Kilang Balongan Pertamina Terbakar, Pak Kurtubi Tidak Khawatir

Jumat, 02 April 2021 – 16:56 WIB
Ilustrasi Pertamina. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat energi Kurtubi optimistis suplai BBM di Jakarta tidak terganggu menyusul insiden terbakarnya Refinery Unit (RU) VI Balongan atau Kilang Balongan PT Pertamina di Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3).

Menurut dia, sejak lama Pertamina sudah memiliki mekanisme stok untuk mengantisipasi terjadinya bencana terhadap ketersediaan BBM.

BACA JUGA: Pertamina Pastikan Pasokan BBM Jatimbalinus Aman Pasca-kebakaran Kilang Minyak Indramayu

Eks legislator Komisi VII itu mengatakan, Pertamina biasanya menyiapkan stok BBM selama 27 hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana.

"Pertamina sejak zaman dulu sudah siap, dengan sistem storage dan stok," kata Kurtubi dalam diskusi virtual berjudul Kebijakan Publik Dampak Ekonomi BBM atas Terbakarnya Kilang Balongan, Jumat (2/4).

BACA JUGA: Soal Penanganan Korban Kebakaran Kilang Balong, Pusdalops PB: Pertamina Sangat Tanggap

Menurut dia, mekanisme lain yang biasanya sudah disiapkan pemerintah yakni impor. Terutama, saat proses rehabilitasi kilang Balongan berjalan lambat. Di sisi lain, stok BBM sudah makin menipis.

"Pasti akan ada langkah tambahan supaya suplai minyak ke Jakarta ini terpenuhi. Tambahannya apa? Ya, impor," tutur dia.

BACA JUGA: Pertamina Akan Ganti Rugi Rumah Warga yang Rusak Akibat Ledakan Kilang Minyak Balongan

Terkait ketersediaan minyak, Kurtubi justru menyoroti wacana privatisasi terhadap Pertamina.

Sebab, rencana itu berpotensi membuat ketersediaan BBM terganggu.

"Saya mengkhawatirkan dampak privatisasi. Kalau kebakaran kilang ecek-ecek. Enggak ada, dampaknya enggak ada," ujar pria asal Lombok Barat itu.

Kurtubi mengaku, menolak keras wacana privatisasi Pertamina. Pemerintah tidak boleh melakukan privatisasi perusahaan pelat merah itu dengan dasar mencari dana.

Menurut dia, demi mendapatkan dana segar, pemerintah bisa memberikan kuasa pertambangan kepada Pertamina.

Kuasa pertambangan itu, ujar dia, wewenang mengolah, menjual BBM.

Dengan begitu yang berwenang mengembangkan cadangan minyak dan gas di perut bumi ialah Pertamina.

"Ini yang membuat Pertamina gampang meminjam dana. Terbukti ketika membangun LNG (Liquefied Natural Gas) Arun, APBN nol. Pertamina pinjam. Bunga murah, miliaran dolar, karena apa? Lembaga keuangan melihat, Pertamina yang berkuasa atas cadangan migas luar negeri," tutur Kurtubi. (ast/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler