Ulama Ini Muridnya Bukan Orang Sembarangan, Ajarannya Khas Nusantara, Siapa Dia?

Rabu, 20 April 2022 – 01:28 WIB
Peneliti Islam Nusantara KH. Ahmad Baso dalam serial "Inspirasi Ramadan 2022" yang ditayangkan BKN PDI Perjuangan di YouTube, Selasa (19/4). Foto: BKN PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Islam Nusantara KH. Ahmad Baso menilai KH. Sholeh Darat memiliki keilmuan kuat dalam hal tasawuf sehingga karyanya diminati ulama di Arab dan Nusantara.

Dia menyontohkan murid KH. Sholeh Darat bukan sembarangan orang, seperti pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari dan Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan.

BACA JUGA: Dr Salim Bersama DPP PKS Menziarahi Makam Siti Khadijah dan Ulama Dunia di Jannatul Ma’la

Sang guru memiliki karya yang digemari ulama dunia berjudul "Syarah Al Hikam".

"Syarah Al Hikam karya KH Sholeh Darat ini ditulis dalam Bahasa Jawa, tetapi ternyata orang Arab juga membacanya dan mempelajarinya. Kitab ini dicetak berkali-kali di Mesir, India, dan Singapura. Kitab ini tentang ilmu tasawuf," kata Kiai Ahmad Baso dalam serial "Inspirasi Ramadan 2022" yang ditayangkan BKN PDI Perjuangan di YouTube, Selasa (19/4).

Menurut Baso, KH. Sholeh Darat sekaligus memopulerkan bahasa Nusantara ke dunia.

BACA JUGA: Dr Salim Bersilaturahmi dengan Ulama Karismatik Ahlussunnah Wal Jamaah Kota Makkah

"Karena kalau gurunya menulis Bahasa Jawa, maka santrinya otomatis mau tidak mau harus belajar bahasa gurunya, yakni Bahasa Jawa. Mau dia dari India, Mesir, atau Singapura," tutur Ahmad Baso.

Ahmad Baso menilai karya-karya KH Sholeh Darat dalam Bahasa Jawa membantu penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Dengan demikian, paparnya, ilmu agama Islam tidak hanya dapat dipelajari golongan ulama dan santri, melainkan semua kalangan.

"Bahkan ada satu kitab yang ditulis KH. Sholeh Darat menggunakan aksara Jawa. Ini tujuannya agar orang-orang yang saat itu hanya bisa membaca aksara Jawa, bisa mempelajari salinan kitab beliau yang mengajarkan ilmu agama Islam. Jadi, beliau tidak memaksakan orang Jawa harus belajar agama dengan Bahasa Arab. Ini kehebatan KH. Sholeh Darat, mengajarkan ajaran agama dengan instrumen bahasa lokal," ujarnya.

Dia menceritakan terjalinnya komunikasi KH. Sholeh Darat dengan tokoh perempuan Indonesia saat itu RA Kartini.

Saat itu, RA Kartini diceritakan sedang gundah karena keinginannya mempelajari agama Islam terbentur dengan keterbatasan literatur yang menggunakan Bahasa Jawa. Sebab, kebanyakan saat itu literaturnya dalam Bahasa Arab.

Melalui beberapa perantara, KH. Soleh Darat mendengar keluhan tersebut, hingga akhirnya RA Kartini diberikan suatu karya tafsir Al-Qur'an Pegon yang berbahasa Jawa.

BACA JUGA: PPP: Anies Dekat dengan Kiai, Ulama, Habib, Tak Perlu Diragukan Lagi

"Saat K.H. Sholeh Darat diminta hadir ceramah di Jepara oleh ayahnya RA Kartini yang saat itu bupati, KH. Sholeh Darat menunjukkan cara menerjemahkan Surat Al-Fatihah dalam Bahasa Jawa," jelas dia.

Dari situ, RA Kartini semakin tertarik mempelajari Islam. Saat pernikahan RA. Kartini, kebetulan kitab tafsir Pegon KH. Sholeh Darat sudah dicetak di Singapura.

"Kitab tersebut menjadi kado pernikahan RA Kartini dari K.H. Soleh Darat dan RA Kartini sangat puas karena keinginannya belajar agama saat itu terpenuhi dengan kehadiran kitab tersebut," paparnya.

Selain itu, Ahmad Baso menceritakan saat pendiri NU Hasyim Asy'ari dan Muhammadiyah Ahmad Dahlan menjadi santri KH. Sholeh Darat.

KH Hasyim Asy'ari saat menjadi santri lebih fokus mempelajari hadis dan ilmu tasawuf. Adapun KH. Ahmad Dahlan lebih fokus mempelajari ilmu falak. (antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menurut Ketum PBNU, Ulama Harusnya Seperti Ini, Umat Islam Jangan Terjebak


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler