Profil Hidayat Nur Wahid: Dari Gontor menjadi Pimpinan MPR 3 Periode

Sabtu, 05 Oktober 2019 – 07:58 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Berikut ini merupakan profil Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS yang kembali menjadi wakil ketua MPR periode 2019-2024.

Sebelumnya muncul sejumlah kandidat dari PKS untuk menduduki jabatan pimpinan MPR. Antara lain Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen PKS Mustafa Kamal, Tiffatul Sembiring, Mardani Ali Sera, Muzammil Yusuf. Akhirnya politisi senior yang dikenal dengan inisial HNW itu yang ditetapkan kembali menjadi pimpinan MPR.

BACA JUGA: Profil Syarief Hasan: Tangan Kanan SBY yang Kini jadi Wakil Ketua MPR

Hidayat Nur Wahid dinilai F-PKS sebagai sosok yang tepat menjadi Wakil Ketua MPR periode 2019-2024 karena sebelumnya telah berpengalaman memimpin lembaga tertinggi di parlemen itu. Dia sudah menjadi wakil ketua MPR periode 2014-2019.

Periode pertama menjadi anggota DPR tahun 2004, Hidayat Nur Wahid langsung terpilih sebagai Ketua MPR sampai 2009.

BACA JUGA: Profil Ahmad Muzani: Wartawan dan Penyiar Radio, Kini Wakil Ketua MPR

HNW juga terpilih sebagai Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, 2009 sampai 2012, merangkap jabatan Ketua Fraksi PKS di DPR 2009 sampai 2014.

Pendidikan suami dari Diana Abbas Thalib itu dimulai di SD Negeri Kebondalem Kidon, Klaten, lulus 1972.

BACA JUGA: Profil Ahmad Basarah: Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia, Kini Wakil Ketua MPR

Selanjutnya mendaftar ke Pondok Pesantren Wali Songo di Ngabar, Siman, Ponorogo, sebelum melanjutkan pendidikannya di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, lulus tahun 1978.

Hidayat Nur Wahid kemudian melanjutkan program sarjana, master dan kedoktorannya di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi dan selesai saat usianya mencapai 32 tahun.

Meniti karier sebagai Dosen pascasarjana UIN Jakarta (dulu IAIN Syarif Hidayatullah.) dan sejumlah Universitas terkemuka Indonesia lainnya.

Latar belakangnya yang berasal dari lingkup pendidikan Islam, membuat dia menjadi seorang tokoh Muslimin yang terkemuka.

Arifin Ilham pun pernah memuji kinerja pria yang mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana 2009 itu sebagai sosok yang peduli dengan kepentingan akhirat dibandingkan kepentingan dunia.

"Dia figur yang sangat berhati-hati dengan hukum Allah. Zuhud, kepentingannya jelas. Untuk Allah dan akhirat. Kelihatan dia hanya ingin akhirat, ingin Indonesia selamat," ujar pimpinan Majelis Az-Zikra itu.

Hidayat Nur Wahid diketahui masih rutin mengisi khutbah Sholat Jumat di Masjid Istiqlal. Dia beberapa kali muncul dalam tayangan televisi, tidak hanya dalam kapasitasnya sebagai politisi namun juga sebagai cendekiawan muslim yang mampu memberikan kuliah umum pada sejumlah kajian seperti tentang agama dan kebangsaan, dialog antar-agama dan masyarakat, filosofi politik keislaman, dan praktik keagamaan dalam bangsa yang pluralis.

Wahid juga tercatat sebagai anggota dari Dewan Konstituante Liga Muslim Dunia disamping aktif memimpin sejumlah organisasi-organisasi pada level nasional dan internasional.

Pada saat Sidang Ke-41 bulan Oktober 2012, Majelis Tertinggi Liga Islam Dunia mengukuhkan Hidayat Nur Wahid sebagai Anggota Dewan Tertinggi Liga Islam Dunia, mewakili Indonesia.

Pria kelahiran 8 April 1960 itu juga diketahui memiliki hubungan dekat dengan aktivis mahasiswa. Wahid memiliki karakter ketokohan yang kuat karena dikenal sebagai sosok yang mengusulkan kepada Panjati untuk menjaring mantan aktivis mahasiswa untuk dicalonkan sebagai anggota dewan.

Tim Panjati (Panitia Penjaringan Tingkat) adalah salah satu lembaga yang dibentuk PKS untuk menjaring tokoh untuk diusung ke Parlemen. Nama Wakil Ketua DPR 2014-2019 Fahri Hamzah, dan Mustafa Kamal pun disebut terjaring dari tim Panjati itu.

Ia mengingatkan agar generasi muda jangan melupakan sejarah perjalanan bangsa karena saat ini masyarakat banyak yang melupakan sejarah bangsa.

Ia menyebut tokoh muda Persatuan Islam (Persis), Muhammad Natsir, yang mempunyai andil besar dalam menyelamatkan keutuhan bangsa. Kata Wahid, Belanda tak ingin bangsa ini kokoh bersatu. Untuk itu Belanda membentuk RIS (Republik Indonesia Serikat).

Itu kemudian dirasa oleh Natsir sebagai sebuah penyimpangan cita-cita Indonesia merdeka. Untuk itu dirinya mengeluarkan Mosi Integral.

Mosi yang menginginkan Indonesia kembali menjadi NKRI. "Mosi ini didukung oleh Soekarno, Hatta, dan politisi lainnya", ujarnya. Akhirnya bangsa ini kembali ke NKRI karena adanya Muhammad Natsir.

Kiprah dan perjuangan para tokoh umat Islam dalam memperjuangkan dan membentuk Indonesia itu diharap oleh Hidayat Nur Wahid untuk dijadikan inspirasi bagi generasi muda.

Hidayat Nur Wahid maju ke gedung parlemen dari daerah pemilihan DKI Jakarta 2. Ia mengaku tak kesulitan untuk mengkampanyekan diri ke publik, lantaran sehari-hari selalu dekat dengan masyarakat.

"Tidak ada yang baru karena yang saya lakukan selama masa kampanye ini sesungguhnya melanjutkan apa yang selama ini saya kerjakan sebagai wakil rakyat," kata Hidayat Nur Wahid. (Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler