Kiai Maman: Yang Dikatakan Letjen Dudung Adalah Warning

Kamis, 16 September 2021 – 16:36 WIB
Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman semasa menjadi Pangdam Jaya. Ilustrasi Foto: arsip jpnn.com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka KH Maman Imanulhaq menanggapi penjelasan Letjen Dudung Abdurachman yang tidak ingin anak buahnya terpengaruh fanatisme beragama yang berlebihan.

Pernyataan itu sebelumnya disampaikan Letjen Dudung sebagai klarifikasi terhadap kritik sejumlah pihak atas pernyataannya yang menyebut semua agama benar di mata Tuhan, ketika berbicara di Markas Yonzipur 9/Para, Divif 1 Kostrad, Bandung, Senin (13/9) lalu.

BACA JUGA: Letjen Dudung: Saya Ini Panglima Kostrad, Bukan Ulama

Kiai Maman menyebut ada beberapa faktor yang membuat fanatisme agama seolah membabi buta. Pertama, kurangnya literasi keagamaan yang mengacu kepada moderasi agama.

Dia menyebut agama yang seharusnya menjadi spirit untuk perubahan dan perdamaian, justru dipakai sebagai alasan orang untuk melakukan klaim kebenaran sendiri dan menganggap orang lain sesuatu yang salah, bahkan berani saling mengafirkan.

BACA JUGA: Pegawai Honorer Mogok Kerja, Bu Kadis Blak-blakan Masalah Gaji, Duh

"Makanya, gerakan literasi dan moderasi beragama menjadi kunci agar tidak munculnya fanatisme buta seperti yang terjadi akhir-akhir ini," ucap Kiai Maman kepada JPNN.com, Rabu (16/9).

Faktor kedua menurut wakil sekretaris Dewan Syuro DPP PKB itu adalah media sosial yang hari ini dipenuhi oleh kelompok-kelompok yang memang mendakwahkan nilai-nilai fanatisme buta.

BACA JUGA: PA 212 Menanggapi Letjen Dudung soal Semua Agama Benar di Mata Tuhan

Sementara itu, katanya, kelompok-kelompok moderat tidak terlalu agresif atau tidak terlalu militan dalam menguasai media sosial. Yang terjadi akhirnya, masyarakat yang asalnya berpikiran moderat, menjadi terbawa kepada fanatisme itu," tutur anggota Komisi VIII DPR itu.

Maka dari itu, dia menilai perlu ada juga gerakan bersama untuk mengisi media sosial oleh kelompok-kelompok moderat. Kiai Maman juga menekankan pentingnya dialog-dialog keagamaan agar masyarakat memahami agama tidak pernah hadir untuk menebar kebncian, fitnah, hoaks, apalagi memancing kerusuhan.

"Maka, poin ketiga, apa yang dikatakan oleh Letjen Dudung adalah sebuah warning yang harus diantisipasi oleh kita (masyarakat, red), karena bagaimana pun, komitmen keagamaan dan komitmen kebangsaan di Indonesia harus ada dalam satu tarikan nafas," jelasnya.

Kiai Maman menekankan bahwa agama yang dianut bangsa Indonesia memang berbeda, kepercayaan pun tidak sama, tetapi hal itu harus diletakkan dalam konteks litangarafu, yaitu saling mengenal, saling memahami, saling mencintai dan mengukuhkan.

"Karena musuh bagi semua agama dan keyakinan bukan agama yang lain, bukan keyakinan yang lain, tetapi kebodohan, kemiskinan, dan juga problem wabah pandemi yang hari ini menimpa kita," tandas Kiai Maman Imanulhaq.

Klarifikasi Letjen Dudung

BACA JUGA: MUI Sebut Ucapan Letjen Dudung Berdasarkan Pancasila

Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman sebelumnya telah memberikan penjelasan atas ucapannya yang menyebut semua agama benar di mata Tuhan yang dikomentari sejumlah kalangan.

Letjen Dudung mengaku sebagai Pangkostrad perlu mengatakan semua agama benar saat berbicara di hadapan prajuritnya. Sebab, eks Pangdam Jaya itu memiliki prajurit yang berasal dari berbagai pemeluk agama.

"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," kata Dudung dalam keterangan persnya, Kamis.

Jenderal bintang tiga itu mengaku tidak mau prajurit di Kostrad terjebak dalam fanatisme berlebihan sehingga dirinya berucap tentang semua agama benar.

"Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Kemudian menganggap agama tertentu paling benar. Sementara agama lainnya, salah," beber Dudung.

Menurut pria kelahiran Bandung itu, masing-masing pemeluk pasti meyakini agamanya benar dan diterima Tuhan. Berangkat dari situ, alumnus Akademi Militer 1988 tersebut menyimpulkan semua agama benar.

"Oleh karena itulah, bisa disimpulkan dari masing-masing agama, bahwa semua agama di hadapan Tuhan, semua benar," pungkas Letjen TNI Dudung Abdurachman. (fat/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler