menyimpan sejarah dan penuh filosofi.
===========================
Moh Mahrus - Radar Surabaya
===========================
BACA JUGA: Waspada! Bandit Kejar Setoran, Akal Bulus Meningkat saat Ramadan
Arsitektur masjid yang dahulunya disebut langgar tiban itu mempunyai keunikan tersendiri.
Hal itu masih terlihat hingga saat ini. Salah satunya bentuk daun semanggi yang terdapat di beberapa titik. Misalnya di atas tempat imam, teras masjid, pagar, dan gerbang.
BACA JUGA: Beras Sedekah 1,5 Ton, Masjid Gelar Buka Puasa Gratis Tiap Hari
“Masjid ini awalnya dinamakan langgar tiban. Karena dibuat hanya satu malam dan bentuknya sederhana, terbuat dari kayu,” ungkap Mansyur, Ketua Yayasan Masjid Rahmat.
Selain itu, Mansyur menjelaskan, ketika awal mula berdiri, di sekitar lokasi langgar tiban banyak dijumpai bunga-bunga yang berwarna kuning.
BACA JUGA: Tempat Karaoke Tutup Sebulan demi Ramadan
“Maka dari itu, warga sekitar langsung memberi nama daerah ini dengan sebutan Kembang Kuning yang kini menjadi nama jalan,” bebernya.
Suasana adem langsung terasa bila kita menginjakkan kaki di pelataran masjid yang terletak di Jalan Kembang Kuning 79-81 itu.
Suasana adem itu salah satunya karena pengaruh arsitektur daun semanggi di bagian pagar dan pintu gerbangnya.
“Bentuk semanggi ini merupakan ikon masjid ini, Mas. Kalau untuk pencetusnya, saya kurang tahu,” ungkapnya.
Mansyur menambahkan, entah kapan desain mirip daun semanggi ini dicetuskan. Ia kurang tahu persis. Namun, menurut cerita yang didapat dari orang tua dan sesepuhnya, daun semanggi itu melambangkan Rukun Islam.
“Lengkungannya kan ada lima. Nah, itu maknanya lima Rukun Islam sebagai pedoman umat muslim,” Mansyur bercerita.
Selain daun semanggi, ada yang unik lagi di Masjid Rahmat. Di atas masjid ini terdapat bangunan kotak, seperti bentuk benteng pertahanan perang.
“Bentuknya unik. Kotak, sejenis benteng,” ungkapnya.
Mansyur mengatakan, bisa jadi bentuk benteng ini dibuat atas inisiatif si arsitek dan warga setempat kala itu.
Tujuannya untuk mengabadikan peristiwa pertempuran hebat yang terjadi di Kota Surabaya. Sebab, informasinya, ketika meletus pertempuran hebat 10 Nopember, kawasan Kembang Kuningpun terkena dampak peperangan antara penjajah dan pejuang pribumi.
“Jadi, kedua ikon itu yang membuat masjid ini berbeda dengan masjid yang lain jika dilihat dari desain bangunanya,” pungkasnya.
Selain kedua hal tersebut, Masjid Rahmat juga sudah dikembangkan dengan desain yang bercampur.
Yakni seni kaligrafi dan ukir di bagian pintu serta jendelanya. Bedanya, arsitektur bagian pintu dan jendela adalah bentuk baru dan tidak setenar bentuk daun semanggi maupun benteng. (*/opi/Habis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantap! Pembalap Liar Bakal Didenda Rp 3 Juta
Redaktur : Tim Redaksi