KGB dan Gatot Nurmantyo

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 02 Oktober 2021 – 09:32 WIB
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat menghadiri deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8). Foto: YouTube/JPNN

jpnn.com - Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti atau KGB adalah badan intelijen dan keamanan Uni Soviet yang paling ditakuti, karena terkenal dengan berbagai tindakan penyiksaan, penculikan, dan pembunuhan di dalam negeri, maupun di berbagai penjuru dunia.

KGB mencerminkan wajah kekuasaan komunisme Uni Soviet, yang identik dengan tindak kekerasan yang menghalalkan segala cara. KGB memburu musuh-musuh di dalam negeri, dan mengejar lawan-lawan yang lari dan bersembunyi di luar negeri.

BACA JUGA: Heboh Tuduhan Gatot Nurmantyo soal TNI Disusupi PKI, Mahasiswa Ini Datangi Letjen Dudung

Berbagai kisah mengenai kejahatan KGB sudah menjadi legenda. Ketika komunisme Uni Soviet ambruk pada 1991, KGB pun ikut ambruk.

Namun, tokoh-tokoh KGB yang sudah mencengkeram perpolitikan Uni Soviet selama lebih dari setengah abad, tidak mungkin bisa hilang begitu saja. Mereka tetap kuat karena jaringan yang sudah sangat kokoh.

BACA JUGA: Komentari Tuduhan Gatot Nurmantyo soal TNI Disusupi PKI, Kapitra PDIP Pakai Kata Naif

Uni Soviet hilang, lahirlah Rusia. KGB menjelma menjadi ‘’Komunisme Gaya Baru’’. Vladimir Putin, tokoh KGB, menguasai Rusia sampai sekarang.

Selama 20 tahun terakhir, praktis Putin menguasai Rusia tanpa perlawanan. Tokoh-tokoh oposisi yang bersikap kritis, dihilangkan dan disingkirkan dengan cara-cara keji ala KGB lama.

BACA JUGA: Gatot Nurmantyo Vs Letjen Dudung, Aziz FPI: Pancasila Harga Mati, PKI Tetap Mati

Secara teoretis Rusia adalah negara demokrasi. Namun, dalam praktiknya negara ini adalah jelmaan Uni Soviet dengan sedikit modifikasi.

Putin yang sekarang menjadi presiden, bisa saja menjadi pemimpin Rusia seumur hidup. Ia menjadi perdana menteri sejak 1999 sampai 2000. Setelah itu ia menjadi presiden sampai 2008.

Selesai menjadi presiden, Putin menjadi perdana menteri lagi sampai 2012. Dan sekarang Putin menjadi presiden lagi, dan bisa memperpanjang kekuasaannya sepanjang dia mau. April lalu Putin baru saja mengubah undang-undang kepresidenan, yang memperpanjang periode kepemimpinan presiden menjadi enam tahun.

Undang-undang baru itu memungkinkan Putin menjadi presiden dua periode lagi. Jadi, secara teknis Putin bisa menjadi presiden sampai 2036.

Dengan usianya yang sekarang 68 tahun, berarti Putin akan menjadi presiden seumur hidup, sampai mati.

Sekarang ini Putin menduduki kursi kepresidenan untuk periode keempat. Masa jabatannya akan berakhir 2024. Dengan undang-undang yang baru itu Putin akan bisa maju lagi sampai dua periode ke depan. Amendemen undang-undang itu bisa dilakukan dengan mulus, karena Putin bisa menguasai suara dukungan mayoritas di parlemen.

Bukan hanya menjadi presiden seumur hidup, Putin juga sudah mengamendemen undang-undang yang memberinya kekebalan hukum dari segala tuntutan. Undang-undang itu menyebutkan bahwa presiden dan pemimpin negara tidak bisa dituntut karena kesalahan sewaktu berkuasa.

Dengan undang-undang imunitas itu Putin bisa melakukan apa saja, tanpa takut akan tuntutan apa pun.

Ketika Uni Soviet ambruk pada 1991, orang-orang bersorak merayakannya. Orang-orang berpesta karena komunisme sudah masuk lubang kubur. Orang-orang menganggap komunisme sudah menjadi bagian cerita masa silam, yang hanya layak dikisahkan sebagai dongeng.

Uni Soviet ambruk, tetapi China bertahan dan menjadi episentrum komunisme dunia. Namun, China dianggap bukan lagi mewakili wajah komunisme yang sesungguhnya. China sudah berubah wajah total menjadi negara kapitalis liberal.

Tidak ada lagi komunisme di dunia. Tidak ada lagi ancaman terhadap liberalism-kapitalisme. Sejarah sudah berakhir dengan kemenangan demokrasi liberal yang gilang gemilang.

Pesta pora itu bisa menyesatkan. Mereka melihat fatamorgana yang menyilaukan dan bisa menjadi jebakan yang mematikan. Komunisme Uni Soviet tidak mati, tetapi berubah wajah. KGB tetap hidup dalam wujud Komunisme Gaya Baru.

China menjalankan kebijakan ekonomi yang liberal dan kapitalistis. Namun, yang menjalankan mesin ekonomi itu tetaplah PKC (Partai Komunis Cina). Kapitalisme dan liberalisme China adalah kapitalisme negara komunis. Siapa pun yang menentang dan melawan kapitalisme negara pasti akan diberangus.

Tidak peduli sehebat apa pun dia. Jack Ma boleh menepuk dada sebagai entrepreneur paling hebat di dunia. Jack Ma boleh berbangga menempatkan namanya dalam daftar orang paling tajir sejagat.

Namun, ketika dia sudah dianggap mulai berlagu dan bisa menyaingi pengaruh pemerintah, tiba-tiba Jack Ma hilang begitu saja.

Fan Bingbing adalah aktris dan selebritas paling cantik dan terkenal di China. Ia membintangi sejumlah film Hollywood dan menjadi model bagi produk-produk kecantikan paling termasyhur di dunia.

Fan Bingbing kaya raya dan terkenal. Tiba-tiba saja ia menghilang begitu saja. Sejak 2018 sosoknya seolah menghilang tanpa jejak. Sampai sekarang tidak ada yang tahu di mana keberadaan Fan Bingbing.

Itulah wajah komunisme gaya baru. Wajah KGB. Orang-orang yang bersorak-sorak merayakan kematian komunisme bisa kecele.

Ideologi tidak bisa mati, tetapi hanya berubah bentuk. Daniel Bell mengumumkan ‘’The End of Ideology’’ pada 1960-an, bukan karena ideologi sudah mati, tetapi sudah beralih rupa dan tidak ketahuan lagi aslinya.

Di Indonesia, perdebatan mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI) bangkit lagi, selalu panas setiap akhir September seperti sekarang ini. Dalam berbagai debat di media, terlihat jelas sikap pro dan kontra yang sangat tajam. Perbedaan tajam antara kalangan konservatif dan kalangan liberal seolah tidak pernah habis.

Peristiwa penculikan jenderal-jenderal Angkatan Darat pada 1965, yang dikenal sebagai Gerakan 30 September PKI, membawa trauma politik berkepanjangan. Sampai sekarang terus terjadi saling tuding dan saling serang.

Kalangan konservatif menunjukkan bukti-bukti bahwa KGB telah bangkit di Indonesia. Kelompok liberal kukuh engatakan tidak ada KGB, karena komunisme telah mati.

Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi ujung tombak serangan terhadap KGB. Gatot menunjukkan banyak indikator kemunculan KGB. Penghilangan patung diorama di Markas Kostrad, dianggap sebagai indikator upaya pengaburan sejarah untuk menghilangkan kejahatan PKI.

Upaya mencabut ketetapan Majelis Permusyawaratan Rayat Sementara (MPRS) 1966, yang melarang komunisme, dianggap indikator bangkitnya KGB.

Pengaburan dan penghilangan sejarah PKI dalam mata pelajaran sekolah adalah indikator munculnya KGB. Mereka yang menentang pemutaran film ‘’Pemberontakan PKI’’ dianggap para pendukung KGB.

Munculnya para politisi yang dengan terbuka menyatakan ‘’Saya Bangga Menjadi Anak PKI’’ dianggap menjadi indikator kebangkitan KGB. Munculnya gerakan de-Soeharto-isasi yang mendegradasikan peran Soeharto dalam menumpas PKI, juga dianggap indikator semakin kuatnya kehadiran KGB.

Dalam sebuah perdebatan di televisi, Gatot memaparkan sejumlah indikator itu. Salah satu yang ditekankan oleh Gatot adalah upaya pencabutan Tap MPRS 1966. Mereka yang mendukung pencabutan itu, oleh Gatot, disebut sebagai orang-orang KGB.

Usman Hamid, ketua Amnesti Internasional, yang mewakili kelompok liberal, menyerang balik argumen Gatot Nurmantyo. Menurut Hamid, tuduhan Gatot tidak berdasar. Tuduhan bahwa pendukung pencabutan Tap MPRS adalah KGB, adalah tuduhan yang menyesatkan.

Menurut Hamid, pengusul pencabutan Tap MPRS adalah Presiden Gus Dur pada yang berkuasa 1999-2001.

Gus Dur adalah kiai dan keturunan kiai. Karena itu, kata Hamid, tidak mungkin Gus Dur PKI. Hamid menambahkan, dirinya setuju dengan usulan Gus Dur, dan itu tidak berarti bahwa Hamid PKI atau KGB.

Hamid menambahkan bahwa dia anak seorang kiai kampung, karena itu tidak mungkin menjadi PKI atau KGB.

Logika yang dipakai Hamid bisa menyesatkan. Kesimpulan bahwa anak kiai tidak mungkin menjadi PKI adalah kesimpulan yang gegabah. Sejarah menunjukkan bahwa D.N Aidit lahir dari keluarga kiai kampung di Belitung. Tan Malaka lahir dari keluarga santri dan guru mengaji di Sumatera Barat.

Sebagai gerakan politik, PKI sudah mati. Namun, sebagai ideologi, komunisme masih tetap hidup. Rusia dan China menjadi bukti nyata. Jika tidak diwaspadai, Indonesia bisa saja bergerak mengikuti pola China atau Rusia. (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler