JAKARTA - Ketua MPR Taufik Kiemas berbicara mengenai "empat pilar kehidupan berbangsa" di hadapan ratusan petinggi DPP dan DPD PDIP serta anggota DPR dari PDIP kemarinDiskusi di "kandang sendiri" itu sekaligus dimanfaatkan Kiemas untuk menyampaikan semacam laporan pertanggungjawaban seorang kader partai yang kini menjadi pejabat tinggi.
Menurut mantan ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP tersebut, terdapat korelasi sangat jelas antara keputusan politik Kongres III PDIP di Bali, April lalu, dengan tugas dan peran ketua MPR
BACA JUGA: PDIP Diingatkan Tidak Tergoda Tawaran Kekuasaan
Terutama untuk menyosialisasikan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa dan negaraKetua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo, dan Wakil Ketua DPR dari PDIP Pramono Anung mendengarkan paparan itu dengan cermat
BACA JUGA: Megawati Tutup Pintu Untuk Tawaran Kursi Menteri
Kiemas menjelaskan, salah satu sikap politik PDIP dalam kongres III adalah negara wajib menetapkan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi negara dan 1 Juni sebagai hari lahir PancasilaBACA JUGA: Demokrat Tawarkan Kursi Menteri ke PDIP
Negara juga wajib menyosialisasikan Pancasila 1 Juni 1945 melalui kurikulum pendidikan nasional di semua tingkatan."Salah satu langkah strategis yang telah dipilih untuk dapat melaksanakan amanat kongres tersebut adalah dengan mengusung dan menugaskan saya sebagai kader utama partai untuk bertugas menjadi ketua MPR," kata Kiemas.
Pancasila 1 Juni 1945 merujuk konsep Pancasila yang diperkenalkan kali pertama oleh Bung Karno dalam pidatonya di hadapan sidang BPUPKIKonsep Pancasila Bung Karno itulah yang kini menjadi ideologi PDIPTapi, sebagian kalangan masih menolak 1 Juni sebagai hari lahir PancasilaSebab, rumusan Pancasila versi Bung Karno tersebut berbeda dengan rumusan Pancasila yang menjadi bagian UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945.
Kiemas menyampaikan, pada 1 Juni 2010 lalu, pimpinan MPR telah berhasil menyelenggarakan peringatan 65 tahun hari lahir Pancasila di gedung MPRAcara utamanya adalah pidato presiden tentang peringatan hari lahir Pancasila"Acara yang juga dihadiri ketua umum DPP PDIP itu bagi saya adalah sebuah momentum yang sangat membanggakanDengan segala keharuan, hari itu saya katakan sebagai hari kemenangan ideologi Pancasila 1 Juni 1945," kata Kiemas yang langsung disambut tepuk tangan riuh.
"Dengan terselenggaranya acara tersebut, perdebatan tentang hari lahir Pancasila telah kita akhiri dengan cara-cara yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia," imbuhnya.
Kiemas menyampaikan, MPR merupakan lembaga permusyawaratan bangsa IndonesiaKarena itu, MPR acapkali bersilaturahmi dan bermusyawarah dengan berbagai kelompok masyarakatDia menyebut kelompok masyarakat eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM)Begitu juga Forum Anak Bangsa (FAB) yang mewadahi anak-anak pejuang kemerdekaan, seperti putra-putri almarhum Kartosoewirjo, Jenderal Ahmad Yani, dan D.NAidit.
"Bahkan, kami juga pernah berkunjung ke kediaman Ustad Abu Bakar Ba"asyir di Solo, Jawa Tengah, untuk menyosialisasikan Pancasila," ceritanyaKiemas menyebut prinsip satu untuk semua dan semua untuk satu, seperti yang diajarkan Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945, adalah pedoman dan pijakannya dalam memimpin MPR.
Dalam sesi kedua diskusi tersebut, hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan pengurus Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Beni.
Din Syamsuddin mengingatkan agar sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa tidak mengulangi kesalahan masa lampau layaknya penataran P4"Terjadi birokratisasi, formalisme, dan verbalisasi ideologiTapi, tidak mampu menangkap elan vital ideologi itu sendiri," katanyaDin berharap empat pilar itu benar-benar dapat mengkristal menjadi kepribadian bangsa(pri/c3/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hermanto dan Chairul Resmi jadi Anggota MPR
Redaktur : Tim Redaksi