JPNN.com

Kinerja Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Progresif Membantu APBN 2024 Tumbuh Positif

Selasa, 14 Januari 2025 – 16:30 WIB
Kinerja Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Progresif Membantu APBN 2024 Tumbuh Positif - JPNN.com
Kontribusi nyata ditunjukkan Bea Cukai membantu APBN 2024 tumbuh positif melalui surplus penerimaan di berbagai sektor, baik impor, ekspor, maupun cukai. Foto: Dokumentasi Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA -  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 konsisten menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan.

APBN 2024 berhasil menjalankan peran sebagai penyangga (shock absorber) dalam melindungi masyarakat, sekaligus menjaga stabilitas fiskal penerkonomian nasional.

BACA JUGA: Bea Cukai Parepare Layani Ekspor Cangkang Sawit Senilai Miliaran Rupiah ke Jepang

Kontribusi nyata pun ditunjukkan Bea Cukai melalui surplus penerimaan di berbagai sektor, baik impor, ekspor, maupun cukai.

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo menyampaikan instansinya mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2024 dengan pertumbuhan penerimaan sebesar 4,9 persen (yoy).

BACA JUGA: Bea Cukai Berhasil Mencegah 7,4 Ton Narkoba Masuk Indonesia Sepanjang 2024

Total penerimaan Bea Cukai mencapai Rp 300,2 triliun yang terdiri dari:

• Bea Masuk: Rp 53,0 triliun (92,3 persen dari target), tumbuh 4,1 persen (yoy) didorong peningkatan nilai impor dan penguatan kurs USD.

BACA JUGA: Tumbuh Positif, Penerimaan Bea Cukai hingga Akhir 2024 Capai Rp 300,2 Triliun

• Bea Keluar: Rp 20,9 triliun (119,2 persen dari target), tumbuh 53,6 persen (yoy) akibat kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah dan kenaikan harga CPO.

• Cukai: Rp 226,4 triliun (92 persen dari target), tumbuh 2 persen (yoy) berkat kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) dan minuman mengandung etil alkohol (MMEA).

Selain penerimaan, Bea Cukai juga mencatatkan peningkatan kinerja di sektor pengawasan dan fasilitasi.

Di sektor pengawasan, Bea Cukai telah melakukan 45.725 penindakan (naik 10 persen) berkat penindakan terhadap pelanggaran impor, ekspor, MMEA, fasilitas, dan NPP.

Sementara kinerja fasilitasi juga tercatat positif dengan nilai insentif kepabeanan yang diberikan mencapai Rp 36,8 triliun atau tumbuh 19,6 persen (yoy).

Kinerja ekspor kawasan berikat (KB) dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) juga capai hasil positif.

Nilai ekspor KB KITE tercatat mencapai USD 94,4 miliar, tumbuh 3,8 persen (yoy), sementara nilai impor ke KB KITE mencapai USD 31,9 miliar atau meningkat 24,3 persen (yoy) seiring dengan peningkatan aktivitas sektor nikel.

Budi menegaskan Bea Cukai akan terus berkomitmen dalam mendukung kinerja APBN, salah satunya melalui optimalisasi fasilitas.

Langkah ini dinilai tidak hanya meningkatkan penerimaan negara, tetapi juga memperkuat daya saing industri nasional.

Terbukti, pada 2024 penyerapan tenaga kerja di kawasan industri meningkat 8,6 persen (yoy).

Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi keberhasilan insentif kepabeanan dalam mendukung industri.

"Apresiasi juga patut diberikan kepada seluruh pihak terkait termasuk masyarakat dan pengguna jasa yang secara masif telah berkontribusi," ucap Budi.

Budi menambahkan Bea Cukai ke depan akan terus mengoptimalkan kinerja agar capaiannya konsisten positif, sehingga dapat mendorong APBN dalam perannya menjadi motor penggerak stabilitas ekonomi nasional.

Sebagai informasi, dalam Konferensi APBN 2024 pada 6 Januari 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pendapatan negara pada tahun 2024 mencapai Rp 2.842,5 triliun, tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy).

Sementara itu, belanja negara tercatat sebesar Rp 3.350,3 triliun, atau meningkat 7,3 persen (yoy).

Meskipun terdapat defisit APBN sebesar Rp 507,8 triliun, atau setara dengan 2,29 persen dari PDB, tetapi kondisi APBN 2024 dinilai tetap terkendali di tengah ketidakpastian global.

Perinciannya, pada semester I 2024 perekonomian Indonesia menghadapi tekanan berat seperti situasi geopolitik, fenomena El Nino, dan fluktuasi harga komoditas.

Beberapa kondisi krusial pun terjadi seperti inflasi 3,1 persen (yoy) pada Maret, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga Rp 16.421 per USD pada Juni, IHSG melemah, dan Yield Surat Berharga Negara (SBN) juga naik ke level 7,2 persen.

Akibatnya penerimaan negara terkontraksi sebesar 6,2 persen (yoy).

Memasuki semester II, perekonomian mulai pulih seiring meredanya harga minyak global dan kenaikan harga komoditas utama seperti batu bara, nikel, dan CPO.

Yield SBN turun menjadi 7 persen pada Desember, inflasi berhasil ditekan ke 1,57 persen, dan nilai tukar rupiah menguat ke Rp 16.162 per USD.

Selain itu pendapatan negara pun tumbuh 2,1 persen (yoy), didorong peningkatan penerimaan, termasuk kepabeanan dan cukai. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler