jpnn.com, JAKARTA - KH. Imam Zarkasyi memiliki visi pendidikan Islam yang sangat luas sehingga banyak diadopsi di beberapa negara. Salah satu pendiri Pesantren Gontor itu sangat mengedepankan pendidikan yang modern, visioner, dan berbasis keilmuan Islam.
“Cara kita melihat ketokohan seseorang itu dari visi pendidikannya," jelas Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KH. Helmy Hidayat pada talkshow Inspirasi Ramadan bertajuk keteladanan KH. Imam Zarkasyi melalui akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Sabtu (23/4).
BACA JUGA: Komentari soal PKI, Kiai Sahal Gontor Pakai Kata Kafir & Neraka
Sebagai alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, Helmy melihat sosok KH. Imam Zarkasyi merupakan tokoh dengan wawasan luas dan terbuka.
KH. Imam Zarkasyi menginginkan pesantren yang didirikannya itu mengajarkan multikulturalisme, sebagai representasi dari potret Indonesia dengan keragaman tradisi dan budaya.
BACA JUGA: Profil Hidayat Nur Wahid: Dari Gontor menjadi Pimpinan MPR 3 Periode
“Dengan visi tajamnya mau mengatakan bahwa inilah Gontor yang mengajarkan multikulturalisme, yang percaya Islam harus dianut siswanya dan menghormati agama lain yang ada di luar sana," jelas Helmy.
Helmy mencontohkan pergaulan sehari-hari antarsantri di pondok yang sangat terbuka. Santri dari Jakarta bergaulah dengan dengan pelajar dari Kalimantan, Sumatra, NTT, dan Sulawesi. Tujuannya agar sesama santri memahami perbedaan tradisi dan budaya Indonesia.
BACA JUGA: Ulama Ini Muridnya Bukan Orang Sembarangan, Ajarannya Khas Nusantara, Siapa Dia?
“Kamu dari Jakarta bergaullah dengan orang Kalimantan atau NTT. Jadi, sebetulnya sejak kecil sekali kami ditanamkan bibit cinta yang multikultural," jelas Helmy.
Helmy menjelaskan bahwa para tokoh pendiri Gontor memahami betul watak pendidikan berkemajuan yang dapat disesuaikan dengan tradisi pesantren, yang memang telah begitu lama hidup di Nusantara.
Pondok Modern Darussalam Gontor meniru lembaga-lembaga pendidikan internasional terkemuka.
Menurut dia, ada empat lembaga pendidikan terkenal di Dunia yang menjadi sintesis dan konsepnya diadopsi oleh Pondok Modern Gontor.
"Gontor dibangun dengan empat misi, yaitu sistem wakaf, aligarh, syanggit, dan santiniketan," jelas Helmy.
Pertama, mengambil sistem wakaf dari Universitas Al-Azhar Cairo, dengan tujuan agar pesantren mampu mengutus para santri ke seluruh penjuru dunia dan memberikan beasiswa bagi ribuan pelajar dari berbagai belahan dunia.
Kedua, sistem aligarh dari India, yang memiliki perhatian besar terhadap perbaikan konsep pendidikan dan pengajaran.
"Sistem aligarh dari india, Gontor mengambil inovasi pendidikannya, karena itulah yang membuat Gontor agak berbeda," lanjut Helmy.
Ketiga, syanggit dari Mauritania, yaitu ajaran yang dihiasi kedermawanan dan keihlasan para pengasuhnya. "Oleh karena itu guru-guru tidak digaji, tetapi mereka dikasih kesempatan untuk berbisnis," tambah Helmy.
Terakhir, santiniketan, dengan segenap kesederhanaan, ketenangan, dan kedamaian dalam kegiatan belajar mengajar.
"Santiniketan, sebuah lembaga pendidikan yang damai, sejuk, dan banyak pohon, makanya gontor dipilih di bawah Gunung Wilis," pungkas Helmy. (tan/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menurut Ketum PBNU, Ulama Harusnya Seperti Ini, Umat Islam Jangan Terjebak
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga