jpnn.com - Pangeran MbS pasti akan aman. Tidak mungkin jatuh. Arab Saudi bukan negara demokrasi. Yang pemimpinnya bisa mudah dijatuhkan.
Dan lagi, tangan kanannya pasti melindunginya: Saud al Qahtani. Yang umurnya kini di puncak kejayaannya: 40 tahun.
BACA JUGA: Erdogan Desak Saudi Serahkan Pembunuh Khashoggi
Wartawan Khashoggi boleh meninggal. Dengan cara dibunuh. Di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Oleh 15 orang tim intelijen kerajaan. Yang terbang khusus ke Istanbul. Dengan dua pesawat jet carteran. Yang terbang dari Riyadh.
Tapi kekuasaan kerajaan Arab Saudi tidak akan runtuh. Cukup ada yang mau dikorbankan. Salah satunya Saud al Qahtani itu.
BACA JUGA: Mengurai Kejanggalan Klaim Turki soal Pembunuhan Khashoggi
Qahtani sudah dipecat. Tepatnya digeser.
Jabatannya sebagai penasihat Pangeran MbS sudah dihapus. Jabatan barunya ‘cuma’ chairman Federasi Cyber Security, Programing and Drone. Itu jabatan lamanya dulu.
BACA JUGA: Fakta Terbaru Kasus Pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi
Karier Qahtani memang amat cepat. Setelah lulus dari fakultas hukum ia masuk Angkatan Udara.
Pangkatnya sebenarnya masih kapten. Tapi kekuasaannya besar. Terutama tiga tahun terakhir. Setelah menjadi tangan kanan Muhamad bin Salman. Yang di Saudi lebih populer dipanggil Pangeran MbS.
Qahtani mulai dekat MbS saat pangeran itu masih menjadi gubernur ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Di kalangan wartawan senior, Qahtani dikenal sebagai Steve Bannon-nya Donald Trump. Tokoh yang agresif dalam menghabisi lawan-lawan politik. Lewat media. Lewat medsos. Lewat pernyataan-pernyataan menyerangnya.
Qahtani bukan tokoh misterius. Bukan sosok tersembunyi. Qahtani sangat tampil ‘inilah dadaku’.
Ia punya grup WA. Salah satunya dengan para pemimpin redaksi dan tokoh-tokoh wartawan. Para pimred bisa mengenal watak keras dan agresifnya. Hanya lewat grup WA itu saja.
Ia juga aktif di Twitter. Orang-orang kritis pada pemerintah diserangnya. Di Twitter-nya.
Pernah dalam suatu medsos ia menyebut sudah punya daftar hitam. Mereka yang dianggap anti pemerintah.
Dan …. itu pula yang mencelakakannya. Atau mencelakakan pangerannya.
Qahtani menggunakan Skype. Untuk berkomunikasi dengan tim 15 orang itu.
Harian terkemuka South China Morning Post bahkan menyebut ada perintah ini: ”Bawa ke saya kepala anjing itu”. Dalam pembicaraannya via Skype.
Rekaman Skype itulah yang kini ada di tangan Presiden Turki Tayyip Erdogan. Ini yang membuat Arab Saudi tidak berkutik.
Semula Saudi menolak keras kejadian di konsulat itu. Berulang kali. Tanggal 2 Oktober itu Khashoggi sudah meninggalkan konsulat. Baik-baik saja.
Tapi calon istrinya tidak melihat Kashoggi keluar pintu. Hatice Cengiz menunggu di luar pagar. Sejak pukul 13.00.
Dia juga yang mengantar Khashoggi ke konsulat. Untuk mengambil surat keterangan: sudah menceraikan istrinya yang dulu. Sebagai syarat untuk bisa menikah dengan wanita Turki itu. Minggu depannya.
Turki terus mengungkapkan kejadian sebenarnya di dalam konsulat. Saudi tidak berkutik: mengakui wartawan 56 tahun itu tewas. Tiga minggu kemudian.
Tapi masih ada tidak jujurnya: meninggal karena berkelahi. Belakangan diperbaiki lagi: meninggal karena tersedak. Akibat tenggorokan tercekik.
Saya tidak bisa menerjemahkan arti yang pas dari kata ‘chokehold’. Yang dinyatakan sebagai penyebab kematiannya. Versi Saudi. Yang jelas kepala Khashoggi belum ditemukan.
Keikutsertaan seorang dokter ahli forensik di ‘tim 15’ itu sempat menimbulkan spekulasi: Khashoggi dimutilasi. Potongan-potongan tubuhnya ditanam di hutan: 15 km dari konsulat.
Atau jangan-jangan sudah dibawa pulang. Setidaknya kepalanya. Seperti di zaman kekhalifahan dulu.
Kalau Pengeran MbS benar-benar selamat kali ini, itu untuk yang ketiga kalinya. Dalam dua tahun ini.
Tahun lalu Qahtani menyandera orang penting: Perdana Menteri Lebanon Saad Al Hariri. Di Riyadh.
Lebanon sempat heboh. Perdana menterinya hilang. Lucu sekali. Perdana menteri kok hilang.
Tahu-tahu ia muncul di TV Arab Saudi: menyatakan mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri.
Saat disandera itulah Qahtani ambil posisi penting. Ia yang ‘menangani’ Hariri. Perdana menteri dari aliran Sunni tapi dianggap tidak bisa menekan mayoritas di Lebanon: Syiah.
”Tidak ada pilihan bagi Anda. Kecuali mengundurkan diri. Dan menandatangani pernyataan ini,” ujar Qahtani. Seperti dikutip media internasional.
Hariri akhirnya bebas. Setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron turun tangan. Pergi sendiri ke Riyadh.
Demikian juga ketika tahun lalu Saudi menghukum Qatar. Mengisolasinya. Memblokadenya. Sampai sekarang. Bahkan akan membuat laut pemisah. Di perbatasan dua negara.
Qatar tetap bertahan. Sampai sekarang. Qatar cukup kaya. Apalagi dua tetangganya membantu: Iran dan Turki. Dua negara yang amat dibenci Saudi.
Qahtani sendiri tidak perlu grogi. Dulu ia sering mengatakan di Twitter-nya: ia tidak melakukan apa pun tanpa persetujuan tuannya.
Atau pernah juga mengatakan begini: Apakah Anda pikir saya membuat putusan tanpa petunjuk? Saya adalah petugas. Hanya menjalankan perintah atasan.
Memang itu tidak dalam konteks lenyapnya Khashoggi.
Itu saat ia masih sangat berkuasa.
Dan mungkin masih akan terus berkuasa.
Ia masih muda.(***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beda Bersih Karena Baru Dibersihkan
Redaktur : Tim Redaksi