Kinclong! IHSG Catat Rekor Tertinggi

Selasa, 02 Agustus 2016 – 07:33 WIB
IHSG. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Perombakan kabinet benar-benar memberi dampak positif terhadap pasar keuangan. Senin (1/8) kemarin, indeks harga saham gabungan mencetak rekor tertinggi.

Indeks menguat 145 poin (2,79 persen) menjadi 5.361 tertinggi sepanjang tahun ini. Apresiasi ditunjang sikap The Fed belum ada rencana menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Red/FFR).

BACA JUGA: Dana Repatriasi Baru Berdampak pada Kuartal 4

Selain itu, lonjakan Indeks juga diduga efek positif angka inflasi sesuai ekspektasi pelaku pasar. Maklum, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir inflasi Juli 2016 tercatat 0,69 persen.

Tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari-Juli) 2016 atau year to date (YTD) tercatat 1,76 persen. Tingkat inflasi dari tahun ke tahun (Juli 2016 terhadap Juli 2015) sebesar 3,21 persen.

BACA JUGA: Pasokan Sapi Berkurang, Harga Daging Gila-gilaan

Sedangkan komponen inti mengalami inflasi 0,34 persen. Kemudian tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun 3,49 persen.  Transaksi perdagangan saham juga cukup semarak. Total frekuensi perdagangan saham 352.626 kali dan volume perdagangan 7,8 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham tercatat Rp 9,7 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 1,8 triliun. Ekonom Bank Permata (BNLI) Joshua Pardede menuturkan sentimen internal dan eksternal memengaruhi laju penguatan Indeks.

BACA JUGA: Laba Naik 51 Persen, Yakin Penjualan Tembus Rp 8,5 Triliun

 Eksternal pelaku pasar merespons positif bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga. ”Selain itu, stimulus Jepang lebih rendah sekitar 80 triliun yen per tahun,” ucap Joshua.

Joshua melanjutkan data inflasi Juli 2016 di bawah harapan pelaku pasar juga mengejutkan. Hal ini berdampak positif ke laju Indeks. Sebab, sebelumnya investor sempat ragu dan khawatir kalau angka inflasi bakal menanjak.

Tetapi, rupanya tingkat inflasi malah di luar dugaan. Sementara Analis Lautandhana Securindo Krishna Dwi Setiawan menilai apresiasi indek ditopang kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) dan perombakan kabinet jilid kedua.

Dua faktor itu masih mendominasi indeks menyentuh level 5.361. ”Sentimennya masih soal perombakan kabinet dan amnesti pajak,” tambah Krishna. (far/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar di Jawa Anjlok, Incocement Bidik Indonesia Timur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler