Selain mengencangkan betul ikat pinggang, para suporter tim non-Jepang di Piala Dunia Antarklub 2008 harus pintar-pintar menyiasati keadaan
TATANG MAHARDIKA, Toyota
DINGIN terasa menusuk di Sakura dori Gochi, jalanan utama Nagoya di depan stasiun kereta, kemarin sore (14/12)
BACA JUGA: Kontroversi Pemilihan Pemain Terbaik Asia 2008
Temperatur berkisar delapan derajat CelciusBACA JUGA: Gamba Osaka Berhak Melaju ke Semifinal
Tak ada yang betah berlama-lama bertahanan di jalan yang sibuk itu, kecuali tiga orang berjaket tebal yang memakai syalBACA JUGA: Kontroversi Markus Babbel, Pelatih Nonlisensi di Bundesliga
Tapi, semua berwajah hispanikMenenteng gitar, mereka menyanyi di dekat salah satu perempatan Sakura dori Gochi, tempat orang menyeberangTentu bukannya tanpa maksudMereka adalah pengamen dari jauh, MeksikoMereka datang ke Jepang untuk mendukung perjuangan Pachuca yang Sabtu lalu (13/12) sukses menembus semifinal.
"Kami mengamen di sini sekadar mencari uang tambahanSebab, Pachuca kan berpeluang ke finalKami jelas butuh biaya lebih banyak," kata Ronald Vasquez, salah seorang di antara tiga pengamen itu.
Mengapa di Toyota? Bukankah Pachuca tak punya jadwal tampil di kota pusat pabrik mobil yang menjadi sponsor utama FIFA Club World Cup alias Piala Dunia Antarklub 2008 itu? Bersama dua temannya, Ronald mengaku menumpang tinggal di salah seorang sepupunya yang bekerja di Toyota
Ketika Pachuca tampil di Tokyo Sabtu lalu (13/12), bersama sepupunya itu, mereka berempat naik mobil selama dua jamBensin tentu saja ditanggung si sepupu."Sepupu saya gila bola jugaJadi, dia tak keberatan kami bikin repot," tutur Vaquez sambil tertawa.
Dengan cara serbahemat seperti itu, Vasquez dan dua rekannya yakin bisa bertahan di Jepang yang serbamahalUang sekitar USD 7 ribu atau sekitar Rp 77 juta yang mereka miliki dikonsentrasikan untuk membeli tiket pertandingan dan tiket pulang ke MeksikoUntuk makan? Mereka mengaku cukup terbantu hasil dari mengamen.
Memang, tak banyak suporter Pachuca yang datang langsung dari Meksiko seperti Vasquez dan tiga rekannyaKebanyakan suporter tim jawara Piala Champions CONCACAF itu adalah warga Meksiko yang memang bekerja dan tinggal di Jepang.
Mereka yang nekat datang ya harus punya seribu kiat seperti Vasquez dkkKalau tidak, mereka bakal sulit bertahan di negeri seperti Jepang yang harga sepotong roti cokelat saja mencapai hampir Rp 30 ribu.
Mohamed Hassan, pendukung Al Ahly, sama "kreatifnya" dengan para suporter Pachuca tadiKiat Hassan bahkan sedikit lebih "ekstrem." Dia mengaku tak punya teman atau saudara di JepangJadi, dia harus tinggal di hotel yang tarifnya mencekikPadahal, dia tak datang sendiri, tapi bersama dua saudara dan seorang temanUang saku mereka pun tak banyakUntuk makan saja, mereka membawa bahan-bahannya dari rumah
Jadi, apa yang dia lakukan? Dia menyewa sebuah kamar hotel di kawasan ShinagawaKamar itu kategori single alias untuk satu orangTapi, ketiga tandem Hassan lainnya satu per satu menyusul datang di waktu yang berbedaJadilah kamar itu disesaki tanpa terdeteksi pihak hotel"Kalau ketahuan, nanti tinggal bilang saja mereka datang untuk mengunjungi saya," ujar Hassan enteng
Suporter Adelaide United lain lagiUntuk bisa menyaksikan penampilan tim kesayangan mereka di Toyota kemarin, mereka rela berangkat lebih awal meski pertandingan baru dihelat malam hariMengapa? Sebab, itu dilakukan agar mereka bisa memilih transportasi yang lebih murahYakni, naik bus yang harganya separo dari harga tiket bullet train yang mencapai 10.700 yen.
Konsekuensinya, para pendukung tim runner-up Liga Champions Asia 2008 itu harus rela enam jam berada di atas busItu pun baru sampai Nagoya sebelum melanjutkan dengan bus lain ke Stadion ToyotaBandingkan dengan bullet train alias kereta ekspres yang hanya perlu waktu 1,5 jam ke Nagoya"Tak apalahAnggap saja jalan-jalan," tutur Nathan, seorang ekspatriat Australia yang bekerja dan tinggal di Tokyo dan datang ke Toyota bersama empat rekan sebangsanya(*/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ambisi Hewitt Masih Menyala
Redaktur : Tim Redaksi